Sudah Tamat di aplikasi KARYAKARSA dan tersedia di GOOGLE PLAY BOOKS.
Diva memegang jantungnya yang masih saja berdebar dengan kurang ajarnya meski hanya mengingat ucapan Abbas minggu lalu saat di taman rumah Uly dan Dewa. Wanita itu benar-benar tidak menyangka bahwa pria duda itu akan melontarkan kalimat mengejutkan yang membuat Diva hingga saat ini masih bertanya-tanya.
Bahkan ketika ia sedang bekerja pun, bayang-bayang wajah pria itu masih tetap melekat di ingatannya. Pasalnya setelah mengatakan hal itu mereka tak pernah lagi bertemu karena Abbas menghilang seperti yang sudah-sudah.
Sebenarnya tak masalah bagi Diva jika pria itu menghilang dari muka bumi ini, asal tidak membuat jantungnya berdebar tak karuan sebelum itu. Kini ia harus berusaha menata ulang lagi hatinya pada beberapa hari sebelum bertemu dengan pria itu ia sudah mulai bisa menguasai diri dan emosinya sendiri.
"Mbak, ini bunganya mau ditaruh semua di sini atau dibagi lagi?" Suara seorang wanita muda yang membawa bunga mawar segar membuyarkan lamunan Diva.
"Oh, itu bisa dibagi aja. Biar jangan terlihat berantakan," sahut Diva yang kini tengah mempersiapkan dekorasi untuk butiknya yang rencananya akan ia launching bertepatan dengan hari ulang tahunnya.
"Oke, baik, Mba." Wanita itu yang merupakan staf dari salah satu toko bunga yang bekerja sama untuk memperindah butik Diva yang sudah selesai direnovasi dalam waktu satu Minggu itu.
Jeremy memang tidak pernah main-main dengan janjinya. Ia bekerja keras untuk mewujudkan keinginan sang Putri yang selama ini selalu ia tuntut untuk menuruti permintaannya.
Jelas aja perubahan besar yang ditunjukkan oleh pria paruh baya itu membuat Diva merasa begitu gembira dan berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak akan mengecewakan kedua orang tuanya sehingga ia bekerja dengan sungguh-sungguh meski otak dan hatinya tidak sinkron karena selalu memikirkan Abbas Angkasa.
Putusnya pertunangan antara dirinya dan juga Danus sudah benar-benar menjadi rahasia umum dan keberadaan Clarie di sisi Danus mulai tercium kamera. Apalagi perut wanita itu yang kian hari kian membuncit sehingga menimbulkan kecurigaan ketika mereka tertangkap kamera sedang berada di sebuah cafe berdua.
Diva tak mengambil pusing hal itu karena memang ia merasa banyak hal lebih penting yang harus diurus daripada kisah asmara yang cukup menggelikan baginya itu.
Apalagi kini papanya sudah mengurus semua dan benar-benar membuat kedua orang tua Danus Holta datang dan meminta maaf padanya meski enggan melontarkannya di depan media.
Jeremy sempat murka karena nama baik Diva tetap buruk di luar sana jika mereka tak ingin meminta maaf di hadapan publik. Tapi Diva berusaha meredam emosi papanya dengan mengatakan bahwa ia ingin fokus mengurus bisnis barunya dan tidak ingin hal-hal kecil seperti itu mengganggu semangatnya yang saat ini sedang berkobar.
Untung saja pria paruh baya itu mau mengerti dan tak memperpanjang masalah meski ia ingin sekali menghajar wajah tanpa merasa bersalah yang ditunjukkan Danus.
"Mba, ada yang nyari tuh di depan," panggil seorang wanita yang dipilih Diva menjadi asistennya.
"Siapa?" tanya wanita itu dengan kerutan samar di dahi.
"Saya sering lihat dia di media sosial, tapi kurang tahu namanya, Mba," sahut wanita itu malu.
Diva menggeleng pelan dengan senyum tipis dan berjalan keluar dari ruangan yang nantinya akan menjadi ruangan pribadinya di butik itu.
Suara ketukan sepatu wanita itu mengalun dengan tegas menuju sesosok pria berjas hitam yang tengah membelakanginya dengan ponsel yang menempel di telinga.
"Anda mencari siapa? Butik ini belum sepenuhnya dibuka kalau anda--"
"Kenapa tidak mengangkat telpon saya?" tanya orang yang sejak tadi menari-nari di dalam pikiran Diva.
Wanita itu melipat kedua tangan dan memasang wajah angkuh. "Aku sibuk," jawabnya.
Pria yang tak lain adalah Abbas Angkasa melirik jam tangannya sebelum kembali berucap. "Ayo makan siang, saya lapar sekali," keluhnya yang langsung membuat Diva melirik perut pria itu.
"Saya masih sibuk, Pak."
Abbas berdecak dan menarik pergelangan tangan Diva sehingga membuat wanita itu melotot kaget dengan aksinya.
"Makan siang bersama saya sebentar tidak akan membuat butik kamu ini seketika runtuh," gerutu pria itu di sela tarikan tangannya.
"Bapak jangan asal main paksa aja dong!" protes Diva yang kini sudah masuk ke dalam mobil pria itu setelah didorong pelan oleh sang empunya.
"Kamu juga maksa saya buat mikirin kamu terus," sahut pria itu enteng setelah ikut duduk di sebelah Diva.
"Ha?!" Diva tercengang dengan jawaban Abbas yang mengandung gombalan jaman dahulu kala itu.
"Ayo, jalan!" titahnya pada Pedro yang patuh tanpa banyak bertanya pada bosnya itu.
"Kita mau kemana?"
"Apartemen saya," jawab Abbas sembari membuka tabletnya. "Kamu mau makan apa? Kita pesan saja bagaimana?" imbuh pria itu yang seolah bertanya padahal jarinya dengan lincah sudah membuka aplikasi untuk memesan makanan seperti yang dikatakannya tadi meski Diva belum memberi persetujuan.
Wanita itu menoleh dan menyipitkan mata tajam. "Anda mau buat skandal lagi? Atau mau klarifikasi bareng Aulia lagi?" sindir wanita itu ketus.
Abbas mendesah pelan bertepatan dengan mereka yang tiba di lobi. "Kita bicara di dalam saja."
Diva terpaksa ikut melangkah karena tangan pria itu yang lagi-lagi menariknya meski wanita itu sudah berusaha menghempaskannya. Akhirnya ia hanya pasrah dan memilih berjalan dengan kepala menunduk dalam karena jujur saja ia merasa malu karena pasti banyak orang yang mengingat skandal mereka.
Berbeda dengan Abbas yang berjalan santai tanpa mempedulikan tatapan ingin tahu orang-orang.
"Apa kamu akan menunduk selamanya sampai tua?" tanya pria itu yang ternyata sudah membuka pintu unit apartemen miliknya.
Diva mendongak dan ia menghembuskan napas jengkel saat sadar sudah berada di depan pintu apartemen Abbas. Wanita itu masuk dengan wajah tertekuk masam.
"Sebentar lagi makanannya datang," ucap pria itu memberitahu.
"Padahal aku belum memberitahu ingin makan apa," sindir wanita itu.
Abbas mendongak dengan senyum miring di bibirnya. "Saya sudah tahu jawaban kamu," sahutnya santai.
"Awas saja kalau tidak sesuai seleraku," ancam wanita itu sewot.
Abbas berjalan mendekat ke arah wanita itu. "Memangnya kalau tidak sesuai, kamu mau apa?" tanyanya dengan senyum miring yang masih melekat di sana. "Berani menghukum saya?" imbuhnya dengan suara lebih rendah.
Diva menggeleng panik, bukan untuk jawaban dari pertanyaan pria itu. Tapi lebih kepada jantungnya yang berdebar kencang karena kedekatan mereka yang berjarak begitu tipis itu. Ia sungguh ketakutan Abas akan mendengar detak jantungnya yang seperti genderang perang itu. Sungguh memalukan bagi Diva.
"Anda mau ngapain?" tanya Diva refleks saat Abbas memajukan wajahnya.
"Menurut kamu mau apa?" tantang pria itu.
"Bapak jangan mesum!" pekiknya memperingati.
"Kamu mesum ke saya bisa. Kenapa saya tidak?" Pria itu menyeringai dan sumpah mati Diva ingin pingsan di tempat rasanya. Ah, pesona Abbas benar-benar tidak bisa ditolak oleh nalarnya.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjerat Duda [RE-POST]
RomansaUPDATE SEMINGU SEKALI LEBIH LENGKAP DI APLIKASI KARYAKARSA [SUDAH TAMAT] DENGAN USERNAME AYUTARIGAN [TANPA SPASI]. TERSEDIA JUGA DI GOOGLE PLAY BOOKS. Diva Azkadina kehilangan pekerjaan sebagai dosen muda karena kebiasaan buruknya pergi ke club mala...
![Terjerat Duda [RE-POST]](https://img.wattpad.com/cover/310825105-64-k550441.jpg)