Prolog

336 93 22
                                    

Suara serangga malam membisingkan telinga, hampa angin beraroma tanah sawah menyapa pernapasan seorang remaja lelaki, mata hitam segelap langit malam itu seolah menantang adu siapa yang paling hampa diantara mareka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara serangga malam membisingkan telinga, hampa angin beraroma tanah sawah menyapa pernapasan seorang remaja lelaki, mata hitam segelap langit malam itu seolah menantang adu siapa yang paling hampa diantara mareka.

Sinar bulan di malam ini redup, hingga tak memunculkan sedikitpun remang-remang cahaya malam untuk mengintip warna kulit remaja itu yang memutih tak biasanya anak bocah lelaki. Bulan malam payah, ia menghilang seperti pengecut takut pada serangan awan moster yang gelap gulita.

Nafasnya menghembus panjang, melepaskan segala penat hidup seorang manusia remaja yang tak punya daya. Hidung tepahat indah itu kembang kempis seirama suara nyanyian jangkrik dan katak sawah.

"Ah, kenapa harus aku yang menjaga rangkang sawah malam ini."

Gerutuan seorang bocah perempuan yang beranjak remaja itu terdengar sangat kesal sepanjang jalan setapaknya di bendungan sawah. Bayangnya terlihat mugil dan kecil.

Bibir tipis merah muda lelaki itu tersenyum tipis, sudah hampir tiga minggu ia tidak melihatnya lagi dan kini bayangan mugil dan kecil itu kembali lagi berada ditengah lautan sawah yang hampir menguning ini.

"Dek, malam- malam sendiri ngapain?" Tanya lelaki itu  padahal ia sendiri sudah tau jawabannya.

Jalan gadis perempuan yang sudah melewati rangkang kayu tua itu berhenti, ia membalikkan badannya wajahnya menuduk dalam, tangannya yang kecil merapatkan selimut usang warna merah muda itu ketubuhnya. Wajahnya semakin dalam ia sembunyikan dengan rambut lurus hitam legamnya yang menjutai indah.

"Nini suruh jaga sawah."  Suara nya muncul mengecil seperti putri malu yang takut bertemu orang. Setiap hari nya lelaki itu hanya melihat  bayang mugil nya melewati sawah ini dengan ocehan kesal di bibir nya. Kadang kala ia menyeruak tawa mendengar ocehan gadis kecil itu.

"Mau aku temani ke rangkang sawah mu, Dek." Tawaran yang terdengar bak pemuda pembarani yang merasa kasihan melihat gadis itu memang terdengar serius tak serius. Wajah gadis kecil itu mendonggak melihat lelaki yang barusan menawarkan ingin menemaninya.

Hawa dingin malam dan desiran suara batang padi menyelamkan tawaran tanpa balasan itu. Mata bulat disisikan bulu mata lentiknya nya mengedip- ngedip, bibir merah nya membuka bulat, pipinya memerah dengan sedikit sembulan lemak yang terlihat bulat kanan kiri.

Terdiam sesaat, kemudian remaja lelaki itu mendadak mengapit rapat kedua bibirnya, menahan suara gelagak geli yang ingin keluar namun kedipan polos mata gadis kecil itu berkali kali, semakin membuat tawanya tak tahan lagi. Semburan tawa lansung menyerbu. Lelaki itu mengusap rambutnya dan memegang perutnya, menahan kekehan lepasnya.

Satu hal yang sangat menggambarkannya gadis perempuan itu di matanya adalah gadis yang sangat imut dan lucu.

Saat itu anak lelaki yang selalu merasa desa di daerah pedalaman Bugis ini seperti penjara bagi setiap masa libur sekolahnya, maka untuk malam di tengah persawahan ini ia merasa tinggal di desa ada hal yang menyenangkan. Meskipun daerah kota Surabaya, tempat tinggalnya paling asyik baginya.
 
Itulah percakapan pertama seorang lelaki yang saat itu masih beranjak SMP kelas tiga dengan gadis didepannya ini, ternyata sekarang gadis kecil ini menjadi Gadis miliknya yang selalu mengekori kemanapun alur hidupnya, Gadis sawah yang dulu bertumbuh mugil dan berkulit lembut kini tak juga berubah drastis ia  tetap menjadi Gadisnya Agam yang mugil dan cantik  yang selalu akan Agam jaga agar tak tergores sedikit pun. Gadisnya  yang sangat lembut dan rapuh ini akan selalu berlindung dibelakang tubuh tegap dan jangkung miliknya. Mareka hidup bersama dengan niat nekat Agam ingin membawa Gadisnya untuk selalu bersamanya saja.

Gadis dan Agam akan bersama, mareka bersama untuk menanti ujung yang berakhir jelita.

Gadis dan Agam akan bersama, mareka bersama untuk menanti ujung yang berakhir jelita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Hai salam kenal semuaa...
Alhamdulillah, ini cerita pertama aku
Semoga kalian suka ya sama cerita ini
Jangan lupa komenya yaaaa...
Folllow aku ya...
Salam dari aku Nedesia 🤍

Ujung JelitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang