09°

33 8 4
                                    

“Debaran dibawah terik matahari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Debaran dibawah terik matahari.”

•••








"Jadi bagaimana disini? Kau suka?" Pengurus panti tersenyum hangat kepada Hemi yang tengah membantu membereskan buku-buku pada salah satu rak. "Apa lautnya sejernih yang ada di Australia?"

"Kupikir semua air laut sama saja," memisahkan buku cerita ke dalam rak nomor satu dan buku pelajaran pada rak terbawah, Hemi melanjutkan, "Aku tidak terlalu besar menaruh ketertarikan pada laut. Tapi setidaknya udara disini tak mengecewakan. Begitu sejuk membuat pikiran tenang."

"Kudengar sebagian besar donasi berasal darimu. Aku sungguh berterimakasih," pengurus Lee menyentuh puncak kepala Hemi membawa desiran aneh saat tangan itu mengelusnya lembut. Ada sebuah perasaan hangat dan nyaman. "Selain cantik, baik, kau juga sangat rendah hati."

Hemi menggelengkan kepala guna menyanggah. "Ey ... darimana kau mendengar rumor tidak berdasar itu? Aku bahkan tak memberi donasi sebesar yang kau pikirkan itu."

"Pemuda Kim yang memberitahu."

"Sepertinya aku harus membicarakan ini dengan Kak Namjoon dengan serius," balas Hemi memasang ekspresi marah meski sedetik kemudian ia tertawa kecil bersama pengurus Lee.

Sementara disisi ruangan lain ada sepasang telinga yang menyimak percakapan sederhana tersebut, kendati hatinya menyimpan harapan bahwa si gadis pun bisa mengobrol santai ketika bersamanya dan bukan sebuah kalimat pengusiran agar menjauh yang selama ini ia terima. Meskipun ia cukup senang melihat fakta bahwa Jung Hemi sudah baik-baik sejak demam tingginya itu. 

Kembali mengangkut boks besar berisi pakaian dari dalam mobil dan meletakkan pada ruangan yang sama sebelum pengurus Lee menyadari kehadiran Jungkook kembali. "Nak Jeon, setelah ini makan dulu bersama Hemi. Aku dan pengurus yang lain sedang menyiapkan bubur abalon." 

"Kami akan menyusul setelah menyelesaikan semua ini." Hemi merespon setelahnya mendapat anggukan singkat dari pengurus Lee sebelum sosoknya berlalu keluar.

Dua orang yang ditinggalkan dalam ruangan santai tersebut kembali sibuk dengan urusan masing-masing. Sejak percakapan mereka tempo lalu, tak ada kata yang terucap meski mereka sering berpapasan atau berada di meja yang sama saat makan malam tiba. Selayaknya orang asing, kendati Hemi tak se-keterlaluan biasanya. Ia tak lagi menghindar atau memilih makan sendirian bila ada kehadiran Jungkook didekatnya. Ia pun tak mencoba mengusir atau angkat kaki saat menyadari hanya dirinya dan pemuda itu di ruangan yang sama. Asalkan Jungkook tak bicara dan memancing kekesalan, Hemi tetap diam. Toh, tak punya energi untuk meluapkan amarah. Pekerjaan yang dilakukannya sekarang sudah cukup membuatnya lelah.

Merenggangkan otot leher setelah selesai meletakkan buku-buku sesuai jenisnya, Hemi mendengar teriakkan Sacha dari halaman depan panti. Ia menduga pasti rivalnya itu tengah bermain bersama anak-anak, merupakan hal yang Hemi hindari makanya ia memilih membantu pengurus Lee membereskan perlengkapan serta barang bawaan yang diberikan sebagai donasi. Baginya bermain bersama anak-anak lebih melelahkan dibanding apapun. Ia bukannya tidak suka dengan anak-anak, hanya saja akan sangat merepotkan bila mereka sudah merengek bahkan sampai menangis keras. Hemi benci suara tangisan anak kecil. 

Fallin' All InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang