"Anda gila?" Dirandra menatap tajam Adam Chandrakusuma yang berdiri di depannya.
Saat ini keduanya berada di ruang kerja lelaki itu. "Semarah apapun anda tidak boleh berbicara nonformal di depan pegawai lainnya ini akan menjatuhkan martabatku sebagai pegawai."
Adam melihat baik-baik wanita itu, sebenarnya siapa di sini yang berhak marah? "Kamu terdengar seperti memerintah," kata Adam dengan tegas.
"Aku hanya ingin menjaga wibawa anda sebagai tuan rumah di sini terlebih aku seorang pegawai bagaimana penilaian pegawai lain terhadap aku? Atau anda ingin aku pergi dari sini? Benarkah ini cara anda?" Dirandra tidak marah, dia berbicara baik-baik hanya saja saat ini Adam sedang emosi jadi kalimatnya terdengar tegas di telinga lelaki itu.
"Katakan, kenapa kamu tidak menungguku " dirandra menatap pria itu, sepertinya dia tidak perlu mengatakan yang sebenarnya cukup memberitahu lelaki itu jika dia turun karena lapar tidak mungkin menunggunya kembali.
"Aku lapar setelah setelah tidur." keduanya masih saling bertatapan. Dirandra yang tenang dan Adam dengan raut marahnya.
"Kamu bisa menyuruh pelayan mengantarkan makanan ke kamar kenapa harus duduk di sana dan membuatku menunggu?"
Sampai kapan dia akan menerima perintah dan Berapa lama lagi dirinya diperbudak oleh pria itu?
"Maaf." Dirandra juga sedang emosi, jika melayani kemurkaan Adam bisa saja dirinya juga terpengaruh. "Malam ini aku ingin pulang."
Mendengar itu Adam bertambah murka. "Siapa yang menyuruh mau pulang?" tanya laki-laki itu dengan raut dinginnya.
"Temanku akan berkunjung, jadi tidak enak kalau aku tidak menyambutnya." setelah bukti hari ini, banyak hal yang akan dilakukan dheerandra bersama seseorang yang telah menunggunya di rumah.
"Besok saja, atau kamu bisa menyuruhnya datang ke sini." karena malam ini Adam membutuhkan wanita itu. Sepertinya akan sulit, dirandra harus mencari cara lain. Tanpa perlu memutar otak wanita itu tahu apa yang harus dilakukannya. Menciptakan senyum setipis mungkin ditambah dengan.wajah cantiknya akan sangat mudah. Perlahan tangan dirandra menyentuh rahang Adam, meraba membuat sensasi menenangkan perlahan sensasi itu berubah menegangkan setiap urat di tubuh Adam.
"Jangan berpikir kamu melakukannya sekarang dan berniat akan pergi nanti malam." mata laki-laki itu terpejam, dirandra melihat dengan tatapan tajamnya tangan itu sudah di batang leher Adam masih bergerak membuat gerakan yang bisa melenakan lelaki itu.
"Aku hanya pulang sebentar."
Adam memegang tangan Dirandra, membuka matanya laki-laki itu menatap manik indah milik sekretarisnya. Tak perlu dikatakan apa yang dirasakannya saat ini karena wanita itu tetap akan berada di sini kecuali dia sendiri yang akan mengusirnya.
Tak perlu bicara terlalu jauh, saat ini lelaki itu hanya menginginkan sekretarisnya. Dia tidak ingin dibantah, ingin dirandra melakukan apapun yang diperintahkan olehnya. Dengan posisi yang begitu dekat Adam bisa melihat mata, hidung dan bibir Dirandra yang begitu memukau. Adam tidak bisa menahan untuk tidak menyentuh dan membawa wanita itu keranjangnya. Untuk yang kesekian kali, mereka kembali bercinta melupakan amarah yang sama-sama telah merenggut logika keduanya. Walaupun dengan alasan yang berbeda, desah mereka saat ini untuk alasan yang sama. Mereka saling menikmati tanpa lupa tujuan masing-masing.
Seolah tidak bosan dengan tubuh Dirandra, satu sampai dua jam tetap tidak akan terpuaskan karena dirandra begitu panas di ranjangnya.
"Apakah anda tidak akan melepaskan pelukan ini?"
Adam mengabaikan tanya dirandra, pria itu hanya ingin memeluk bila perlu hingga esok pagi.
"Anda yang mengatakan agar tidak ada perasaan diantara kita, boleh aku bertanya lagi?" tangan dirandra tidak meraba, namun kedua tangan Adam memeluknya dengan erat.
"Katakan padaku apa arti pelukan ini. Anda juga tidak mengizinkanku pulang malam ini, padahal aku hanya pulang sebentar, besok subuh aku akan kembali."
Adam tidak perlu memikirkan ucapan ataupun tanya dari Dirandra, malam ini dia tidak bisa melepaskan dirandra entahlah itu yang dinginkan hatinya malam ini.
Tidak ada niat dari Adam untuk menahan Dirandra malam ini karena kemarahannya tadi jadi ia melampiaskannya. Anggap saja ini sebagai hukuman. Sudah, jangan membuat rumit sungguh laki-laki itu tidak ingin berpikir yang aneh-aneh untuk saat ini hanya ingin mendekap tubuh indah itu membuatnya melayang gesekan tubuh polos dirandra dengan tubuhnya selalu menimbulakan sensasi.
"Harusnya aku menyelesaikan beberapa pekerjaan lagi Anda yakin akan tetap seperti ini?"
"Masih banyak waktu jadi tutup saja mulutmu."
Berada dalam dekapan lelaki itu tidak membuatnya nyaman, tapi dirandra tidak melakukan apa- apa. Wanita itu bisa bertahan sampai laki-laki itu mau melepaskannya. Karena mata Adam terpejam, Dirandra bisa melihat dengan seksama wajah laki-laki itu bukan untuk mengagumi apalagi menikmati melainkan sebatas penasaran bagaimana raut itu jika kesakitan sungguh Dirandra sangat ingin tahu.
Karena Adam menyuruhnya diam, Dirandra menurutinya. Siapa yang bisa membayangkan berada di lelukan seseorang yang sangat dibenci dan ingin membunuhnya , tapi saat ini ia tidak bisa melawan hanya bisa memejamkan mata mengikuti alur yang dibuat oleh lelaki itu sementara menunggu klimaks balas dendamnya.
"Siapapun orang yang ingin kau temui itu adalah benar-benar teman."
Dirandra mendengarnya seperti sebuah gumaman tapi ia tahu jelas kata-kata itu ditujukan untuknya. Sedikit bergerak wanita itu menopang kepalanya dengan sebelah tangan, membuat pria di sampingnya ikut menatapnya. Cukup lama mata mereka bertaut tidak ada yang bicara sepertinya mata mereka yang berkomunikasi dan dan sama-sama tidak menduga Jika mereka bisa membaca raut masing-masing.
"Anda tidak jatuh cinta padaku kan?"
Adam tidak terkejut dengan pertanyaan Dirandra sebaliknya, laki-laki itu ingin tahu arti tatapan wanita itu. "Kamu terbakar pada pesona Tuan-mu ini?"
"Aku tidak mudah mencintai, apalagi untuk jatuh pada pesona lelaki. Suatu hari nanti mungkin anda akan tahu alasan aku tidak bisa mencintai lelaki."
Mendengar itu Adam tidak marah, perlahan ia memainkan jemarinya di punggung wanita itu.
"Aku sangsi wanita sepertimu punya trauma." karena Adam tahu bahwa dirinyalah yang pertama kali menyentuh wanita itu dan ia tidak melihat tanda-tanda itu. Walaupun masih perawan, Dirandra cukup piawai menguasai ranjang. Yang tidak diketahui oleh Adam adalah Dirandra dengan semua rencananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Yang Ternoda
Mystery / ThrillerDia bukan wanita pemuja romansa. Karena cinta bukan anugrah, tapi malapetaka, itu menurutnya. kematian adiknya, menyisakan misteri. Secara sadar, ia masuk dalam kehidupan yang penuh marabahaya demi mengungkapkan kasus kematian sang adik. Ia tidak ta...