E I G H T E E N

501 72 19
                                    

Ara kembali ke apartment Alex setelah diantar pulang oleh supir keluarga Pradipa atas perintah Doni tentu saja. Ara dan Doni sudah menunggu Alex selama hampir 2 jam namun pria yang pergi dalam keadaan kesal itu tak juga menunjukkan batang hidungnya, sehingga Doni harus menyuruh supir pribadinya untuk mengantarkan Ara pulang meskipun ia sudah memberikan pilihan untuk Ara menginap.

Terang saja Ara menolak, mana mau ia tinggal bersama calon ayah mertuanya tanpa Alex, ia lebih memilih untuk pulang. Ara menyesal sendiri karna ia sama sekali tak pandai mengendarai mobil jadinya ia harus menyusahkan orang lain.

Ara sendiri merasa was-was karna ia sendiri tau bahwa Alex sedang marah padanya, ia sudah berulang kali menghubungi pria itu namun langsung terhubung pada operator, Ara mencoba mengirimkan pesan pada Alex tapi lagi-lagi hanya centang satu.

Frustasi? Tentu saja, Ara tak tau harus bagaimana, menghubungi 4 sohibnya pun rasanya sia-sia karna mereka sedang berlibur, Darren dan Febbi sedang ke Swiss sementara Gibran dan Dessica sedang ke Switzerland, mana mungkin Ara menghubungi mereka yang sedang berlibur, Ara cukup tau diri untuk itu.

Ara hendak mencari Alex di markas Axe namun waktu sudah terlalu malam dan ia tak mungkin keluar dengan menggunakan grab atau gocar, terlalu bahaya. Untuk itu Ara hanya bisa menunggu diapartment dan hendak mencari Alex keesokan harinya.

Pagi-pagi sekali Ara sudah bangun dan segera memesan grab untuk pergi ke markas Axe, bukankah biasanya memang pria itu sering ke markas.

Senyuman Ara merekah diwajah ayunya, terdapat mobil Alex terparkir didepan markas Axe, begitu mobil grab-nya berhenti Ara lantas segera membunyikan bel namun sampai 10 menit, tak seorang pun yang membukakan pintu, senyuman Ara masih belum luntur, mungkin ia datang kepagian, untuk itu Ara memutuskan untuk menunggu.

Tepat pukul 8 pagi, yang berarti sudah 2 jam Ara menunggu didepan markas Axe sendirian, ia kembali menekan bel.

Nihil.
Tetap sama.
Tak ada jawaban.

Tapi Ara masih tetap menunggu, terus, bahkan sampai matahari kembali menghilang, tak ada seorang pun yang membukakan pintu untuknya.

Senyuman Ara tadi bahkan sudah hilang entah sejak kapan. Masa iya Alex tak ingin menemuinya hanya karna masalah ini, tapi ayolah bagaimana masalah bisa selesai jika salah satu pihak malah hilang seperti ini.

Mau tak mau Ara kembali ke apartment masih dengan harapan Alex akan pulang, mencarinya, mendengarkan penjelasannya, memaafkannya, hei tidak, Ara tidak bersalah, apanya yang perlu dimaafkan.

1 hari berlalu.
2 hari berlalu.
3,
4,
5,
6,
7 hari, tepat 1 minggu Ara sama sekali tak mendapatkan kabar dari seorang Alex.

Ara sudah mencoba menghubungi Doni untuk mencari informasi mengenai Alex, namun pria baya itu bahkan tak tau dimana anaknya.

Dessica? Febbi? Gibran? Darren? Mereka masih holiday, 3 minggu lagi baru mereka pulang, jadi tak mungkin Ara mencari dan meminta bantuan pada mereka.

Tubuh Ara yang sudah mungil semakin kurus karna makan dan tidurnya yang tak teratur, stress yang berlebihan, ia bahkan kehilangan 4kg bobot tubuhnya.

Wajahnya begitu terlihat lelah, kantung mata yang terlihat jelas, kusam, tak bertenaga dan pucat.

Ara seperti manusia yang kehilangan arah hidupnya meskipun pada awalnya ia memang tak memiliki tujuan hidup, semua kehidupan Ara sudah diatur oleh orangtua dan adiknya, miriskan.

Ara bahkan sempat jatuh sakit 2 hari yang lalu saat ia masih berusaha pergi ke markas Axe yang selalu ia datangi, Ara memang masih pergi ke markas Alex setiap hari untuk memastikan bahwa pria itu ada, namun Ara hanya melihat mobil Alex terparkir sempurna disana seperti biasanya.

Beyond - VRENE (lokal) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang