Hallo.. aku up lagi yuhuu...
Meski yang baca bisa hitung jari tapi aku tetap optimis banget hahhaha*****
Lantunan bait-bait ayat kalam Ilahi mengalun samar pada toa mesjid, surah Ar-Rahman yang terdengar mengalun indah itu seakan memuja- muji subuh pagi ini masih disertai guyuran hujan yang terdengar gerimis. Hujan sore ternyata berubah menjadi hujan malam dan hujan subuh.
Gadis mengeser dengan sepelan mungkin tangan dengan otot liat itu di atas piganganya, dan kaki berat yang melilit kedua kaki pendeknya. Setelah lepas ia mulai bergerak perlahan seperti penjahat yang kabur dari tahanan, namun saat ini tujuannya hanya tak ingin menaganggu tidur lelaki yang terlihat nyenyak dari helaian nafasnya yang terdengar teratur itu.
Tangan Gadis mengusap rambut lebat lelaki itu. Wajah dengan rahang kokoh itu terlihat damai. Gadis tau lelaki itu pasti sangat lelah dengan harinya hingga membuat kulitnya terlihat lebih menggelap yang aslinya putih bersih, dan warna kulitnya sekarang seolah mengatakan bahwa sinar matahari lebih akrab dengannya.
Gadis tersenyum tipis. Mungkin jika lelaki itu tak melarangnya bekerja tentu Gadis akan ikut membantu untuk bisa mencari pundi-pundi rupiah sambil kuliah, setidaknya ia bisa membantu mengajari les matematika pada anak-anak sekolah dasar atau mengajari les membaca untuk anak usia dini. Ia bisa saja melakukan itu. Namun, suara tegas yang terdengar tak ingin dibantah itu membuatnya urung diri, dan hanya mengikuti perintah lelaki itu.
Gadis membasuh wajahnya, kemudian menuju dapur. Tanganya mengikat tinggi rambut hitam lebat yang memanjang hingga sampai ke pinggul. Sebelah tanganya membuka kulkas untuk mengeluarkan bahan masakan. Ia mulai dengan mengeluarkan seikat sayur kangkung untuk ditumis, satu balok tempe untuk digoreng tepung, dan ayam ungkep untuk digoreng. Setiap harinya sederhana, seperti kehidupan anak kos-kos mahasiswa pada umumnya, bahkan sesekali Agam akan mengajak Gadis untuk makan malam di luar, sambil memutar jalanan Jogja yang selalu sibuk dan ramai.
Menuju tempat pencucian piring dengan sebelah tangan membawa sayuran untuk ia cuci.
Tanganya menuangkan sabun berwarna hijau dari dalam botol untuk dituangkan beberapa tetes kedalam baskom berisi air.
Namun, baru saja membuka tutupnya alis Gadis mengernyit kerut. Bau ini. Mengapa seperti bau pengharum mobil wangi jeruk yang sangat dibencinya. Hidungnya mendadak ia jepit erat dengan jarinya hingga memerah. Sejak kapan sabun cuci piring berkamuflase menjadi Stella jeruk. Kepala Gadis mendadak pusing. Isi perutnya memaksa keluar. Ia menggelengkan kepalanya seolah mengatakan jangan muntah. Namun, perutnya tak bisa diajak kerjasama, mulutnya mengeluarkan seluruh isi berupa cairan kuning karena ia belum mengisi perutnya dengan apapun pagi ini.
Derap langkah kaki yang terdengar berlari itu mengarah pada wastafel dapur. Gadis masih sibuk dengan isi perutnya yang memaksa keluar padahal ia sudah tak sanggup lagi untuk hanya berdiri. Tanganya berubah dingin dan kakinya gemetar seakan habis tenaga untuk menompang tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ujung Jelita
Romance"Mau aku temani ke rangkang sawah mu, Dek." Obrolan pertama sepasang remaja ditengah gemuruh udara dingin malam di persawahan. Kehidupan lika-liku yang mareka jalani ternyata membawa mareka kian bersama. Gadis dan Agam adalah sepasang remaja yang n...