t w e l v e

5.6K 566 39
                                    

"Apa kau siap?"

Kuhela nafasku selama beberapa detik, "Siap tidak siap, aku akan melakukannya, Zayn."

Zayn segera menuntunku menuju sofa di ruang apartementku. "Aku akan bersama denganmu, Cass. Dan kau tidak perlu merasa takut."

Aku menarik nafasku sekali lagi. Sejujurnya, aku merasakan rasa ketakutan yang menyerang pikiranku. Zayn membuat keputusan untuk menemui Woman of Death bersama denganku. Dan tentu, dengan cara pada alam bawah sadarku. Aku akan tertidur, dan maka Woman of Death akan datang dengan sendirinya.

Zayn berjanji padaku untuk selalu berada disampingku, saat aku berada pada alam bawah sadarku. Dan entah mengapa, aku takut merasa ini tidak akan berjalan dengan lancar. Bagaimana jika Woman of Death akan semakin mengincarku?

"Tenangkan dirimu, Cassandra. Dan ingat, disaat kau terbangun, jangan pernah menyesali apa yang pernah terjadi. Dan aku ingin, kau akan selalu mengingatku. Aku menyayangimu, Cassandra. Sekarang, bersiaplah. Aku akan membawamu pada alam bawah sadarmu sendiri." Ucap Zayn seraya mengusap puncak kepalaku, dan melayangkan kecupan singkat di kepalaku.

Aku semakin merasa takut. Bagaimana jadinya jika keadaan semakin memburuk?

Dan entah dorongan yang berasal darimana sehingga membuatku merasa sangat mengantuk. Aku menguap, dan semakin lama rasa kantuk kini menyerangku sepenuhnya. Kelopak mataku terasa sangat berat. Dan kini, aku sudah terbawa dalam alam tidurku.
**

Ku kerjapkan mataku perlahan, dan melihat ke arah sekitar. Sebuah tempat yang pernah kujumpai saat Woman of Death hampir mencekikku. Aku teringat tentang Zayn. Dimana Zayn? Mengapa aku tidak melihatnya?

Ku langkahkan kaki ku untuk mencari Zayn. Sebuah hutan yang terkesan mencekam, serta suhu udara yang dingin mampu membuatku merasa takut. Ku gigit bibir bagian bawahku untuk menghilangkan rasa ketakutanku.

"Zayn?" Ucapku sedikit berteriak untuk mencarinya.

Tidak ada jawaban yang terdengar. Hanya sebuah suara-suara yang tidak bisa ku jelaskan. Semuanya terasa begitu mencekam. Dan seketika, aku melihat sebuah kabut yang berwarna hitam di depanku.

Inisiatifku mengatakan, bahwa di depan sana ada sebuah hal yang sangat penting untuk kulihat. Aku berjalan perlahan untuk menembus kabut hitam tersebut.

Nafasku kembali tertahan selama beberapa detik, dan detakan jantungku memompa lebih cepat.

"Kita bertemu kembali disini, Cassandra. Oh, aku sangat merindukanmu."

Persetan dengan ini semua. Janji Zayn yang diberikan padaku sangat tidak nyata. Itu semua palsu. Dimana Zayn saat ini?

"A-aku ingin kau pergi dari hidupku, Nyonya Preslyn. Aku sungguh tidak merasa nyaman dengan ini semua. Kau selalu ada di dalam alam bawah sadarku. Tidakkah kau tahu, bahwa itu sangat mengusikku?

Dan kemudian, terdengarlah suara tawa nyaring.

"Kau yang mengusikku terlebih dahulu, Nyonya Galena. Dan kini, aku akan membalaskan hal itu. Bersiaplah, Nyonya Cantik,"

Aku masih berdiam ditempat selagi Woman of Death berjalan ke arahku. Sorotan matanya sangat tajam dan terkesan bagaikan psikopat.

Beberapa langkah kemudian, Woman of Death mendekatiku dan mengusap sekitaran pipiku perlahan. Aku menggigit bibir bawahku untuk menghilangkan rasa ketakutan yang memuncaki diriku.

Namun, kehadirannya tidak dapat kulihat kembali saat seseorang menariknya menjauh.

Zayn menolongku.

Dan Zayn kini berpenampilan sangat berbeda jauh. Bahkan, aku sedikit merasa tercengang dengan penampilannya. Sebuah sayap besar berwarna putih suci yang terlihat lembut, menghiasi punggungnya.

"Sesuai janjiku, aku akan menolongmu, Cassandra." Ucap Zayn yang kini berada di sampingku.

Aku masih berdiam diri tanpa sepatah katapun yang terdengar dari bibirku. "K-kau mempunyai sayap? Bagaimana bisa?"

"Aku bukanlah manusia sepertimu, Cassandra. Dan kardus hitam pada apartementku yang sempat ingin kau buka, itu adalah tempat dimana aku menaruhnya."

Zayn meninggalkanku sendirian untuk menyerang Woman of Death. Aku semakin tidak mengerti dengan semuanya. Ini sangatlah rumit.

Aku berusaha membantu Zayn, dengan cara mengambil pisau yang berada pada sisi celana Zayn. "Aku akan membantumu, Zayn."

Zayn segera mengambil seikat tali panjang berwarna merah, dan mulai mendekatkannya pada wanita berjubah hitam tersebut.

"Kau bersekongkol dengan wanita jalang tersebut rupanya."

Seketika rahang Zayn mengeras. Dan terlihatlah raut wajah kekesalan menerpa wajahnya. "Cassandra bukanlah wanita jalang! Dan yang pantas disebut jalang adalah dirimu sendiri!"

Suara tawa kencang menyeruak masuk ke dalam telingaku. Wanita tersebut menertawakan Zayn.

"Ah, sebuah rasa cinta memasuki diri kalian. Oh, indahnya jika aku merusak perasaan itu semua."

Aku melemparkan pisau kecil yang ku genggam, tepat mengenai leher wanita berjubah hitam tersebut. Tidak ada darah yang keluar dari lehernya.

Betapa bodohnya diriku sendiri. Tentu dia tidak akan berdarah. Bukankah dia adalah makhluk yang kekal? Maksudku, dia tidak akan hilang jika dengan dibunuh dengan sebuah pisau.

"Pisau adalah sahabat baikku, Cassandra. Apa kau melupakan hal itu?"

Tanpa aba-aba, Zayn segera melilit wanita berjubah hitam tersebut dengan talu berwarna merah. Lama kelamaan, sebuah asap mengepal terlihat dari tubuh Women of Death.

Wanita berjubah hitam tersebut meronta-ronta kesakitan. Aku tersenyum kecut dan segera mengarahkan tubuhku ke depan Women of Death. "Selamat tinggal, Nyonya Preslyn."

Aku ingin membantu Zayn dengan melilitkan tali hitam ke arah wanita tersebut. Namun, Zayn melarang karena jika aku menyentuh tali ini, maka aku akan merasakan rasa panas, sehingga tanganku bisa melepuh.

Wanita berjubah hitam tersebut meneriakkan namaku berkali-kali, beserta dengan sumpah serapah darinya.

Namun, pisau yang menancap di lehernya kini sudah terlepas dan berada pada genggaman tangannya. Dan dengan cepat, pisau tersebut terlempar ke arahku. Aku tidak bisa menghindarinya, sehingga pisau itu berada tepat di lengan kananku.

Zayn memberhentikan ikatan talinya untuk mengikat Women of Death hanya sekedar untuk melihat keadaanku. "Bertahanlah, Casaandra! Persetan denganmu, Preslyn!"

Aku semakin merasa sakit yang sangat terasa perih di lengan kananku. Tetes demi tetes darah terlihat keluar dengan bebasnya. Aku meringis pelan, dan memejamkan mataku. Dan kini, Women of Death sudah tidak terlihat lagi, dan hanya ada sisa tali berwarna merah yang menyisakan asap panas.

Dan kemudian, Zayn menghampiriku.

"Ini tidak nyata, Cassandra. Lukamu tidak nyata. Jika kau merasa sakit, maka kau akan merasa sakit hanya untuk saat ini."

Aku menganggukan kepalaku, dan memilih untuk membiarkan rasa sakit ini.

"Tugasku sudah selesai, Cassandra. Kumohon, kau tidak akan pernah melupakanku disaat kau terbangun. Dan aku ingin, kau segera membuang jam tangan ini. Tidak ada penolakan. Aku mencintaimu, Cassandra."
**

ABIS INI EPILOG HAHAHAHA
eiyaa, baca ff temen gue nyookk ffnya luke. bagus serius recommend!! buka profile psychood cari di works yaa:D

yang suka cameron, baca juga nihh ff nya hotnessdallas vommentsnya jugaa yaa

thank you:)x

Tik TokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang