O3. Aksara dan Pelariannya

42 17 6
                                    

"Hanya terus berlari tanpa tujuan dan selalu seperti ini. Namun, harapnya kali ini ada rumah yang menanti sebagai garis finish"

***

"Aksara!" Asa menghela nafas kesal, terpaksa mengalihkan perhatiannya dari game konsol yang sedari tadi dimainkannya. Mendekati orang yang sedari tadi misuh-misuh tidak jelas sejak kedatangannya.

"Apalagi?"

"Kapan mau mulai hah? main mulu lo, nih gue harus dokumentasiin kegiatan belajar lo"

Asa mengerutkan dahinya. Ditatapnya Yoga tajam membuat lelaki itu menciut.

"Siapa yang nyuruh?"

Dapat Asa dengar umpatan dari Yoga seakan merutuki dirinya yang tidak sengaja membocorkan suatu rahasia.

"Gak ada. Gue emang selalu disuruh buat dokumentasiin murid gue sebagai absensi, Sa"

Asa semakin menajamkan netranya. "Gue gak suka pembohong. Jujur gak lo?"

"Anjir, gak tau deh, Sa. Gue tiap hari diteror semenjak ketemu sama lo"

Asa mencebik, "Sia-sia gue kabur kalau gini, sialan" gumamnya.

"Lo bisa foto gue pegang buku dan pulang"

Yoga mendengus, baru pertama kali mendapatkan murid seenaknya seperti Asa. Ia lalu beranjak dari sofa melempari lelaki itu buku paket lalu bergabung duduk selojoran di karpet berbulu.

"Lo bujuk gue kemarin yang gak tau kenal gue darimana. Homeschooling matamu!. Kerjain latihan soal di bab 1 baru gue pulang"

Asa dengan pasrahnya mengerjakan soal yang diberikan. Ia terlalu malas untuk berdebat, ditambah Yoga yang sepertinya berapi-api karna sudah beberapa hari ini ia pagi-pagi sekali meninggalkan apartemen karena tak ingin belajar.

"Sa, lo beneran harus serius dengan ini. Lo harus pulang kan kalau sekolah umum sudah mengadakan kelulusan?"

Asa menatap Yoga tajam. "tau dari mana?"

"Pengawal lo kan yang neror gue?" Yoga tertawa sebentar sebelum melanjutkan, "Gila sih, lo sebenarnya pangeran atau apa hah? Pake pengawal segala. Mana gue habis ketemu lo untuk pertama kalinya diteror mulu"

"Ngaco!" sarkasnya lalu balik melempari Yoga dengan buku paket setelah mengerjakan soalnya selama beberapa menit "Periksa di rumah lo. Pusing nih bang"

Asa berdiri, melangkah menuju dapur mulai memanaskan air. Perutnya lapar ingin mie instan ditambah ekstrak cabai sekarang. Mungkin bisa meredakan pusingnya. Disaat beberapa strategi hidup sudah ia rancang sepelan-pelan mungkin dan kini perlahan kacau.

"Sa, asal lo tahu orang-orang berjas hitam sering nanya-nanya gue tentang lo"

"Lo diancam sama mereka?"

Yoga menggeleng, "gak juga sih, tapi auranya loh Sa kayak di film action. Jir, gila-gila Gusti kalau gue mati gara-gara ngeladenin lo jadi murid homeschooling gue gimana Sa?"

"Lebay. Emang lo pikir apaan bang, mereka cuma orang lemah kali yang tunduk sama perintah"

"Lo beneran gak mau kasih tau gue identitas lo yang sebenarnya?"

"Gue cuma manusia biasa yang homeschooling karena gak pintar bersosialisasi" ungkapnya menatap lurus ke arah Yoga yang masih menatapnya curiga.

***

Iya' menatap lurus kedepan. Memperhatikan teman-temannya yang sedang pengambilan nilai untuk olahraga basket. Dirinya sudah, sehingga tak ada lagi kegiatan lain selain merenung.

Harsa di Kaki LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang