Ara tak menyadari keberadaan seorang pria yang sedari berada dibelakangnya tengah menikmati sarapannya juga saat Ara memasuki kedai tadi, pria tadi sibuk memperhatikan Ara dari atas sampai bawah, secara perlahan pria itu berdiri dari duduknya dan menghampiri Ara.
Ara kaget saat merasakan keberadaan seseorang disampingnya namun ia tetap acuh karna ia pikir itu pembeli lain, ini kedai kaki lima, siapa saja bisa duduk dengannya karna memang meja yang disediakan tidak banyak yang pastinya membuat ia harus berbagi tempat dengan yang lain.
"Ara yah?" Tanya pria itu yang masih bisa di dengar oleh Ara karna ia tak menyetel lagu dalam volume besar, Ara lantas melepaskan headset-nya dan menatap seseorang yang ada disampingnya, seorang pria yang tidak ia kenal, memakai pakaian seragam dari sekolah lain.
"Lo Ara kan?" Tanya pria itu lagi.
Ara menganggukkan kepala, Ara menatap nametag diseragam pria itu, Azka Andreas.
Mata Ara membulat sempurna, Ara tau siapa Azka, pria yang selalu diceritakan Febbi sebagai musuh dari geng Axe, Azka adalah ketua geng Amigos.
"Lo kenalin gue ternyata dari ekspresi wajah lo." Ujar Azka sambil mengeluarkan smirk-nya. "Ternyata lo nggak seburuk rupa yang dibilang orang lain." Lanjut pria itu.
Ara hanya tersenyum kikuk karna tak tau apa yang harus ia lakukan.
"Gue liat lo tadi keluar dari mobil Porsche, cowo lo?"
"Bukan." Jawab Ara seadanya.
"Iya juga sih, nggak mungkin juga cowo yang punya Porsche doyan sama cewe modelan lo, kecuali kalo lo jago goyang." Smirk kembali dikeluarkan oleh Azka, bahkan pria itu sudah bergeser duduk semakin dekat dengan Ara yang juga bergeser menjauh.
"Lo juga nggak mungkin orang kaya, nggak ada orang kaya yang bisa dibully, jadi pasti goyangan lo mantapkan?" Azka menarik pinggang mungil Ara agar gadis itu tak menjauh darinya.
"Jangan jauh-jauh, nanti jatoh." Azka semakin mendekatkan tubuhnya pada Ara yang sudah terkunci seolah dipeluk oleh pria tinggi itu.
Ara sendiri berusaha melepaskan diri dari Azka, ia mendorong tubuh Azka yang pastinya lebih kuat darinya.
"Lo wangi yah Ra, gue jadi sange." Azka berujar begitu vulgar saat ia menghirup aroma yang keluar dari tubuh Ara.
Azka suka aroma Ara, aroma floral dan musk yang tidak membuat sakit kepala. Azka membelai rambut halus milik Ara sambil menciumi aroma yang keluar, seriusan Azka seperti seorang yang horny dan mabuk secara bersamaan.
"Oh Shit! You turn me on." Azka berujar dan tanpa aba-aba ia mengambil tangan kanan Ara dan menuntutnya langsung pada tubuhnya yang sudah ereksi, Ara tentunya kaget saat bersentuhan dengan tubuh bawah Azka meskipun masih diluar celana. Dengan spontan Ara menghentakkan tangannya dan langsung menampar Azka.
Ara langsung berdiri dan mengeluarkan uang 20.000 dan memberikannya pada sang penjual sebelum ia keluar dari kedai dengan cepat, ia menahan air matanya sendiri, berulang kali ia membersihkan tangannya dengan hand sanitizer yang memang selalu bergantung diranselnya.
Ara berjalan cepat tak menyadari jika Azka mengikutinya sampai saat Azka sudah berdiri dihadapannya dan menghalangi jalannya.
"Minggir." Ujar Ara tanpa memandang Azka.
"Hei, hei, hei, jangan sok jual mahal, gue bahkan punya lamborghini."
"Lo menjijikan." Ujar Ara pelan namun sangat kena pada Azka hingga membuat pria itu emosi.
"Lo bilang apa?!" Azka menaikkan intonasinya namun Ara tak bergeming sama sekali seolah ia sudah terbiasa dengan teriakan, nada keras, bentakan dan segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beyond - VRENE (lokal) - END
Teen Fiction"Gue nggak pernah suka sama lo, jadi jangan berharap banyak sama pertunangan ini."