SUDAH TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOK DAN PDF, JUGA TAMAT DI APLIKASI KARYAKARSA DENGAN NAMA PENA AYUTRIGAN (tanpa spasi).
THANK YOU.
Enjoy 🔥🔥🔥
Diva menggoyangkan kakinya dengan bosan. Berada satu jam lebih di ruang kerja pria itu nyatanya sedikitpun tak menyenangkan. Bagaimana tidak jika pria itu hanya fokus pada lembaran kertas di meja atau sesekali melirik laptopnya. Padahal sejak tadi wanita itu sudah berusaha untuk membuka obrolan agar ia bisa menarik sedikit saja perhatian pria itu. Tapi nyatanya hingga kini tidak ada satu patah katapun yang keluar dari bibir Abas yang menurut Diva begitu tajam namun seksi itu.
Suara ketukan di pintu akhirnya mampu mengalihkan fokus pria duda itu yang kini meletakkan bolpoin miliknya saat sang sekretaris berjalan anggun memasuki ruangan.
"Ada apa?" tanya pria itu datar.
"Ada yang menitipkan bekal makanan untuk anda," jawab wanita itu sembari meletakkan sebuah paper bag di atas meja.
"Siapa?" tanya Diva yang diam-diam mendengarkan pembicaraan mereka dan spontan bertanya ketika mengetahui ada orang yang mengirim bekal makanan untuk pria incarannya itu.
Wanita itu merasa bahwa saingannya untuk mendapatkan perhatian Abas jauh lebih sulit daripada saingan ketika dirinya dekat dengan pria lainnya yang biasanya tak pernah membuatnya gentar sedikitpun karena dirinya merasa bahwa ia jauh lebih baik daripada wanita-wanita itu.
Tapi nyatanya di dekat Abas Angkasa, ia merasa menjadi butiran debu yang tidak memiliki arti apa-apa meski jika soal kecantikan dan perawatan ia jauh lebih unggul di atas rata-rata.
Tapi nyatanya mereka tak hanya mengandalkan para saja. Apalagi pria duda seperti Abbas yang sudah dua kali gagal menjalin hubungan rumah tangga. Ia pasti lebih memilih wanita-wanita keibuan yang bisa mengurus dirinya dalam hal apa saja, bukan hanya tentang ranjang yang bergoyang.
Dan nyatanya setelah menunggu beberapa saat, Diva tak juga mendapat jawaban atas pertanyaannya yang ia layangkan kepada dua manusia itu. Sekretaris Abbas yang bernama Aulia itu bahkan hanya meliriknya sekilas tanpa perlu merasa repot untuk menjawab atau sekedar menyapa Diva yang duduk di sana.
"Tinggalkan saja di sana dan kamu bisa keluar," ujar Abas sambil menyandarkan punggungnya.
Aulia mengangguk patuh dan langsung meninggalkan ruangan pria itu yang kembali sepi meski ada dua nyawa manusia yang hidup di sana.
Diva berdiri tegak dan berjalan menuju meja pria itu. Matanya mengamati paper bag tersebut dengan wajah penuh selidik.
"Siapa yang mengirimi makanan?" tanya wanita itu lagi, benar-benar merasa penasaran.
"Makanlah," ujar pria itu tanpa mengalihkan pandangan dari lembaran kertas di atas meja.
"Tidak mau. Di dalam makanan itu sudah ada peletnya agar orang yang memakan tergila-gila padanya," terkanya dengan mimik yakin.
Abas mendongak dan menggelengkan kepala pelan.
"Hei, anda belum menjawab pertanyaanku," tuntut Diva tak terima sembari mendudukan diri di kursi berseberangan dengan Abbas.
"Tak ada kewajibanku untuk menjawab pertanyaanmu," sahut pria itu santai.
Diva berdecak dan menyandarkan tubuh dengan jengkel. "Punya sekretaris seksi, sering mendapat kiriman bekal makanan, jadi incaran banyak wanita. Bagaimana rasanya?" Tanya wanita itu menyindir sinis.
"Menyenangkan."
Jawaban Abbas jelas membuat Diva mendelik tak percaya. "Benar-benar buaya!"
Pria itu tak menjawab. Ia meletakkan kaca mata di atas meja dan menarik paper bag ke hadapannya. Tercium aroma sedap yang menguar hingga membuat perut Diva bergejolak ketika Abbas membuka kotak makanan berwarna abu-abu itu.
Tanpa mempedulikan wanita di hadapannya yang hampir meneteskan air liur, Abbas menyendok makanan dan menyuapkan ke dalam mulutnya dengan santai.
"Anda kejam sekali. Makan di depan orang sakit yang kelaparan," gerutu Diva jengkel.
"Aku sudah menawari dan kamu tidak mau. Jadi bukan salahku," sahut pria itu santai.
Dengan napas memburu, Diba menarik kotak makanan itu hingga kini berada tepat di hadapannya.
"Kemarikan sendoknya," punya Diva galak.
Abbas mengangkat sebelah alis mengejek. "Bukannya kamu takut dipelet?" sindirnya.
"Daripada anda yang kejam ini, lebih baik aku saja yg dipelet," dengkus wanita itu.
"Oh, sedalam itukah obsesimu hingga rela berkorban apapun untukku?"
"Jangan mimpi!" tukas wanita itu sembari menyendokkan nasi dan lauk ke dalam mulutnya.
Namun pada kunyahan pertama, lidahnya seolah familiar dengan rasa yang tercipta dari makanan tersebut. Dulu ia sering merampok makanan yang dibawa oleh Uly karena wanita itu memang jago dalam hal masak memasak dan sangat rajin membawa bekal jika ke kampus.
Bahkan ketika dulu Diva terkena asam lambung karena terlalu malas makan yang baginya akan menambah berat badan, Uly sangat rajin sekali memasak dan membawa dua bekal sekaligus untuk teman laknatnya itu.
"Ini masakan Uly kan?" tanya Diva spontan. Mengunyahnya lagi dan semakin yakin bahwa itu masakan menantu duda di hadapannya itu.
"Jangan sok tahu," tukas Abbas dengan mata menyipit tajam.
Diva menggeleng keras dan kembali berucap dengan yakin. "Aku hapal sekali masakan menantu anda itu," ujarnya.
Abbas tak menjawab, hanya saja dahi pria itu berkerut dalam dengan mata menyipit penuh selidik.
"Ah, anda pasti tidak menyangka ya," ujar Diva terkekeh geli.
Wanita itu teringat sesuatu dan ia juga penasaran untuk membuktikan pemikirannya itu. Ia merogoh ponselnya dan membuka sosial media milik Uly, karena semenjak menikah wanita itu rajin sekali membagikan setiap momen yang dilakukannya, baik bersama anak atau suami tercintanya itu.
Dan apa yang terlihat di salah satu postingan akun sosial media wanita itu membuat Diva tercengang seketika. Di sana ada hidangan makanan yang baru saja disusun oleh wanita itu di atas pantry. Tapi bukan itu yang membuat Diva kini melotot tak percaya, melainkan sebuah kalimat yang menjadi caption postingannya itu.
Menyiapkan bekal makan siang untuk Opa Ameera, tumben sekali beliau meminta sendiri untuk dibuatkan makan siang.
Begitulah kalimat yang tertulis di sana, lengkap dengan sebuah emoticon tersenyum gembira dan juga bayi kecil.
Diva mengangkat wajahnya dan langsung bertemu pandang dengan Abbas yang kini menatapnya tajam.
"Anda sengaja meminta bekal ini untuk saya?" tanya Diva dengan senyum menggoda dan hati bersorak gembira penuh euforia.
Jelas saja, entah mengapa ia yakin sekali dengan kesimpulan di otaknya itu.
"Jangan mimpi!" sahut pria itu datar.
"Ah, aku yakin ini bukan mimpi karena mimpiku jauh lebih indah dari itu," bisik wanita itu dengan senyuman menggoda. "Bisa berolahraga berdua dengan anda misalnya, atau--"
"Makan makananmu atau aku akan mengambilnya kembali dan mengusirmu dari sini," potong pria itu geram.
Diva mengerucutkan bibir. "Dasar pria kejam," gerutunya.
"Itu kamu tahu. Oleh sebab itu cepat pergi dari sini," jawabnya mengomel.
"Ah, tapi terima kasih banyak atas perhatian anda. Sekarang aku tahu bahwa seorang Abbas angkasa yang baik itu memang benar-benar ada, bukan hanya pencitraan semata," ujarnya gembira sebelum mengambil sendok dan menyiapkan kembali makanan itu ke dalam mulutnya dengan hati bersuka cita.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjerat Duda [RE-POST]
RomanceUPDATE SEMINGU SEKALI LEBIH LENGKAP DI APLIKASI KARYAKARSA [SUDAH TAMAT] DENGAN USERNAME AYUTARIGAN [TANPA SPASI]. TERSEDIA JUGA DI GOOGLE PLAY BOOKS. Diva Azkadina kehilangan pekerjaan sebagai dosen muda karena kebiasaan buruknya pergi ke club mala...
![Terjerat Duda [RE-POST]](https://img.wattpad.com/cover/310825105-64-k550441.jpg)