Waktu makan siang telah tiba. Gian, Mahen, Acha, Jeslyn, dan Xenia sudah memilih meja untuk mereka makan siang bersama. Mahen duduk tepat ditengah antara Gian dan Acha, sedangkan Jeslyn dan Xenia di sebrang meja.
"Ini dia makanan nya" Ucap seorang pelayan dengan ramah.
"Makasih" Ucap Acha.
"Ini punya Mahen" Acha memberikan segelas jus cranberry kepada Mahen.
"Makasih"
"Mereka sedeket itu" Batin Gian.
"Selamat makan semua" Seru Jeslyn.
Gian terus menatapi makanan dihadapan nya tanpa menyentuh sama sekali, membuat Jeslyn dan Xenia memperhatikan nya.
"Kenapa Gian?" Tanya Jeslyn.
Mereka sudah sepakat, tidak ada iming-iming tuan di depan nama Gian, mereka bisa memanggilnya Gian saja, dan itu tidak akan menjadi masalah.
"Gapapa kok, cuma tiba-tiba gak nafsu aja"
"Gasuka makanan nya?"
"Suka kok" Gian mulai menyantap sedikit makanan nya.
Mahen terus memperhatikan kedua nya yang tengah berbincang tanpa menggubris atau merespon apapun.
Mahen membuka ponsel nya di bawah meja, mengirim pesan pada Gian.
Gian
Kenapa?Ting
Notifikasi ponsel Gian mengalihkan perhatian semua orang di meja, semua menatap ponsel Gian yang menyala.
Mahen
Kenapa?
Gapapa
Gian kembali menaruh ponsel nya keatas meja dengan posisi terbalik.
Mahen tahu pasti ada apa-apa dengan Gian, tapi apa? Mahen terus memperhatikan Gian diam-diam agar tidak ada yang menyadari nya.
Setelah beberapa menit mereka makan, kini mereka tengah mengobrol dan menceritakan pengalaman kerja masing-masing, di sela-sela itu juga mereka bercanda, mereka tertawa sampai lupa mereka dimana.
"Eh sorry sorry" Acha menyatukan telapak tangan nya meminta maaf.
"Udah yuk ah" Xenia bangkit dari duduk nya diikuti Jeslyn lalu Acha dan Mahen kemudian Gian.
******
"BYE GUYS" Acha berlari melambaikan tangan nya pada teman-teman nya karena dia sudah ada di dekat mobilnya.
"HATI-HATI"
"Kita juga pergi ya" Pamit Jeslyn menarik tangan Xenia bersama nya.
"Mobil kamu mana?" Tanya Gian.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psychopath [BXB]
Teen FictionPerasaan yang sudah diusahakan untuk pergi, dan hampir saja sepenuhnya pergi itu secara tiba-tiba kembali. Datang tanpa permisi. Hanya karena satu pertemuan bisa membuat ingatan lampau yang sudah memudar itu kembali pekat. Perasaan yang seharusnya t...