23°

43 9 11
                                    

"Aku tidak percaya hati manusia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tidak percaya hati manusia."

•••










Matahari sudah diatas kepala serta panggilan masuk yang dihiraukan tak membuat pemuda itu keluar dari selimut yang melilit tubuhnya pada akhir pekan ini. Seharusnya ia bersenang-senang setelah Jimin menyuruhnya menyusul ke villa milik keluarga Seokjin untuk berkumpul dan melanjutkan taruhan bermain games yang sempat tertunda minggu lalu. Namun semangatnya luntur kala meratapi ada yang kosong dalam hatinya sehingga ia enggan untuk membuka mata.

Genap dua minggu, Hemi tak memberi kejelasan soal hubungan diantara mereka dan Jungkook berpikir bahwa gadis itu memang sudah mengakhiri semuanya. Ia tak bisa melakukan apa pun sebab dirinya sendiri yang memberikan penawaran tersebut. Sehingga selama itu pula Jungkook lebih banyak tertidur sebab menurutnya cara mengatasi patah hati dan melupakan segala masalah yaitu dengan memejamkan mata dan menjemput mimpi.

Pukul tujuh malam Jungkook baru bisa beranjak dari tempat tidur karena tidak tahan lagi dengan suara berisik ponselnya yang diteror puluhan panggilan masuk. Teman-temannya itu memang punya niatan baik membantunya untuk mengobati patah hati. Hingga pada akhirnya ia pun menyerah dan membalas pesan dalam grup bahwa dirinya akan segera menyusul.

Menyalakan keran dan mengguyur tubuhnya dengan air hangat, baru saja menuangkan sampo pada rambut. Gangguan lain membuatnya mengerang kesal. Suara bel pintu terdengar nyaring, terus ditekan-tekan tidak sabar. Jungkook mencoba mengabaikan, berpikir bila si pelaku adalah Jimin yang menjemputnya namun kebiasaannya enggan masuk karena terlalu malas membuka sepatu. Akan tetapi semakin lama dibiarkan, malah tidak berhenti sama sekali.

Jungkook mendesis kesal seraya menarik handuk yang menggantung, mengeringkan tubuhnya secepat kilat sebelum memakai celana pendek dan keluar kamar mandi tanpa mengenakan baju. Tak peduli rambut basahnya membuat air menetes di sepanjang jalan menuju pintu. Jungkook sudah siap melempar amarah saking kesalnya. Namun hingga kala ia membuka pintu, yang terjadi malah amarahnya harus tertelan kembali tergantikan oleh kepanikan saat menyadari tubuh atasnya polos tanpa sehelai kain.

"J-Jung, sedang apa...." pertanyaannya hanya bisa mengambang di udara saat menyadari ada genangan air mata yang siap melebur dalam pelupuk mata gadis itu yang memerah bersama napas naik-turun tak teratur seakan habis berlari puluhan mil. Belum lagi kondisinya nampak kacau dan begitu kebingungan.

Menarik rambutnya sendiri seakan agar bisa menuntun otaknya kembali bekerja alih-alih pandangannya sama sekali tidak fokus. Benaknya terus menyangkal kendati fakta terus beputar bak komedi putar diatas kepala. Ia hanya bisa menemukan satu kenyataan pahit yang harus kembali ia telan sendiri. "A-aku tidak tahu ha-harus kemana...."

"Jung, ada apa?"

Suara Jungkook seakan membuatnya menemukan titik fokus atas kebingungan yang terjadi. Maniknya memandang pemuda yang bahkan tak sadar bila ia sudah ada di tempat yang tak seharusnya. Namun alih-alih memilih angkat kaki, Hemi tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa lagi sebab kini dirinya benar-benar sendirian dan butuh seseorang bersamanya. Maka saat itu juga, seakan kartu remi yang telah disusun menjadi sebuah menara mendadak runtuh tertiup angin, Jung Hemi hancur lebur.

Fallin' All InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang