Ara membungkukkan badan tanda rasa hormat sambil memperkenalkan dirinya, "Halo paman, saya Arabelle Gianina."
"Ara, astaga kau benar-benar sangat cantik, sesuai dengan perkiraanku. Jangan panggil paman, panggil papa okay karna sebentar lagi kau juga akan menjadi anakku." Ujar Doni sambil menepuk pundak Ara pelan dan tersenyum ramah namun penuh wibawa.
Ara hanya tersenyum kikuk tak mengerti dengan perkataan Doni, menjadi anaknya? Maksudnya papa mamanya ingin membuang Ara dan paman Doni mau menampungnya? Apa Ara setakberharga itu?
"Ayo, ayo makan dulu, kita bicarakan setelah makan." Saran Juni, mama Ara yang membuyarkan lamunan Ara, semuanya sudah berjalan menuju ruang makan hanya meninggalkan Ara dan Alexander yang memandangnya dengan dingin, Ara yang tak tau mau bagaimana akhirnya memutuskan untuk berjalan ke ruang makan juga yang diikuti oleh Alexander dibelakangnya.
6 orang itu duduk dimeja makan bundar dengan Ara duduk ditengah-tengah Alexander dan Evan, hanya para orangtua yang makan sambil berbincang sementara ketiga muda-mudi itu makan dalam diam.
"Okay karna sekarang semuanya sudah selesai maka kita akan segera membahas maksud makan malam kita kali ini." Ujar Johan menarik perhatian mereka semua.
"Kami akan menjodohkan kalian berdua sesuai dengan permintaan dari Tiffany, mama Alexander sebelum beliau meninggal." Ujar Juni yang membuat Ara memandang mamanya tak percaya sedangkan ia sendiri sudah bisa merasakan aura tak mengenakan dari Alexander.
"Dan pertunangan kalian akan dilakukan sesegera mungkin dan pernikahan mereka akan dilakukan setelah kalian tamat sekolah." Ujar Doni.
Hening, benar-benar hening, karna Ara tak tau tentang hal ini, ayolah ia bahkan sangat jarang menghubungi orangtuanya, boro-boro mengenai hal ini, bertukar kabar saja tidak. Orangtuanya pergi ke Jerman tanpa memberinya kabar sama sekali dan hanya mengirimkan uang saku untuknya seminggu sekali dan tak pernah pulang, sekalinya pulang ia mendapati kabar bahwa ia akan dijodohkan.
"Belum tentu dia mau menerima perjodohan ini." Ujar Alex yang sedari tadi diam.
"Ara tentu mau, ia tidak ada alasan untuk menolak dijodohkan denganmu Alex terlebih ini permintaan mamamu sebelum meninggal, bukan begitu sayang?" Juni memandang Ara dengan tatapan yang memaksa Ara untuk menerima.
"Ya.. ya.. Aku.. Aku menerimanya." Ujar Ara pada akhirnya, ia sama sekali tak bisa menolak karna jika menolak maka nerakalah yang menantinya.
"Benar, Ara tak mungkin menolak perjodohan ini Alex, bukankah papa sudah jelaskan." Doni memperingati Alex yang terdengar seperti sebuah paksaan bagi Ara.
Ah, Ara mengerti sepertinya Alexander dan paman Doni tidak beda jauh dengannya dan kedua orangtuanya, hmmm, Ara jadi berpikir apakah semua anak dan orangtua memang tak pernah akur atau dekat, atau hanya mereka saja.
"Pertunangannya harus dipercepat sepertinya, bukan begitu pa?" Evan yang bersuara hingga membuat Alex memandang ke laki-laki yang bahkan masih sangat bocil itu.
"Benar, bagaimana kalau minggu depan? Atau malam ini saja? Kita bahkan sudah mempersiapkan cincin pertunangannya, ma tolong ambilkan." Ujar Johan pada Juni menuruti permintaan Evan, dan Juni pun langsung bangkit dari duduknya berjalan kelantai atas untuk mengambil cincin pertunangan yang katanya sudah mereka siapkan.
"Yah benar, lebih cepat lebih baik, hanya pertunangan untuk mengikat kalian jadi kalian harus mengingat status kalian satu sama lain." Doni menyetujui saran dari seorang bocil yang bernama Evan.
Wah, Evan dan kekuasaannya.
Ara tidak bisa berkata apa-apa dan pastinya Alex yang tak terima, terlihat jelas dari tangannya yang terkepal kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beyond - VRENE (lokal) - END
Teen Fiction"Gue nggak pernah suka sama lo, jadi jangan berharap banyak sama pertunangan ini."