13

1.2K 172 14
                                    

Up sesuai vote ya 😁

Selamat membaca ;)

Tempat itu tak layak lagi disebut sebuah rumah setelah adiknya meninggal di tangan laki-laki yang kini sudah berada dalam genggaman wanita itu. Sebuah ruangan mirip gudang hanya saja di sana tidak ada barang-barang yang aneh melainkan deretan foto dan kliping dari surat kabar mengenai Adam Chandrakusuma yang harus bertanggung jawab atas kematian almarhumah Denada.

"Aku akan bergerak sekarang," kata Dirandra pada laki-laki yang duduk di depan komputer.

"Aku bisa menyiksanya secara perlahan setelah itu aku pasti akan menemukan bukti rekaman itu."

"Itu terlalu berbahaya, lakukan sekaligus setelah kau mendapatkan rekaman itu"

Dirandra tidak setuju, untuk membawa Adam dia punya satu rencanaan. "Aku ingin ke villa itu."

Pria yang duduk di depan komputer adalah Agra, salah satu orang kepercayaan Dirandra yang selama ini ikut membantunya mendalami kasus kematian almarhumah Denada.

"Beermainlah dengan aman kalau kamu ingin hasil yang memuaskan."

"Aku sudah menyerahkan diriku, sepertinya tidak akan sulit." mata Dirandra memerah melihat foto gaun di layar. "Terlalu lama membiarkannya hidup tenang bukan pilihan yang tepat." masih samar tetapi Dirandra bisa membayangkan kesakitan yang dialami oleh Adam Chandrakusuma.

"Jangan bahayakan dirimu, cari Kesempatan agar aku bisa masuk ke kediaman itu."

Dirandra menggeleng, jika Agra masuk ke kediaman Adam belum tentu pria itu bisa menahan diri saat melihat sebuah kejadian yang melibatkan dirinya jadi sebagai antisipasi lebih baik dia membantunya dengan cara ini.

Wanita itu tidak ingin terlalu banyak mengeluarkan waktunya untuk Adam Chandrakusuma, besok pagi dia akan melanjutkan aksinya dengan mengajak pria itu ke Villa yang pernah dikunjungi oleh almarhumah Denada.

Melihat tekad yang begitu bulat dan dendam dalam tatapan Dirandra, Agra tidak bisa menghentikan niat wanita itu sekalipun ia sangat ingin mengganti peran menghadapi situasi yang berbahaya ini

Dia yang paling tahu ambisi wanita itu untuk membalas dendam pada sosok Adam Chandrakusuma.  Dirandra bahkan nekad meninggalkan profesinya sebagai dokter untuk membalas dendam atas kematian adiknya.

Rekaman video itu belum ditemukan, namun benak Dirandra bisa menerka apa yang dikatakan oleh pria bejat itu dalam rekaman tersebut. Itu tidak akan jauh dari ancaman agar almarhumah Denada menggugurkan kandungannya, Dirandra sangat yakin itu.

"Cukup awasi pergerakanku dari monitor, aku akan menyampaikan sinyal bila situasi bahaya."

Obrolan malam itu telah selesai, meninggalkan Agra, wanita itu masuk ke kamarnya. Sejak adiknya meninggal dirandra tidak pernah bisa tidur nyenyak. Ketika matanya terpejam bayangan tawa Adam Chandrakusuma selalu membangkitkan amarahnya.

Dirandra juga tidak suka cahaya, setiap pulang ke rumahnya dia akan mematikan semua lampu. Hanya di gudang wanita itu memasang dua buah lampu Neon untuk memudahkannya bekerja.

Beberapa langkah lagi wanita itu akan membuat Adam Chandrakusuma bersaksi atas kesalahannya di pengadilan.

******

Kembali ke kediaman Adam Chandrakusuma, Dirandra bersiap melakukan pekerjaannya. Pria itu baru masuk sepuluh menit kemudian, tanpa menyapa duduk di kursi kebesarannya mulai memeriksa email yang masuk.

Perihal Dirandra yang pergi tengah malam dari kediamannya membuat Adam marah. Karenanya laki-laki itu menahan diri untuk tidak menyapa. Terbangun tanpa mendapati wanita itu disampingnya, tidak ada yang bisa dilakukan oleh Adam karena tidak mungkin  membuat sopirnya curiga karena menyuruhnya mencari kediaman sekretarisnya di tengah malam buta.

 Dirandra merasakan keanehan sikap pria tersebut. Namun demikian dia tetap menyapa tuannya.

"Sepertinya Anda marah padaku." wanita itu masih duduk di sofa saat mulai berbicara. "Melihat anda begitu lelap terlalu sungkan untuk membangunkan."

Tidak ada yang ingin dikatakan oleh Adam, melihat keberanian wanita itu pergi tanpa seizinnya bisa dikatakan itu sikap yang keterlaluan.

"Maaf aku sudah merusak pagi anda." Dirandra tidak ingin bersikap rendah hati di depan pria itu ia tidak sabar ingin membuat Adam melihat Siapa dia sebenarnya. "Untuk menebus kesalahanku mungkin kita bisa pergi ke suatu tempat." strategi sudah sudah diatur, dia hanya perlu menjalankan. "Aku ingin merasakan nikmatnya bercinta di Villa." Dirandra menunggu respon pria tersebut, dengan raut datarnya tidak mudah menebak apa yang sedang dipikirkan oleh laki-laki itu.

"Karena ini pertama bagiku, aku tidak meminta hal yang besar kan? "

Masih tidak ada jawaban, Dirandra tidak berbicara lagi. Jangankan untuk melayani kemarahan pria itu melihat wajahnya saja sudah membuatnya muak. Terselip sedikit kepuasan di hati wanita itu mengetahui Adam murka karena kepergiannya tadi malam. Secara tidak langsung pria itu ingin mengikatnya, bukan tidak pasti jika laki-laki bejat itu sedang mempertimbangkan permintaannya beberapa saat lalu.

Ada satu hal yang ingin diketahui oleh wanita itu yaitu bagaimana jika dia hamil Bisakah memanfaatkan keadaan tersebut untuk menekan laki-laki itu? 

Dirandra mengangkat wajahnya, menatap laki-laki itu tepat di bagian lehernya kemudian melihat kedua tangannya, ia tidak akan ragu akan kekuatan tangan miliknya saat mencekik Adam.

Merasa diperhatikan, Adam juga melihat Dirandra hingga tatapan keduanya bertemu. 

"Anda ingin bercinta denganku?" begitu mudah mengalihkan ekspresi.

"Kurasa tidak," sahut Adam. Dengan tatapan tajamnya membidik manik dirandra. Ia merasakan firasat buruk dari raut wanita itu, namun belum bisa meraba hal buruk apa yang akan menimpanya. Saat sebuah pesan masuk dari orang kepercayaannya pria tersebut menatap intens wajah sekretarisnya.

"Aku tidak yakin kita pernah bertemu di masa lalu, benarkah kamu seorang dokter?" Adam tidak bisa menahan diri, Informasi yang baru saja diperolehnya tidak menenangkan.

Dengan tenang Dirandra menjawab, "Aku masuk jalur kotor jadi aku merasa tidak pantas berada di sana." sepertinya benar kata Agra, dia harus berhati-hati mengambil tindakan.

"Kamu tidak berniat memperkenalkan dirimu secara resmi?" sepertinya Adam mulai penasaran dengan wanita yang telah menaklukkan hatinya. Dia tidak buta, sejak pertemuan pertama sudah melihat perbedaan antara dirandra dengan pegawai lainnya walaupun wanita itu mengenakan seragam yang sama seperti mereka." Setelah ini apakah Aku akan mendengarkan hal lainnya tentangmu?"

"Aku tidak bisa berjanji."

Tangan Adam mengepal. Wanita itu tidak mengincar hartanya, lantas apa? Kenapa dia bisa masuk dalam area gelap yang diciptakan Dirandra?

"Kamu berlindung dibalik CV?" Adam bahkan bisa menghafal keterangan yang ditulis wanita itu.

"Aku orang biasa."

Diucapkan dengan nada rendah, sekilas mata pria itu merekam sirat aneh dalam tatapan Dirandra.

"Siapa kamu?"

"Partner bercinta anda." 


Pesona Yang Ternoda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang