Twenty - Wedding Gossip

8.1K 502 29
                                    

Sudah TAMAT di aplikasi KARYAKARSA dan tersedia di GOOGLEPLAY BOOK, juga dapat dibeli dalam bentuk PDF. Thank you ❤


Happy Reading 🔥🔥🔥



Pertemuan dengan Danus sudah selesai dan Diva masih betah duduk di cafe itu meski tatapan tajam Abbas seringkali menghujaminya. Wanita itu kembali mengingat perkataan Danus untuk berhati-hati terhadap Abbas karena di dunia per-bisnisan, pria itu terkenal dingin dan kejam meski image yang dibangunnya di luar itu terlihat baik dan bersahaja.

Danus juga sempat membisikkan sesuatu yang membuat Diva tercengang. Entah dimana Diva sejak dulu hingga tak tahu skandal yang dilakukan oleh mantan isteri kedua pria duda itu yang katanya bermain api dengan supirnya sendiri.

Berita itu memang tak sempat beredar luas karena Abbas jelas membungkam media dan ia sendiri menutup mulut tanpa mau repot-repot menggelar konferensi pers karena menurutnya itu masalah pribadi yang tak perlu dijelaskan ke publik.

Yang Diva penasaran, dimana kini mantan isteri Abbas dan anak-anaknya itu berada.

Lamunan wanita itu terputus karena suara notifikasi ponselnya di atas meja. Ia melirik meja yang tadi tempati Abbas sudah kosong dan Diva tak sadar akan hal itu karena pikirannya yang berkelana.

Cepat masuk mobil!

Perintah dalam chat itu membuat Diva mencebik, tapi ia tetap bergerak keluar dari cafe tersebut dan mencari dimana mobil pria duda itu berada.

Sebuah mobil hitam mengkilat berhenti di hadapannya dan Diva langsung tahu siapa pengemudi roda empat itu.

Abbas mengemudi dengan tenang, berbeda dengan Diva yang sibuk melirik pria di sebelahnya itu.

"Mau kemana?" tanya Diva akhirnya karena ini jelas bukan arah menuju kantor.

"Ke apartemen," sahut Abbas pendek.

Diva mengerutkan dahi dan sontak membulatkan mata terkejut karena ingat sesuatu. "Bara gimana?" pekiknya panik saat mengingat keberadaan bocah lelaki itu yang tadi masih tertidur di ruang kerja Abbas.

"Sudah dijemput Dewa," jawab pria itu tenang.

Diva menghembuskan napas panjang dan kembali menyandarkan tubuhnya. "Udah balik liburan itu orang tua durhaka?" gerutu Diva.

"Yang kamu sebut durhaka itu menantu dan anak saya."

"Ya jelas, siapa bilang majikan Anda?" gerutu wanita itu lagi.

Abbas tak menanggapi dan mereka pun sudah sampai di lobi sebuah bangunan bertingkat tinggi di tengah kota. Diva hafal tempat ini karena ia tinggal di sini sebelum dipecat dan pulang ke rumah orangtuanya.

Mereka masuk dengan Diva yang mengekor di belakang Abbas. Ketika menaiki lift, wanita itu heran karena yang dituju Abbas bukanlah lantai dimana unitnya berada.

"Pak, anda salah pilih lantai," bisiknya karena ada beberapa orang lainnya di dalam kotak besi itu.

Sayangnya bisikan wanita itu tak didengarkan Abbas hingga mereka tiba di lantai yang dituju dan Diva tetap mengekor di belakangnya.

Abbas berhenti di depan sebuah pintu dan memasukkan sebuah kode hingga mereka kini bisa masuk dengan mudah.

Diva yang ikut melangkah ke dalam sontak merasa kagum dengan apartemen yang belum ia ketahui siapa pemiliknya ini karena dua kali lebih mewah dari unit yang ditempatinya. Padahal apartemen miliknya saja sudah sangat bagus menurutnya.

"Siapa yang tinggal di sini?" tanya wanita itu penasaran.

"Tidak ada."

"Lalu siapa pemiliknya?"

"Saya."

Diva mengerutkan dahi sebelum memiliki suatu pemikiran yang membuat matanya menyipit tajam penuh tuduhan. "Anda sering membawa perempuan sewaan ke sini ya?"

Abbas yang sedang membuka dasinya mendelik tajam. "Apartemen ini baru saya beli kemarin."

Mata wanita itu membulat sempurna. "Benarkah?"

"Saya tidak mau ambil resiko kamu keluar masuk rumah saya sembarangan dan membuat Dewa maupun Uly salah paham," jelasnya.

Diva mencebik. "Aku udah kayak simpenan om-om aja," gerutunya.

"Memang seperti itu," sahut Abbas santai.

"Hei! Jangan sembarangan. Memangnya anda masih punya isteri?" protes wanita itu sembari menghilangkan kedua tangan di depan dada.

Abbas hanya melirik Diva sekilas dan tak berniat untuk meladeni wanita itu lagi. Ia duduk di sofa dan menyalakan televisi yang menyiarkan berita rencana pernikahan seorang anak pengusaha bernama Diva Adzakina dan putra dari artis ibukota yaitu Danus Holta dalam waktu dekat ini.

Ya, media berbondong-bondong meliput berita itu karena memang ibu Danus adalah seorang artis yang sudah vakum setelah menikah dengan seorang pengusaha kaya raya yang nyatanya punya selingkuhan di luar sana.

Abbas tak mematikan televisi itu, tapi kini ia bangkit dan berjalan menuju kamar mandi seraya membuka kancing kemejanya dengan wajah datar.

Sementara Diva menggeram jengkel dengan kelakuan orang tua Danus itu. Mereka tahu bahwa anaknya cinta mati dengan wanita lain, tapi malah dengan beraninya menjodohkan pria itu dengan Diva yang sudah pasti akan makan hati di dalam pernikahan itu.

Tapi mereka tak peduli dan tetap menumbalkan Diva dan kini tanpa persetujuannya malah menyebarkan berita pernikahan bodong itu ke media.

Wanita itu itu langsung mengambil ponsel dan menghubungi Danus yang pada dering kedua langsung diterima oleh pria itu.

"Ada apa, Div?" tanya pria di seberang sana.

"Harusnya aku yang tanya, ada apa dengan orang tuamu? Seenaknya saja menyebar berita tanpa persetujuanku?" semburnya penuh emosi.

Terdengar helaan napas di ujung sana. "Sorry. Aku akan segera menanganinya."

"Okay." Diva memutus sambungan telepon dan melemparkan ponselnya ke atas sofa sebelum mengambil remote dan mematikan televisi yang membuatnya sakit kepala itu.

Bertepatan dengan itu Abbas keluar dengan tubuh shirtless dan celana bahan yang menggantung di pinggangnya.

Tentu saja penampilan pria itu semakin membuat Diva sakit kepala karena pikiran-pikiran murahannya.

"Kenapa dimatikan? Bukankah seharusnya kamu melihat betapa viral-nya kamu saat ini?" sindir pria itu.

Diva mencebik dan berjalan mendekati pria duda yang tengah menggoda kewarasannya itu. "Tidak perlu cemburu, toh aku di sini bersama anda," sahut wanita itu dengan senyum jahil.

Abbas mendengkus sebelum menarik tubuh Diva dan menjatuhkannya di atas ranjang. "Bagaimana jika tunanganmu itu tahu bahwa calon isterinya tidur dengan seorang duda?" ejeknya sembari mengusap bibir wanita itu sensual.

Jelas saja perlakuan Abbas Angkasa membuat tubuh Diva panas dingin. Pria duda itu terlalu sexy dan menantang dengan rambut lembab dan otot-otot yang tak berlebihan.

"Tapi anda belum pernah meniduriku," jawab wanita itu polos.

Abbas menggeram dengan mata berkilat tajam. "Jangan terus menggoda, aku takut kewarasanku kian menipis nantinya."

"Aku bahkan sudah kehilangan rasa waras karena mengejar Duda tua dan kejam seperti anda," sahut wanita itu mencebik kesal.

Abbas menyatukan dahi mereka dan berbisik tepat di atas bibir wanita itu. "Kamu hanya merasa penasaran. Jadi, aku memutuskan untuk menuruti kemauanmu agar nantinya kamu bosan dan bisa kembali ke tunanganmu itu."

Diva tersenyum miring dan mengangkat sedikit dagunya sehingga kini bibir mereka benar-benar bersentuhan. "Memangnya anda rela melepaskan saya nantinya?"

"Itu yang saya tidak yakin, Diva," erang pria itu frustasi karena tak bisa menahan lebih lama lagi untuk tak menyapu bibir semerah cherry milik Diva yang dengan senang hati menerima ciuman pria duda yang membuatnya gila itu.

TO BE CONTINUED

Terjerat Duda [RE-POST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang