T W E N T Y N I N E

640 67 25
                                    

Alex begitu frustasi karna tak seorang pun mengijinkannya untuk menemui Ara, bahkan saat Ara sudah pulang dari rumah sakit pun, wanita yang masih menjadi istrinya itu tak pulang ke apartment tapi malah pulang ke apartment lain yang dibelikan oleh papanya.

Yang semakin membuat Alex frustasi saat sebuah surat cerai dikirimkan ke kantor perusahaannya. Dengan langkah cepat Alex berjalan menuju ruangan sang papa. Tanpa ijin pria itu masuk ke dalam.

"Kenapa papa mengatur perceraianku dengan Ara?" Alex bertanya dengan suara dan nada yang menunjukkan bahwa ia tidak terima dan keberatan.

"Karna memang itu yang terbaik." Sahut Doni sambil mengerjakan pekerjaannya.

"Ini pernikahanku dengan Ara, maka aku dan Ara yang akan menyelesaikannya, bukan papa atau orang lain, lebih baik papa mengurus pernikahan papa sendiri. Tarik kembali berkas perceraian dari pengadilan, sampai kapanpun aku tak akan menceraikan Ara." Ujar Alex dengan begitu tegas sambil menyobekkan surat cerai yang berada ditangannya tanpa keraguan sedikitpun, "Ah, lagi, aku akan menuntut istrimu karna sudah mencelakai calon anak dan istriku, sebaiknya papa bersiap-siap." Ucap Alex sebelum meninggalkan ruangan sang papa.

Alex dengan segera menyelesaikan pekerjaannya agar bisa pergi menemui istrinya, ia tidak ingin bercerai dari Ara, ia masih ingin mempertahankan pernikahan mereka meskipun di surat cerai tadi ia sudah melihat tanda tangan Ara.

Alex tau dimana apartment Ara dan ia juga tau Febbi dan Darren tinggal bersama Ara untuk menemani istrinya itu, hanya untuk beberapa hari karna mereka harus segera kembali berkuliah di luar.

Alex juga tau Evan terkadang menemui kakak sepupunya itu untuk memastikan bahwa Ara baik-baik saja, keduanya tampak lebih dekat dari biasanya, tidak, Alex salah, maksudnya Evan yang terlihat sangat mendekatkan diri dengan Ara.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya Alex langsung buru-buru mengambil ponsel dan kunci mobilnya, tentu ia ingin menemui istrinya setelah hampir 2 minggu tak diijinkan bertemu, yah 2 minggu, terakhir kali mereka bertemu saat dirumah sakit dimana Ara menceritakan semuanya.

Alex sudah merindukan Ara, ia tak peduli jika nantinya Ara akan menamparnya atau mengusirnya, yang penting ia bisa melihat wajah Ara.

Bucin? Katakanlah begitu, tapi sudah terlambat, atau belum.

Sedangkan disisi lain Ara sedang bimbang sambil berduduk diam diruang tamu mendengarkan ocehan Darren dan Febbi.

"Lo dengerin nggak sih woi?" Omel Febbi saat menyadari Ara hanya diam dengan tatapan tak terbaca.

"Emang gue mesti banget yah jauhin Alex?" Tanya Ara dengan polosnya, ia mendengarkan penjelasan Febbi dan Darren kok, intinya kedua sohibnya itu meminta Ara untuk ikut dengan mereka ke UK untuk melanjutkan study jika kehamilan Ara sudah lumayan besar dan memungkinkan untuknya melakukan penerbangan panjang. Mereka juga tak ingin Ara kembali disakiti oleh Alex maupun Sofia.

"Yaiyalah njir, emang lo masih mau sama cowo modelan kayak Alex?" Omel Febbi tak terima karna ia sudah sangat membenci Alex.

"Tapi, tapi, tapi gue mau Alex." Cicit Ara sebelum menangis, semakin hari Ara semakin sensitif, dan jika membicarakan tentang hubungannya dengan Alex maka Ara akan menangis.

Darren dan Febbi langsung panik, "Ra jangan nangis dong, kasian baby nih." Bujuk Darren sambil menghapus air mata Ara dengan tisu.

"Gue mau Alex.. hiks.. hiks.. gue kangen dia." Jawab Ara sambil terisak.

Ara sendiri tau ia terlampau bodoh masih mencintai Alex tapi ia sedang hamil dan hormon hamilnya membuatnya semakin mencintai Alex, ia bahkan selalu melihat foto Alex dari ponselnya untuk menghilangkan rindu, Ara benar-benar membutuhkan Alex, bahkan saat tidur pun Febbi dan Darren harus menggunakan baju Alex yang didapatkan Ara secara diam-diam saat pergi ke apartment mereka dulu, belum lagi keduanya harus menggunakan topeng wajah Alex, jadi seolah-olah Alex yang mengelus perut Ara sampai tertidur.

Beyond - VRENE (lokal) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang