Twenty Five - Cita-cita

6.5K 566 34
                                        

Cerita ini sudah tamat di aplikasi KARYAKARSA dan tersedia dalam bentuk PDF.

Enjoy 🔥🔥🔥


Diva duduk di pantry sembari mengunyah salad yang sudah tinggal setengah di dalam mangkuk kaca itu. Pikirannya melayang dengan berbagai macam spekulasi bermunculan di kepala.

Ia menghela napas sebelum membaca sekali lagi sebuah pesan yang dikirim oleh teman lamanya itu. Jelas, Diva tahu bahwa Uly pasti sudah tahu skandal dirinya dengan mertua wanita itu. Entah bagaimana cara Diva menghadapi Uly yang malah mengundangnya untuk makan malam di rumah mereka malam ini lewat pesan itu.

Tentu saja Diva ingin mengabaikan pesan wanita itu dan menganggap tidak pernah membacanya. Tapi isteri si berondong itu malah seolah tak habis akal dan mengirim video Bara yang mengatakan menunggu kedatangan Diva dengan bahasa cadelnya itu.

"Kenapa kamu melamun di siang bolong seperti ini?" tegur Jeremy yang datang membawa tablet di tangan.

Diva menoleh dan mengerutkan dahi heran. "Papa kenapa di rumah?" tanyanya heran.

"Loh? Kenapa? Papa nggak boleh di rumah?"

"Bukan begitu. Biasanya kan Papa sibuk terus," ujar wanita itu memberi alasan.

Jeremy berdecak sembari duduk di hadapan putrinya itu. "Kamu pilih, mau bangunan yang di sebelah mana?" tanyanya sembari mendorong tablet ke hadapan Diva.

"Ini untuk apa, Pa?" Diva balik bertanya dengan kerutan di dahi.

"Untuk bangunan butik kamu," sahut pria itu pendek.

Diva seketika mendongak dengan mata membulat sempurna. "Maksud ... maksud Papa gimana? Ini ... ini--"

"Kamu bilang dulu mau jadi designer. Jadi kali ini papa akan beri kamu kesempatan untuk menunjukkan bakat yang kamu agung-agungkan itu," jelas Jeremy santai.

"Papa serius?" pekik Diva yang langsung meloncat dari duduknya.

Anggukan di kepala sang papa jelas mengundang teriakan girang dari wanita itu ya sejak lama memang mengidam-idamkan berkarir di dunia tata busana.

"Tapi untuk modelling, Papa tetep NO!" ujar pria paruh baya itu menegaskan.

Tak masalah bagi Diva, karena diberi sedikit saja kelonggaran untuk memilih karirnya sudah benar-benar sebuah keajaiban bagi wanita itu yang sejak dulu memang selalu ditentukan masa depannya oleh sang papa.

"Makasih, Pa!" seru Diva sembari memeluk pria paruh baya itu yang masih duduk dari arah samping.

Jeremy tersenyum tipis sambil menampung-nepuk tangan sang putri yang masih tertawa gembira. Ia tak tahu jika rasanya se-membahagiakan ini melihat tawa lepas serta raut girang lengkap dengan loncatan kecil seperti bocah yang ditunjukkan oleh Diva.

Selama ini Jeremy berpikir bahwa tak ada yang lebih tahu tentang kebaikan masa depan anaknya selain dirinya sendiri yang sudah mengalami pahit, manis, serta asamnya kehidupan ini. Ia disadarkan oleh seseorang yang tak sengaja ditemuinya semalam saat meeting kerja.

Seseorang itu berkata, "Uang memang sulit dicari, tapi kenyamanan dan kebahagiaan itu lebih sulit lagi."

Dengan pesan tersirat ia mengatakan bahwa memiliki banyak uang belum tentu memiliki banyak kebahagiaan.

Beberapa hari memperhatikan putrinya yang sering kali terlihat murung padahal Jeremy mencurahkan banyak harta kekayaan untuknya membuat pria paruh baya itu sadar bahwa Diva memang butuh sesuatu yang memang benar-benar ingin ia kerjakan.

Terjerat Duda [RE-POST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang