Seventeen - Kembali Menggoda

8.3K 428 5
                                    

Besok terakhir untuk diskon harga PDF jadi 25K. Jangan sampai nggak beli supaya bisa baca OM DUDA sampai selesai.


ENJOY 🔥🔥🔥

Diva memperhatikan Abbas yang sedang menemani Bara bermain setelah tadi menyuapi bocah itu dengan begitu telaten. Bahkan Diva ragu ia akan bisa seulet itu nantinya setelah menjadi ibu.

"Kenapa nggak pakai baby sitter aja buat jaga Bara? Memangnya kerjaan kantor nggak terbengkalai begitu?" tanya wanita itu yang mengalihkan perhatian Abbas dari papan susun yang dipegang Bara.

Pria itu tidak menjawab, malah menyipitkan matanya seolah memikirkan sesuatu yang menurutnya adalah sebuah ide cemerlang.

Setelah itu ia tersenyum lebar dan mengajak Bara untuk mandi. Bocah itu menurut dan ikut berjalan ke kamar mandi bersama Abbas. Jelas saja Diva tak ingin di tinggal sendiri di halaman belakang dan ikut mengekori keduanya.

Mereka masuk ke sebuah kamar yang Diva tahu bahwa itu milik Bara karena begitu banyak mainan serta pernak-pernik anak kecil di dalam ruangan tersebut.

"Kamu cari baju gantinya di lemari itu," titah Abbas sembari berlalu menuju pintu di sudut ruangan.

Diva menurut dan memilih sepasang pakaian berbahan kaos untuk bocah lucu itu. Setelah meletakkannya di atas kasur, ia berjalan ke arah dimana Abbas dan Bara tadi menghilang.

Di dalam sana, Diva melihat Bara sedang tertawa bersama pria kaku nan kejam itu yang kini malah sudah menanggalkan kaosnya dan hanya menggunakan celana pendek saja.

Sialnya, meski sudah pernah melihat tubuh shirtless pria itu, tapi tetap saja pemandangan ini mampu membuat Diva merasa panas dingin sendiri.

"Apa yang kamu lihat?" tegur Abbas yang menyadari kehadiran Diva di ujung pintu.

"Kalian berdua," sahut wanita itu polos.

Abbas mendengkus sebelum mengajak Bara untuk menyudahi mandinya yang langsung ditolak bocah itu dengan rengekan lucu.

"Belum belsih, Opa ...!" protesnya tak terima.

Pria itu menggeleng dengan helaan napas panjang. Cucunya satu ini memang sangat senang bermain air dan hanya Dewa yang biasanya bisa membujuknya untuk keluar dari kamar mandi.

"Bara ... Yakin nggak mau keluar? Kakak ada sesuatu loh," rayu wanita itu yang merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah permen.

"Bara tidak bisa sembarangan memakan permen," tukas Abbas langsung.

Diva mencebikkan bibir, pria tua itu terlalu overprotektif. Tapi Diva tidak menyerah dan memberi senyuman pada bocah itu sembari memberi kode yang sebenarnya tidak akan dipahami oleh anak berumur dua tahun seperti Bara.

Tapi entah mengapa, Bocah kecil itu malah menurut dan berjalan mendekat ke arah Diva dengan mata bulatnya yang seolah-olah berharap sesuatu.

Abbas yang menggandeng tangan cucunya itu mendelik tajam pada Diva seolah memberi peringatan agar wanita itu tidak memberikan permen di tangannya kepada Bara.

"Bara mau permen?" tanya Diva mengacuhkan raut mengancam di wajah pria duda itu.

Jelas saja Balas menjawab pertanyaan Diva dengan anggukan keras penuh harapan.

"Boleh, tapi pakai baju dulu ya," imbuh Diva memberi syarat untuk bernegosiasi dengan bocah itu.

Bara mengangguk dan Diva mengambil alih bocah itu ke dalam gendongan setelah ia memasangkan handuk untuk mengeringkan tubuh Bara.

"Lebih baik Anda Mandi, biar saya yang urus Bara di sini," ujar wanita itu yang menuangkan minyak telon ke tubuh Bara yang duduk tenang di atas kasur.

"Memangnya kamu bisa? Kamu aja tingkahnya masih seperti bayi," tukas pria itu dengan raut meremehkan.

Diva memutar bola mata dan mengabaikan ejekan Abbas. "Saya bisa!" sahutnya jengkel.

Abbas mengangguk dan memperhatikan wanita itu yang memakaikan kaos untuk Bara. Ia memutuskan untuk mempercayai wanita itu kali ini karena memang ia butuh mandi karena merasa gerah sejak tadi bermain dengan Bara. Apalagi ditambah celananya yang juga lembab karena terkena air yang dimainkan Bara saat mandi tadi.

Ia berjalan keluar meninggalkan keduanya, tapi sebelum itu ia memanggil seorang pelayan untuk membantu Diva jika wanita itu membutuhkan bantuan dari mereka.

Bara bergegas untuk membersihkan diri, dan itu tak membutuhkan waktu yang lama karena ia tak tenang meninggalkan Bara bersama wanita itu berlama-lama.

Ia bukan takut Diva menculik cucunya itu, ia hanya khawatir wanita manja satu itu akan mengajarkan hal-hal aneh pada Bara yang selama ini selalu dijaga ketat oleh papi, mami, dan juga Abbas tentunya.

Pria itu berjalan kembali memasuki kamar Bara dan ia malah melihat bahwa cucu kesayangan itu sudah tertidur di atas kasur bersama Diva yang juga menutup matanya dengan nafas yang teratur.

Abbas mengerutkan dahi heran karena menurutnya menidurkan Bara adalah sesuatu hal yang tidak mudah karena bocah satu itu sangat aktif dan sulit sekali untuk diajak tidur.

Suara langkah kaki Abbas yang mendekat ternyata membuat Diva membuka mata dan langsung bangkit dari tidurnya yang tanpa disengaja.

"Kamu tidak memberi obat tidur di dalam permen itu kan?" tuduh Abbas dengan mata menyipit tajam.

Diva merapikan rambutnya sebelum mendelik tajam ke arah Abbas. "Otak Bapak memang selalu berisi hal negatif ya?" tanyanya sengit.

"Kalau soal kamu memang pikiran saya selalu negatif. Dan apa kamu bilang? Bapak?" Abbas berkacak pinggang dengan mata menyipit tajam.

"Jadi aku harus panggil apa? Daddy?" goda wanita itu di akhir kalimatnya.

"Lupakan," tukas Abbas yang hendak berlalu dari sana.

"Ah, Daddy mau kemana?" protes Diva dengan suara yang dibuat manja.

Abbas tak menggubris dan keluar dari kamar Bara.

"Jaga Bara. Bila terbangun, beri dia makanan," titahnya pada seorang wanita yang muda yang kemarin sempat membuat Diva merasa kesal.

Jelas saja melihat wanita itu kembali membuat mood Diva menjadi terganggu lagi, tapi ia mencoba untuk menepis hal itu karena fokusnya kini adalah mengejar Abbas yang berjalan cepat menuju sebuah tangga melingkar.

"Lebih baik kamu pulang, saya banyak pekerjaan," ujar pria itu yang jelas mengusir keberadaan Diva di ruang kerja pribadinya ini.

"Ada yang bisa kubantu?" tanya wanita itu menawarkan sembari bersandar di ujung meja kerja pria itu.

"Tidak mengganggu saya adalah bantuan kamu yang paling berarti," sahut pria itu enteng.

"Lalu apa gunanya aku sebagai sugar baby?" tukas wanita itu yang kini berdiri dengan menyilangkan kaki.

"Jangan memancing saya, Diva," tegur pria itu.

"Aku sedang bertanya apa gunanya aku sebagai sugar baby seorang Abbas Angkasa?" ulang wanita itu yang kini mencondongkan badan sehingga wajahnya sejajar dengan telinga pria itu.

Abbas menggeram saat hembusan napas hangat wanita itu menerpa tengkuknya seiring dengan pemandangan benda kenyal yang berjarak beberapa senti dari wajahnya terpampang nyata karena posisi tubuh wanita itu.

Tanpa aba-aba Abbas menarik pinggang wanita itu hingga terduduk di atas pangkuannya. "Sudah saya peringatkan jangan memancing singa yang kelaparan, Diva Adzakina. Kamu tidak tahu seberapa keras saya berusaha mewaraskan pikiran karena godaan gilamu ini," desisnya sembari meremas bokong wanita itu dan menekannya kuat hingga Diva dapat merasakan suatu benda memberontak di bawah sana.

TO BE CONTINUED

Terjerat Duda [RE-POST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang