10°

40 8 3
                                    

“Sudah saatnya berhak bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Sudah saatnya berhak bahagia.”

•••










Selagi menunggu makan siang siap, Sacha duduk di gazebo bersama Namjoon dan Seowoo. Panas terik membuat mereka memutuskan memakan es krim sembari menikmati pemandangan laut didepan mata. Seusai membantu beberapa pekerjaan di panti dan mengangkut barang-barang bawaan sebagai donasi, mereka memilih beristirahat sejenak meredakan peluh bersama semilir angin yang menyejukkan. Tak ada lagi hal yang perlu dikerjakan, usai makan siang nanti mereka sudah harus kembali ke resort.

Tiba-tiba suara Sacha mengundang tanda tanya dalam keheningan yang terjadi. "Cuacanya cerah, pantas saja sangat mendukung untuk mencuci pakaian."

"Apa maksudmu?"

Tersenyum penuh arti, gadis berambut merah menyala itu membalas tanpa melihat seniornya berada. "Apa Kak Namjoon merasa hari ini begitu damai?"

Sebelum menanggapi, pemuda itu memandang langit berwarna biru mendominasi dengan awan menggantung bagai hamburan kapas. Jika diingat kembali, tak begitu damai juga sebab sejak kemarin ia disibukkan mengatur jadwal dan memastikan semua berjalan lancar. "Tidak juga, hari ini bahkan terasa sangat sibuk."

Beralih pada presensi lain di samping Namjoon, Sacha kembali bertanya, "Kau, Seowoo. Bagaimana menurutmu?"

Teman yang dikenal paling tertutup itu hanya membalas dengan bergidik. Hal itu membuat Sacha mendengus sebal. Ia sudah tahu pertanyaan basi seperti itu tak akan mendapat jawaban pasti, tapi tetap saja dilakukan karena penasaran.

"Maksudku damai menjurus pada perang dingin antar Duo Jung," Sacha memberi kejelasan, "Bukankah hari ini mereka tak terlibat adu mulut—ah tidak, Hemi yang mengibarkan bendera perang? Kurasa kesalahpahaman yang terjadi telah selesai."

"Kenapa kau menyimpulkan seperti itu?" Membuang bungkus es krim ke dalam tempat sampah, Namjoon melihat Sacha sekilas sebelum kembali pada hamparan pasir putih, "Hemi masih tetap menjaga jarak dan mendiami Jungkook seharian ini."

"Sepertinya kau ketinggalan informasi, Pak Presiden," menggelengkan kepala menyanggah sebelum ia menambahkan, "Aku tak sengaja memergoki mereka tengah mencuci di halaman belakang. Berdua—bertiga sih sebenarnya, tapi kuajak Sina pergi sehingga mungkin mereka sekarang sedang gotong royong menjemur."

"Kalau begitu, syukurlah. Aku ikut senang mendengarnya." Namjoon yang mudah dibuat percaya pun, menghembuskan napas lega. Ia tidak terlalu memikirkan hubungan yang kurang mengenakkan antara sahabat dan juniornya itu. Ia ikut senang bila sudah membaik, hanya saja sekarang perhatiannya tak lepas dari anak kepiting yang muncul dari bawah kakinya sehingga ia ingin sekali menyentuhnya andai suara Jungkook tak memanggil untuk makan siang. Ia harus menunda keinginan berburu kerang atau kepiting di laut sampai kegiatan mereka selesai.

Fallin' All InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang