aku update dalam waktu dekat karena ketar-ketir sama minsung.
—
Jisung mendesis kesal saat menatap pesan yang masuk ke dalam ponselnya. Dirinya berbalik dan berjalan ke arah halte untuk naik bus ke tempat tujuan. Sial sekali, kalau tau seperti ini lebih baik dari awal dirinya tidak perlu berfikir untuk beramah-tamah. Menyusahkan.
Jisung terduduk di kursi yang tersedia. Menatap kosong ke arah jalanan yang ramai karena hari mulai menjelang sore, dimana banyak orang-orang yang akan pulang ke rumahnya untuk beristirahat setelah menjalani aktivitas yang melelahkan.
Harusnya saat ini jisung berada di salah satu cafe langganannya, sedang menyesap teh hangat beserta dessert yang menjadi teman terbaik. Tetapi nyatanya jisung malah terdampar di halte untuk menunggu bus selanjutnya.
"Anak muda, sedang ada masalah?"
Jisung menoleh ke sisi kirinya saat mendapati seorang pria tua yang mengenakan topi sambil membawa tongkat menatap kearahnya sambil tersenyum. Jisung membalas senyum ramah tersebut sambil sedikit bergeser untuk memberi jarak agar bisa di tempati oleh pria tua tersebut.
"Tidak kok. Saya hanya lelah karena seharian ini jadwal saya kacau"
"Anak muda sekarang mulai banyak yang mengalami depresi ringan karena segala faktor. Berbeda sekali pada saat jaman saya dulu"
"Ya begitulah"
"Kau usia berapa nak?"
Jisung menimbang-nimbang harus menjawab jujur atau tidak, tetapi sepertinya pria tua ini adalah orang baik. "Usia saya 22 tahun"
"Masih muda sekali, sesuai dengan wajahmu yang tampan itu"
"Terimakasih"
Hening. Hanya ada suara lalu lintas saat ini yang berdengung di telinga masing-masing. Kemacetan sore hari adalah hal yang sangat wajar di kala jam-jam sibuk yang memuakan.
"Sepertinya cucuku sekarang usianya sepertimu dan tampan juga"
"Memangnya bapak tidak pernah bertemu dengannya?"
Pria tua itu menggeleng tipis. "Cucuku sudah tidak ada semenjak menempuh kuliahnya di tahun pertama. Dia sudah pergi jauh dan tentunya kakek tua ini tidak akan bisa bertemu dengannya"
Jisung memilih diam. Membiarkan bapak tua itu kembali melanjutkan ucapannya.
"Dia anak yang selalu terlihat gembira dan memiliki cita-cita tinggi sebagai seorang teknisi pesawat tetapi sayangnya karena kesalahanku membuat dirinya harus mengubur mimpinya dalam-dalam. Aku salah mendidik putraku sebagai seorang yang perfeksionis membuat cucuku harus merasakan bagaimana kejamnya sang ayah yang menyuruhnya untuk melupakan mimpinya.
Tetapi walau ayahnya memaksa masuk ke sekolah bisnis dan melupakan cita-citanya, anak itu tidak pernah mengeluh. Hanya tersenyum dan mengangguk. Ia anak yang baik tetapi aku tau bahwa di dalam hatinya ada perasaan sedih juga kecewa karena mimpinya harus pupus. Maka tanpa ada yang sangka, tepat di tahun pertama sekolahnya anak itu memilih mengakhiri hidupnya di kamarnya"
"Aku turut berduka cita atas kepergian cucu bapak"
Pria tua itu seketika tersenyum menatap kearah jisung. "Terimakasih, lagipula pasti anak itu sudah bahagia disana karena terhindar dari anakku yang terlalu mengatur. Setidaknya kejadian itu bisa menjadi pelajaran untuk anakku agar bersikap sedikit lunak kepada siapapun"
"Pasti di setiap masalah selalu ada pelajaran yang di ambil"
Pria tua tersebut bangkit sambil memegang pundak jisung dan menepuknya dua kali.
"Kau anak muda yang hebat. Semoga kau tidak pernah ada fikiran untuk mengakhiri hidupmu karena kehidupan itu adalah hal istimewa yang kita dapatkan dari tuhan untuk dinikmati sebaik mungkin"
Jisung membisu di tempatnya setelah pria tua itu pergi meninggalkannya. Fikiran jisung melalang buana, memikirkan ucapan terakhir pria tua asing yang berhasil menyusup ke dalam ulu hatinya dan meremas dengan tangan tak kasat mata.
Sekelebat bayangan masa lalu hadir membuat jisung mengepalkan tangannya, mencoba tersadar dan menepis segalanya tetapi terasa begitu sulit. Bahkan beberapa bulir keringat berjatuhan di keningnya.
Tin tin.
Sebuah suara klakson mobil membuat jisung terperajat lalu tersadar. Menarik alam bawah sadarnya kembali seperti semula sambil menatap kosong ke arah seseorang yang duduk di balik kemudi mobil berwarna hitam.
Jisung menggigit bibir bawahnya dengan takut membuat ekspresi yang sulit di tebak oleh seseorang yang saat ini sedang menatap ke arahnya dengan pandangan khawatir.
-
"Kau baik-baik saja?"
Jisung memejamkan matanya sejenak untuk menahan kesal sebelum melirik ke arah laki-laki yang memegang kendali mobil. Saat ini dirinya terjebak di sebuah mobil bersama seseorang yang menyebalkan. Kalau bukan janji waktu itu, jisung tidak akan mau duduk di tempatnya sekarang.
"Minho, kau sudah menanyakan pertanyaan itu lebih dari tiga kali dan jawabannya masih sama. Aku baik-baik saja"
"Aku takut kau sakit atau sedang ada masalah. Soalnya tadi aku melihatmu di halte seperti ketakutan"
"Lupakan yang tadi dan anggap kau tidak pernah melihatku dalam kondisi itu"
Minho menoleh kearah jisung tetapi jisung malah memandang malas ke luar jendela. Menikmati kemacetan di sore hari.
"Kenapa?"
Jisung tidak menjawab membuat minho kembali fokus kepada pandangan di depannya sambil terdiam. Mungkin jisung tidak mau terlihat bermasalah saat bersamanya karena selama ini minho selalu menangkap jisung yang memasang wajah dingin dan kurang bersahabat.
Keheningan mendera mobil tersebut sehingga hanya terdengar suara pendingin yang disetel ke suhu normal untuk saat ini. Kedua orang tersebut sibuk dengan fikirannya masing-masing.
"Minho. Sebenarnya kita mau kemana? Kau tiba-tiba mengganti lokasi tempat bertemu lima menit sebelum waktunya"
Minho tidak menjawab pertanyaan jisung. Malahan laki-laki itu membanting setirnya ke kanan, memasuki daerah kawasan perumahan besar yang menurut jisung masuk dalam kategori elite.
"Minho"
Mobil terus melaju bersama dengan keheningan yang diciptakan oleh minho selama beberapa menit. Mengacuhkan semua ucapan jisung.
"Minho, sebenarnya-"
"Bertemu denganmu di cafe begitu membosankan. Jadi aku ubah tujuan kita hari ini menjadi ke tempat yang lebih istimewa yaitu rumahku"
Jisung menatap ke arah depan dengan tidak percaya saat minho membawa mobilnya memasuki salah satu rumah yang memiliki taman luas.
Benar. Ini rumah minho dan jisung dibawa tanpa persetujuan sama sekali.
—
Melihat ini kayanya aku harus berfikir untuk hiatus nulis minsung aja karena mereka beneran pacaran di depan kamera 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] SILENCE • MINSUNG
FanfictionMinho selalu mencoba untuk mengajak jisung berbicara tetapi hasilnya nihil. Sesulit itu kah mengambil hati jisung sampai mengajak bicara saja butuh waktu yang sangat lama? - • bxb • minsung • mature - Start: 11 Agustus 2022