21. ☕ Pemilik Sepasang Kopi Hitam ☕

357 59 18
                                    

(Foto: pribadi Lovatin)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Foto: pribadi Lovatin)


"Untuk apa?" tanyaku. Ya ampun, telingaku bahkan dapat mendengar suaraku yang menantang.

"Aku mencintaimu. Kau tidak tahu apa yang kulakukan beberapa hari ini? Aku seperti orang gila."

Lama-lama kau bisa gila sungguhan jika selalu menyakiti hati perempuan!

"Apa aku harus berteriak di atas sini supaya kau paham?"

Tidak perlu! Hentikan ini! Kembali pada perempuan yang kau renggut gulanya itu, Andaru!

"Apa yang kau inginkan?" Satu pertanyaan itu keluar dari tenggorokanku bersamaan dengan mata yang basah. Sungguh, aku ingin mengakhiri obrolan ini. Aku ingin pulang karena merasa tak nyaman.

"Aku hanya ingin tahu perasaanmu."

Aku menghela napas. Aku membencimu, Andaru. Tidak, tidak, aku mencintaimu. Ah! Aku tidak mau berada di posisi ini!

"Nana yang menyukaimu, bukan aku."

Munafik! Kau pembohong, Sallu!

"Kau mencintaiku, aku tahu itu."

Dia tahu? Untuk apa lagi dia bertanya? Sudahi ini, cukup!

"Tidak." Aku menguatkan tungkai, bangkit dari dudukku. Aku ingin pergi dari hadapannya. Aku ingin pulang. "Kau terlalu percaya diri. Aku hanya ingin kita berteman, seperti sebelumnya. Kita bisa makan satai tuhuk berdua, atau nongkrong di taman kota, misalnya." Kurasa, kata-kata yang kuucapkan ini tepat. Aku harus mengakhiri ini dengan cara yang baik.

Andaru ikut bangkit, mengadang langkahku. "Kau mencintaiku, katakan itu. Aku hanya ingin mendengarnya, Nahla."

"Kau terbiasa dengan perempuan yang mengejar dan tergila-gila padamu. Di saat ada satu perempuan yang menolakmu, kau tak bisa menerimanya, kan?"

Apa-apaan ini, Sallu?

"Aku akan menunggu sampai kau mencintaiku kalau begitu." Andaru menatapku dengan mata penuh harap.

"Jangan menunggu, karena aku ...." Aku meneguk ludah dengan berat. "Aku menyukai orang lain dan akan menikah dengannya." Ya, tepat! Ini jawaban yang bisa mengakhiri semuanya. Andaru harus kembali pada perempuan yang mengirimkan pesan itu. Tuhan, aku hanya ingin dia tidak menyakiti perempuan lagi.

Andaru terdiam. Aku yakin dia kecewa. Nilai yang kita peroleh satu sama kan, Andaru? Satu-satu: sakit dan sakit.

"Aku ... aku akan menikah dengan Bang Itzan. Itu permintaan ibuku yang terakhir sebelum beliau meninggal."

Ada kerutan di kening Andaru.

"Cara yang tepat untuk menyakiti dan menghancurkan dirimu sendiri," kata Andaru, yang membuat keningku berkerut. "Selamat menikmati rasa sakit itu, Nahla Sallum."

Andanan CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang