Keadaan siang ini begitu panas tetapi tidak terasa karena pusat perbelanjaan dipenuhi pendingin ruangan membuat semua orang nyaman.
Lain halnya dengan satu orang yang merasa tubuhnya mendidih. Menatap tajam kearah dua orang di hadapannya sambil mendorong troli berisikan barang-barang milik kedua orang tersebut.
Kalau bukan ulah seungmin, ya siapa lagi? Minho tidak akan menurut selain kepada seungmin karena minho sendiri memiliki banyak hutang budi selama ini. Seungmin selalu membantunya apalagi tentang perihal ayahnya.
Berkat seungmin yang meyakinkan tuan lee, membuat minho terbebas setidaknya selama beberapa hari dari bayang-bayang pertanyaan tuan lee. Walau minho malah dijadikan babu oleh laki-laki tersebut.
Mereka berjalan menuju ke salah satu tempat makan yang menurut hyunjin enak untuk di coba. Seungmin menurut saja apalagi minho yang tidak bisa melayangkan protes sedikit pun.
Langkah mereka terhenti saat mendapati di hadapan mereka ada tiga orang yang tengah berdiri seperti akan berpisah.
"Kak chan"
Tentu yang dipanggil menoleh begitu juga minho karena sejujurnya minho tidak sadar akibat terlalu banyak mendumel di dalam hati, mengatai seungmin dengan banyak umpatan di kepalanya.
Lebih terkejutnya lagi saat minho menemukan jisung berdiri di sana bersama temannya yang waktu itu minho temui juga. Sungguh ada apa dengan hari ini?
"Loh hyunjin, ada apa?"
Chan melirik ke balik bahu hyunjin, mendapat minho yang menatapnya tajam. Sejujurnya kedekatan minho dengan chan itu tidak banyak di ketahui orang karena mereka bertemu di club dan baru dekat saat chan menawarkan untuk bekerja sama antar perusahaan sebagai formalitas saja sih biar mereka terlihat teman dekat secara bisnis.
"Aku sedang mampir kesini untuk mempersiapkan lukisan baru yang akan dipajang pada pameran nanti. Lalu aku bertemu teman lamaku dan kami akan makan siang, maka dari itu aku menawarkan untuk mencoba makanan disini"
"Wah, terimakasih sudah membawa temanmu kesini. Mari masuk, nanti ada karyawanku yang akan melayani kalian karena aku masih ada keperluan"
Hyunjin masuk diikuti seungmin tetapi minho yang berada di belakang memilih menyusul. Saat ini minho malah mendekati chan yang menatapnya bingung.
"Sedang apa kau bersama mereka? Apakah misi mendekati orang yang kau maksud itu gagal dan berpindah ke hyunjin"
Bisikan chan membuat minho mendesis kesal. "Matamu, aku itu tidak naksir hyunjin. Aku kesini karena menemani yang disebelah hyunjin"
"Target baru lagi?"
"Kau mau ku hajar disini kah?"
"Lalu dia siapa?"
"Teman kecilku. Disuruh ayahku untuk mengurusku agar cepat menikah"
Chan menatap minho terkejut. "Ayahmu terobsesi sekali ya untuk membuatmu menikah?"
"Entahlah"
Mereka berdua terus berbisik tanpa memperdulikan kedua orang lainnya yang masih berdiri di tempatnya.
Akhirnya Felix berdehem, menyindir kedua orang itu untuk sadar bahwa masih ada mereka saat ini. Tentu apa yang dilakukan Felix membuat mereka sadar sehingga chan langsung tersenyum kearah felix dan jisung.
"Kalian jadi akan pergi mencari barang?"
"Iya kak, kita akan pergi sekarang karena takut nanti jadi pulang terlalu sore. Aku masih ada yang harus di kerjakan"
"Baiklah hati-hati"
"Ayo jisung"
Ajakan Felix tidak ditanggapi jisung karena saat itu jisung masih dalam keterkejutannya dengan kehadiran minho bersama orang lain. Mungkin minho telah berbalik arah darinya, maka dari laki-laki tersebut sudah berhenti untuk mengangguk jisung kan.
Chan memegang tangan jisung membuat jisung sadar lalu menoleh. "Ada apa ji? Kau baik-baik saja?"
"Aku baik kok kak"
"Kalau kau sakit langsung pulang saja ya. Aku takut kau kenapa-kenapa"
Jisung mengangguk lalu melepaskan pegangan chan dari tangannya. Jisung beserta felix pamit kepada chan tanpa memperdulikan minho yang saat ini keadaanya makin terbakar karena melihat apa yang chan lakukan kepada jisung beberapa menit lalu.
—
Setelah kejadian tadi, minho sibuk menekuk wajahnya sambil memainkan makanan diatas piringnya. Seketika dirinya tidak berselera untuk makan tetapi tidak bisa pergi karena seungmin memaksa minho untuk tinggal, menemani untuk mengobrol bersama hyunjin.
"Minho, bagaimana dengan perusahaanmu?"
Minho menolehkan pandangannya kearah hyunjin yang tersenyum di hadapannya. "Baik kok seperti biasa"
"Sibuk sekali ya sampai kau belum ada waktu untuk ke galeriku? Aku ingin menunjukan beberapa lukisan terbaruku padahal"
Minho menggaruk tengkuknya kikuk. "Aku belum ada waktu untuk kesana. Nanti aku akan mencari waktu luang untuk bisa mampir kesana dan melihat semua karyamu"
Seungmin menatap kedua orang tersebut laku tersenyum tipis. "Kalian saling kenal ternyata?"
"Kami kenal karena kak chan, dia mengenakan aku dengan minho. Awalnya ragu sih karena takut tidak nyaman tetapi minho ternyata asik diajak berbicara"
Tidak biasa minho seperti itu membuat seungmin cukup terkejut tetapi bisa menguasai dirinya kembali seperti semula.
"Wah, senang mendengarnya ternyata temanku dengan temanku sudah saling kenal tanpa aku perlu susah-susah memperkenalkan satu sama lain lagi"
Hyunjin hanya tertawa sedangkan minho malah tersenyum tipis. Minho sama sekali tidak bisa berfikir saat ini karena teringat jisung yang tadi wajahnya berubah pucat, minho khawatir jisung sakit.
"Kalau begitu lain kali kita harus makan bersama lagi. Aku akan mencari waktu luang agar kita bisa mengobrol lebih banyak"
"Tentu, itu ide yang bagus"
Seungmin mengangguk-ngangguk sebentar sambil terus tersenyum. Di kepalanya terlintas beberapa ide yang mungkin akan menguntungkan untuknya karena tidak perlu repot-repot. Setidaknya kedua orang dihadapannya ini sudah saling kenal sebelum dirinya susah payah memperkenalkan satu sama lain.
Ya, setidaknya hwang hyunjin cukup menarik perhatian.
—
Aku update untuk kalian yang sedih karena gabisa nonton skz di jakarta nanti. Semangat ya gais!
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] SILENCE • MINSUNG
FanfictionMinho selalu mencoba untuk mengajak jisung berbicara tetapi hasilnya nihil. Sesulit itu kah mengambil hati jisung sampai mengajak bicara saja butuh waktu yang sangat lama? - • bxb • minsung • mature - Start: 11 Agustus 2022