12. Akur

40 8 9
                                    

"Terus mencoba sampai aku bisa menjadi diriku lagi"

***

Memandangi kolam sesekali melempar pakan sehingga ikan-ikan betah berada mengitari kedua kaki Asa yang sengaja ia masukkan ke dalam kolam. Matanya menerawang ke depan, melamun.

Dari dalam rumah dengan langkah pelannya Nini mendekat. Meletakkan nampan yang berisi setoples biskuit coklat serta teh hangat. Wanita itu duduk pada kursi yang tak jauh dari kolam memanggil nama Asa yang tak kunjung menggubrisnya.

"Ran!" Asa seakan tuli. Matanya bahkan tak berkedip saking dalamnya lamunan membawanya.

Dengan modal jaring kecil yang terletak di samping kursi, Nini melemparnya ke arah Asa membuat lelaki itu tersentak kaget. Untung saja tidak masuk kolam.

"Ni? iseng banget"

"gak iseng, sini" Nini melambaikan tangannya agar Asa mendekat.

"Kenapa?"

"Kamu mikirin apa sih Ran sampai Nini panggil gak dengar-dengar?"

Diam sebentar, mata Asa masih tertuju ke kolam ikan. "gak ada"

"Rey kemarin datang kesini" Asa mendelik, menaruh fokus pada kalimat yang akan diucapkan Nini selanjutnya. "Dia udah mau pulang, Ran. Berarti kamu udah bebas?"

"Ada orang baru Ni, Rey udah lepas tugas. Selamanya aku gak bakal bebas, Ni boleh tolong minta dia untuk berhenti?"

Nini mengelus pelan surai cucu satu-satunya itu. Menatapnya sendu lalu menggeleng pelan, "dari dulu kamu mungkin besar disini kalau dia gak keras kepala. Nini udah gak punya hak semenjak Gipa kamu memindahkan semua haknya ke dia Ran. Dia semakin tua semakin keras kepala keras hati pula. And you deserve better"

"Kali ini Nini dukung kamu untuk memberontak" keduanya terkekeh pelan. Menikmati angin sore di halaman belakang diiringi musik klasik yang terdengar dari dalam rumah.

"Udah punya pacar belum sih Ran?"

Asa mencebik pelan. "Nini pacar mulu deh yang ditanyain"

Wanita itu terkekeh melihat ekspresi kesal Asa seraya menepuk pahanya, "kalau kata anak pembantu Nini, biar hidupnya gak lempeng-lempeng gituloh Sa. Ah jadi rindu zaman Nini dan Gipa pacaran dulu"

Nini dan Gipa, sepasang manusia itu ternyata budak cinta pada masanya. Membuat Asa penasaran, selama ini ia memang belum pernah mendengar cerita tentang perjalanan kisah kakek dan neneknya. Tapi kembali ia ingat, ketika sedang berlibur ke rumah kakek dan neneknya maka pemandangan yang tidak pernah hilang adalah bagaimana Gipa memperlakukan Nini sebaik mungkin. Gipa adalah tipe ideal semua wanita pada masanya.

"kata Rey sih, kamu sering jalan bareng perempuan"

Dalam hati Asa mengumpat pelan, 'Rey sialan!' ia tidak pernah memprediksi jika dirinya akan dimata-matai sejauh itu.

"bawa kesini dong Sa"

"Soon deh, aku bawa ya cantik"

Diam sejenak karena sibuk dengan pikirannya. Mempertimbangkan apakah ia harus menanyakan ini pada Nini atau tidak. Asa memilih untuk mengungkapkannya. Sepertinya Nini paling mengerti dengan hal ini.

"Ni, menurut Nini kalau ada orang yang lebih berusaha jadi orang lain dibanding diri sendiri gimana?"

"itu artinya dia lagi di fase insecure. Orang kayak gitu butuhnya motivasi dan dukungan agar percaya diri bukan ditekan. Kamu lagi insecure?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Harsa di Kaki LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang