33

1.2K 99 8
                                    

Jeongwoo memasuki kamar Jaehyuk. Ternyata lelaki itu belum tidur.

Jaehyuk masih sibuk dimeja-nya. Menulis kartu untuk dibagikan Teume saat ia ulang tahun. Jaehyuk bahkan menyiapkan hadiah kecil-kecilan untuk Teume.

Sungguh manis.

"Belum tidur?" tangan Jeongwoo bertengger pada bahu Jaehyuk. Mengusapnya.

Jaehyuk mendongak.

Memajukan sedikit bibirnya.

Jeongwoo tersenyum geli kemudian mendekatkan wajahnya. Mencium bibir Jaehyuk hyung. Sedikit memberi lumatan.

Jaehyuk berdiri setelah ciuman keduanya terlepas.

Jeongwoo mengernyitkan dahinya.

Jaehyuk menunjuk kursi yang tadi didudukinya.

"Duduklah"

Jeongwoo menurut saat Jaehyuk menuntunnya untuk duduk dikursi. Kemudian Jaehyuk hyung duduk didepan Jeongwoo. Diantara celah kaki Jeongwoo.

"Aigooo, uri Jaehyuk-ie" kata Jeongwoo lembut.

Jaehyuk duduk dengan membelakangi Jeongwoo, yang membuat lelaki kelahiran 2004 itu dengan mudah memeluk perut Jaehyuk hyung.

Jeongwoo juga meletakkan dagunya pada bahu kanan Jaehyuk.

Jaehyuk kembali menulis surat.

"Kamu sangat manis, hyung. Teume beruntung memilikimu" kata Jeongwoo.

Jaehyuk menoleh dan mengecup pipi Jeongwoo, "Aku yang beruntung memiliki Teume"

"Dan juga memilikimu, Jeongwoo-ya"

Jeongwoo tersenyum.

Beberapa menit kedepan hanya ada keheningan. Jaehyuk sibuk menulis, Jeongwoo sibuk memperhatikan.

Sampai, tangan Jeongwoo perlahan masuk ke dalam piyama Jaehyuk. Mengusap perut Jaehyuk hyung.

Meremat pinggangnya.

Akan turun ke area lebih privasi.

"Jangan menyentuhnya atau kamu aku tendang keluar kamar" kata Jaehyuk memperingati.

Jeongwoo cemberut. Mengalah.

Memilih mencium area bahu Jaehyuk hyung untuk pengalihan.

Jaehyuk masih sibuk menulis. Mencoba mengacuhkan apapun yang sedang Jeongwoo coba lakukan.

"Hyung, aku suka pahamu"

"Aku ingin mengusapnya" lirih Jeongwoo.

Jaehyuk menghela nafas. Mengangguk sebagai jawabannya.

Tangan Jeongwoo benar-benar bergerak mengusap paha Jaehyuk hyung. Paha atas yang lama-lama menuju paha dalam Jaehyuk.

"Jeongwoo-yaaa" kata Jaehyuk mulai kesal.

Jaehyuk menoleh dan kemudian Jeongwoo langsung menyambar bibir Jaehyuk hyung. Menciumnya dengan sedikit tergegas.

Panas.

Keras.

Jaehyuk merasa milik Jeongwoo yang berada dibelakangnya mengeras.

Jaehyuk akan melepaskan ciumannya namun Jeongwoo menahannya. Menahan wajahnya untuk tetap ditempat.

Sampai,

"Ahh hyung"

Jaehyuk mencubit dada Jeongwoo. Itu sakit.

Jaehyuk berdiri dari duduknya.

"Pergi ke kamar mandi. Selesaikan sendiri" kata Jaehyuk menunjuk area privasi Jeongwoo kemudian ke arah kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.

Jeongwoo menunduk. Lalu menghela nafas.

Bisakah jika bersama Jaehyuk hyung, hormonnya lebih bisa dikendalikan?

"Cepat"

Jeongwoo bangkit, "Tidak ingin membantuku?"

Jaehyuk menggeleng, "Aku sibuk"

Jeongwoo akhirnya mengalah dan pergi ke kamar mandi.

Menyelesaikan urusannya.

.

.

.

Pukul 11 malam.

Jaehyuk memilih berhenti. Jarinya akan keriting jika terus dipaksa menulis.

Jaehyuk bangkit dan meregangkan tubuhnya.

Saatnya tidur.

"Eh? Kamu akan tidur disini lagi?"

Jeongwoo berada diatas tempat tidur Jaehyuk.

Jeongwoo mengangguk. Kemudian menepuk tempat disebelahnya.

"Kemarilah" katanya.

Jaehyuk tersenyum. Bergabung dengan Jeongwoo.

Tidak lupa untuk saling memeluk.

"Bukankah kamu terlalu sering tidur dikamarku?" Jaehyuk lebih dulu membuka obrolan.

Jeongwoo menatap Jaehyuk.

"Daripada aku tidur dikamar Haruto" balasnya.

Perumpamaan yang tidak adil.

Jaehyuk memeluk Jeongwoo lebih erat. Menempelkan wajahnya pada dada Jeongwoo.

"Apa ini?" Jaehyuk kembali menjauhkan wajahnya.

Tangannya bergerak menyentuh dada Jeongwoo yang semakin bidang dan keras.

"Serajin apa kamu melakukan gym?" tanya Jaehyuk.

"Tidak sesering itu. Hanya setiap hari"

Jaehyuk mencibir, "Merendah untuk menjadi tinggi, huh?"

Jeongwoo terkekeh pelan. Kemudian mengecup bibir Jaehyuk hyung sekilas.

"Kenapa kamu menjadi rajin berolahraga? Ingin pamer memiliki tubuh bagus?" kata Jaehyuk.

Kali ini tawa Jeongwoo lebih keras.

"Kenapa kamu sangat sewot, hyung?"

"Tentu saja. Jika kamu semakin besar maka kamu akan membully-ku setiap hari"

Jeongwoo menyentil dahi Jaehyuk hyung.

"Mulutmu memang kehilangan rem" balas Jeongwoo.

"Aku harus lebih besar agar aku bisa menjagamu. Aku harus dewasa agar aku menjadi tempat berpulangmu. Aku harus terus menjadi lebih baik agar kamu merasa tidak berkencan dengan remaja pubertas. Apa alasanku masuk akal?" kata Jeongwoo.

Jaehyuk tertegun.

Benarkah seperti itu?

Berarti semua perubahan Jeongwoo adalah karenanya?

Jaehyuk menggigit bibirnya. Matanya mulai sedikit berkaca-kaca.

"Ck, kenapa pula hyung menangis?" Jeongwoo menggelengkan kepalanya.

Jaehyuk bergerak menyembunyikan wajahnya pada dada Jeongwoo.

"Aku terharu" lirihnya.

Dahi Jeongwoo mengernyit.

"Terharu karena?"

"Tentu saja karenamu, bodoh"

"Apa kamu sangat mencintaiku sampai harus seperti itu? Rajin berolahraga, rajin belajar, menjadi dewasa. Semua untukku, huh?" suara Jaehyuk terdengar sedikit pecah.

Ia benar-benar menangis akhirnya.

Jeongwoo lagi-lagi tertawa. Balas memeluk Jaehyuk hyung lebih erat.

Tidak lupa mengusap punggungnya pelan.

"Benar. Semua karena hyung. Jadi bertanggungjawablah"

"Apa yang harus aku lakukan?" balas Jaehyuk.

Jeongwoo mendekatkan bibirnya pada telinga Jaehyuk hyung.

"Cintai aku dalam waktu yang lama, Yoon Jaehyuk"

Our SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang