Hidup itu penuh kejutan kan? Anehnya laki-laki bernama Lee Minho tersebut seperti merasa hidupnya terlalu datar serta tidak nikmat. Minho membutuhkan sesuatu hal yang baru sehingga hidupnya tidak semembosankan ini.
"Minho, jangan lupa siang ini sebelum makan siang akan ada rapat dengan petinggi"
Minho menoleh kearah pintu saat menampilkan sebuah tubuh laki-laki kejar yang menatapnya dengan memperingatkan.
Minho hanya bisa mengangguk lalu menghela nafas malas, sial rasanya kalau ternyata hari ini harus bertemu para petinggi perusahaan karena pasalnya salah satu dari mereka adalah ayahnya sendiri.
Semoga lelaki tua itu tidak lagi menanyakan perihal kapan minho menikah. Minho bosan mendengar pertanyaan yang sama karena jujur tidak ada sama sekali fikiran untuk menikah di dalam kepalanya.
Sudah hampir dua tahun ayahnya tiba-tiba berubah drastis dan lebih sering menanyakan kapan dirinya akan mempunyai pendamping hidup dengan alasan ingin bertemu anaknya minho sebelum mati.
Lelaki tua aneh.
Minho menggelengkan kepalanya lalu memilih bersiap untuk mengadakan meeting penting yang selalu dilakukan beberapa bulan sekali untuk mengetahui perkembangan perusahaan. Minho yang statusnya sebagai penerus ayahnya yang memiliki jabatan cukup tinggi disini tidak bisa untuk tidak hadir karena ini juga hidup dan matinya, akan banyak para pemegang saham utama yang datang membuat minho merasa ini adalah kesempatan untuknya dalam membuktikan kinerjanya selama ini.
"Changbin, jangan lupa nanti siapin segala keperluan buat presentasi dan jangan pakai bahasa yang terlalu rumit lagi. Sesuain aja sama laporan yang kemarin"
Changbin mengangguk dari meja kerjanya lalu memilih bersiap untuk mematuhi perintah minho yang statusnya boss besarnya.
Setelah dirasa cukup, minho langsung berjalan kearah ruang rapat sambil memikirkan kalau siang nanti enaknya minho harus makan siang di luar atau meminta salah satu karyawannya untuk membeli makanan.
"Sepertinya makan di luar lebih baik, aku butuh udara segar setelah pertemuan penting ini"
———
Tuhan seperti sedang mengasihani minho yang saat ini seperti merasakan kepalanya mau pecah. Sejujurnya rapat berlangsung sangat amat baik tapi sialnya setelah rapat selesai harusnya minho langsung kabur saja tetapi ayahnya meminta dia tinggal lebih lama.
Tentunya rentetan pertanyaan yang akan di tanya adalah perihal pasangan hidup dan kapan menikah. Sungguh minho muak sekali dan ingin loncat saja dari atap gedung, pasalnya minho juga tidak tau kapan dirinya bisa menikah apabila pasangannya saja tidak ada.
"Berhentilah terlalu sibuk bekerja. Cari pasangan hidup sana, kau itu memalukan sekali. Sudah hampir tua tapi tidak memiliki kekasih sampai sekarang. Apa kau tidak ingin perusahaan memiliki penerus?"
Minho mendesis kesal mengingat ucapan ayahnya yang terasa sangat menyakiti hatinya. Lagipula usianya masih 29 tahun dan masih cukup muda apabila dirinya masih melajang.
"Dasar lelaki tua bangka, bisanya hanya mengurusiku saja. Lagipula aneh sekali, kenapa dirinya meminta aku harus cepat menikah? Orang dewasa tidak menikah di jaman sekarang juga bukan aib lagi"
Minho memukul setir sesekali karena terlampau kesal. Saat ini minho memilih keluar untuk mencari makan daripada harus tenggelam di kantor terlalu lama membuat otaknya semakin ingin meledak saat itu juga.
Sejujurnya minho juga tidak tau dirinya mau kemana, nafsu makannya seketika hilang setelah keluar dari ruang rapat dengan wajah lesu.
Matanya melirik ke kanan dan ke kiri, mencari tempat yang mungkin akan menarik minatnya walau nanti mungkin minho tidak akan banyak makan. Hanya menghabiskan waktu sampai jam makan siang selesai.
Akhirnya mobil hitam kebanggaannya itu dibelokan ke salah satu cafe kecil di pinggir jalan yang cukup menarik minat karena keadaanya tidak terlalu ramai, cukup untuk menjadi tempat minho mendinginkan kepalanya. Sungguh, saat ini minho sepertinya hanya butuh makanan kecil dan segelas kopi daripada makanan berat.
Minho keluar dari mobil dan menatap dengan seksama cafe kecil dengan warna pastel yang terlihat menawan. Mungkin pemiliknya begitu menggemari warna pastel karena interior di dalamnya juga terlihat lebih dominan warna tersebut.
"Selamat datang"
Sapaan dari beberapa pekerja yang berada di balik kasir membuat minho tersenyum tipis. Minho akhirnya memesan segelas americano panas dan sepotong cheesecake, mungkin itu akan jadi makan siang paling aneh tapi setidaknya bisa mengganjal perut minho sampai waktu makan tiba.
Memilih duduk di salah satu kursi yang sedikit terpojok lalu menelisik ke sekitarnya, cuaca kali ini cukup mendung dan keadaan cafe tidak ramai adalah perpaduan yang sangat pas.
"Pesananmu tuan. Selamat menikmati"
Pesanan minho datang dan di terima dengan senang hati. Minho menyeruput kopi panasnya yang terasa menyegarkan untuk dijadikan pengalih fikiran lalu mencoba cheesecake di hadapannya, merasa bahwa cheesecake ini cocok dengan lidahnya karena tidak terlalu manis seperti cheesecake yang sering dibelikan oleh changbin saat minho ingin.
Entah kenapa tiba-tiba suasana cafe tidak tenang lagi semenjak seorang ibu beserta anaknya masuk ke dalam cafe. Anak kecil tersebut menangis keras membuat beberapa pengunjung terganggu termasuk juga minho.
Anak itu menangis keras sedangkan ibunya terus mencoba untuk menenangkan tetapi tidak berhasil. Minho akhirnya menatap kegiatan ibu dan anak itu sampai seorang laki-laki datang dari arah dalam dengan wajah khawatir dan menggendong anak kecil tersebut. Mengambil alih sampai si kecil berhenti menangis.
Minho menatap tajam kearah laki-laki yang memakai baju putih dengan apron coklat di tubuhnya. Sepertinya ia ahli sekali menenangkan anak itu karena suara tangisnya mereda sambil menatap dengan sayang ke arah seseorang yang menggendongnya.
Menarik sekali pemandangan manis ini. Mungkin dia ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] SILENCE • MINSUNG
FanfictionMinho selalu mencoba untuk mengajak jisung berbicara tetapi hasilnya nihil. Sesulit itu kah mengambil hati jisung sampai mengajak bicara saja butuh waktu yang sangat lama? - • bxb • minsung • mature - Start: 11 Agustus 2022