Hai..
semoga kalian suka cerita aku...
Jangan lupa follow ya ..******
Senyum gadis yang bersapa Gadis itu terlihat terbit secerah matahari pagi seolah siap mengalahkan suhu dingin pagi di kota Jojga. Tangan kecilnya sibuk merapikan letak jas almamater kebanggaan kampus barunya. Meskipun, ia tau bahwa almamaternya tak terbalik ataupun tak rapi tapi sejak subuh tanganya tak pindah dari baju berlogo kampus itu.
Setelah memastikan baju kebanggaan kampusnya itu rapi tak lecet, ia beralih pada kepalanya yang kini dibaluti pita kecil dengan motif merah putih. Kemudian matanya berpindah pada sepatu putihnya yang terlihat lebih bersih, karena baru ia cuci kemarin. Dagunya dengan sedikit lipatan lemak mendogak keatas bangga. Senyum pongah kembali terbit menghias di bibir nya. Matanya melebar binar menatap lapangan yang dipenuhi ribuan manusia dengan jas yang sama dengannya.
Senyum nya lebih cerah lagi ketika melihat seorang gadis dengan kerudung putih dan penampilan yang sama dengannya melambaikan tangan dan berlari mendekat padanya.
"Aku heran kenapa jadi cantik, ya, pakai gini." Gadis terkekeh kecil melihat dirinya sendiri kemudian menatap gadis sebaya di depanya yang sedang mengatur nafas sambil memegang perutnya.
"Jasnya pas, kan? Bikin kita keren kayak anak mahasiswa, ya, Pi?"
Senyum binar Gadis sangat cerah hingga membuat gadis yang dipanggil Pi itu terdiam sejenak. Nafas Piana menjadi teratur. Menelan ludah kasar, matanya menatap tak percaya pada sahabatnya yang kita seperti manusia sawah karena tubuh mugil Gadis tenggelam dengan jas kebesaran.
"Bagus kok, Dis. Pas. Tapi kayaknya agak lain dikit aja, ya," ucap Piana dengan suara semakin kecil di ujung kalimat. Gadis sumringah. Tersenyum bangga pada Piana.
Gadis mempunyai sifat lugu dan tak peka. Ia tak mau berpikir terlalu keras, karena menurutnya kepalanya tak sanggup untuk itu. Ia juga tak ambil pusing pada manusia yang sering menatapnya dengan tawa kecil, atau kemudian berisik seolah dia adalah komedian di layar televisi yang bertingkah lucu. Ia tak akan peka pada manusia yang mengejeknya. Hidup cukup membahagiakan baginya setiap hari, apalagi ketika ia mendapatkan uang bulanan lebih banyak dari biasanya.
Hidup Gadis cukup sederhana. Sesederhana ia hanya makan tempe orek dan nasi putih tanpa lauk apapun ketika berangkat sekolah dasar karena keluarganya harus hidup hemat semenjak Abahnya yang dulu seorang PNS harus pensiun dini karena kecelakaan dan mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya. Atau juga sesederhana ia setiap harinya akan tersenyum sumringah karena mendapat gajian bulanan tak seberapa dari pekerjaan mencuci piring di rumah makan Padang dan itu dapat meringankan uang jajan dari Bundanya yang hanya berkerja membuka jasa pemesanan nasi dan kue. Hidup Gadis sangat sederhana.
Hidup sederhana itu dijalankan Gadis dengan selalu tersenyum indah hingga terkadang gingsul kecil di giginya nampak dan lubang di sebelah pipi kanannya terlihat. Ia jarang menangis, entah karena ia tak punya banyak air mata atau memang seorang Gadis hanya memiliki senyum indah untuk menjalani hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ujung Jelita
Romansa"Mau aku temani ke rangkang sawah mu, Dek." Obrolan pertama sepasang remaja ditengah gemuruh udara dingin malam di persawahan. Kehidupan lika-liku yang mareka jalani ternyata membawa mareka kian bersama. Gadis dan Agam adalah sepasang remaja yang n...