Setelah pertemuan itu minho belum kembali bertemu dengan hyunjin karena tiba-tiba jadwalnya padat sekali sehingga kesulitan untuk mencari waktu. Bahkan minho sendiri tidak pernah mengunjungi cafe kecil di pinggir jalan sana.
Dari pagi sampai malam minho akan tenggelam bersama dengan laptopnya, bahkan saat dirumah pun dirinya juga selalu bersama laptopnya. Lelah sih, tapi mau bagaimana? Semakin seseorang memiliki penghasilan yang berlimpah maka semakin sedikit waktu untuk bersantai.
Terdengar ketukan di pintu ruangannya membuat minho memperbolehkan si pemilik suara untuk masuk.
Changbin hadir dengan setelannya seperti biasa. Mengabari minho bahwa ada seorang tamu yang akan datang dalam beberapa menit lagi.
"Siapa?"
"Ayahmu"
Mati. Minho rasanya benar-benar seperti tersambar petir karena ayahnya datang tiba-tiba sekali. Sejujurnya belakangan ini minho selalu menghindar dari telfon ayahnya dengan alasan sibuk, padahal dirinya hanya tidak ingin mendengar pertanyaan yang sama.
Minho hanya pasrah karena tidak akan bisa kabur kemanapun. Minho membiarkan changbin pergi dan beberapa menit kemudian di gantikan oleh kehadiran seorang pria tua yang datang dengan mata tajamnya. Wajahnya hampir mirip dengan minho kecuali di bagian mata.
"Selamat siang ayah"
"Wah, anak kurang ajar ini ternyata masih hidup. Aku kira kamu sudah mati bersama dengan kerjaanmu itu"
Minho tertawa parau sebelum akhirnya menyuruh sang ayah untuk duduk di sofa yang tersedia.
"Ayah bicara apa sih? Minho baik-baik saja seperti yang ayah lihat"
"Saking baiknya kau sampai sulit mengangkat telfonku?"
Minho menggaruk kepalanya dengan bingung. Harus cari alasan secepatnya kalau begini. "Aku sibuk ayah, kerjaan kantor banyak sekali belakangan ini"
"Alasanmu membuatku bosan. Jadi kapan? Sudah memiliki pendamping belum? Kalau terus seperti itu kau nanti aku jodohkan saja dengan anak temanku"
Minho seperti tersedak ludahnya sendiri mendengar penuturan ayahnya. Minho tidak pernah menyangkan bahwa tuan lee akan senekat itu.
"Tidak perlu ada perjodohan. Minho bisa cari pasangan minho sendiri"
"Kalau begitu cepat lah. Aku tunggu minggu ini kau datang bersama kekasihmu itu"
Setelah itu tuan lee bangkit dari sofa dan meninggalkan ruangan minho begitu saja. Tentu kepergian ayahnya membuat minho memijit keningnya sakit, ia harus bagaimana kalau seperti ini.
---
Han jisung dengan malas menatap kosong ke arah sekitar penjuru cafe yang sedang sepi. Belakangan ini tidak banyak pelanggan yang datang membuat jisung merasa bosan sekali, dirinya hanya sibuk berdiri di balik meja kasir hanya untuk menunggu sedangkan jeongin malah asik bermain game di belakang sana.
"Apakah belakangan ini orang-orang sedang sibuk sehingga sulit untuk mampir ke sini barang sebentar saja?"
Pertanyaan jisung tentu tidak ada yang menjawab karena suaranya begitu kecil. Jisung menghela nafas malas dan hendak berbalik untuk masuk ke dalam sebelum suara pintu di buka membuat jisung kembali di posisinya dengan senyum hangat yang sebisanya dilakukan.
Jisung mendapati seorang laki-laki yang waktu itu menatapnya tajam. Keadaan diri laki-laki itu sangat just dan seperti banyak masalah membuat jisung menimang-nimang pesanan apa yang akan diminta nanti? Mungkin hot coklat atau matcha.
Laki-laki itu berdiri di hadapan jisung dengan tampang kusut membuat jisung meneguk ludahnya dengan asal.
"Hei kau, mau menikah denganku tidak?"
Jisung membeku mendengar ucapan aneh dari laki-laki di hadapannya ini. Apakah semua orang sekarang telah berubah menjadi orang sinting?
—
aku ketar-ketir liat lino 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] SILENCE • MINSUNG
FanfictionMinho selalu mencoba untuk mengajak jisung berbicara tetapi hasilnya nihil. Sesulit itu kah mengambil hati jisung sampai mengajak bicara saja butuh waktu yang sangat lama? - • bxb • minsung • mature - Start: 11 Agustus 2022