18°

38 10 12
                                    

"Masa lalu yang belum usai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Masa lalu yang belum usai."


•••





JEON
|Sudah berangkat?

On my way.

|Baiklah, kabari aku bila sudah sampai.
|Hati-hati di jalan, Jung.






.

Tak membalas kembali dan memilih meletakkan ponsel pada dashboard, Hemi lantas menyalakan mesin sebelum menginjak pedal gas sehingga benda roda empat itu mulai membawanya pergi pada tujuan. Kendati baru keluar dari areal parkiran basemen, sebuah mobil sedan mendadak muncul dan menghadang jalan sehingga kontan Hemi menginjak rem mendadak. Hal itu berhasil membuat kepalanya sedikit terbentur kemudi. Sial, nyawanya nyaris dipertaruhkan andai tak memiliki gerak refleks yang bagus.

Membanting pintu mobil seraya keluar dengan tak menyisakkan kesabaran sedikit pun, Hemi langsung melayangkan sumpah serapah tak peduli bila Jake yang keluar dari mobil tersebut. Pemuda itu tanpa aba-aba langsung menarik Hemi supaya masuk ke dalam mengabaikan teriakan gadis itu yang sibuk menumpahkan kekesalan.

"Dengar dulu!" Disaat kesabaran sudah diambang batas, Jake pada akhirnya melawan hingga membuat si gadis bungkam dalam ketidakpercayaan, "Ibumu mendapat pesan masuk dari Paman Gerard bahwa dia sedang perjalanan menuju Seoul malam ini. Ayahmu akhirnya datang, Bri."

"A-apa...?" Tercenung dalam keterkejutan, Hemi merasa otaknya seakan sulit merespon.

"Paman Gerard," seru Jake lagi bersama nada suara penuh kebahagiaan, "Ayahmu sedang berada di pesawat untuk menemuimu!"

Berbeda sekali dengan keadaan tempat duduk disamping kemudi, mendadak sunyi bersama berbagai perasaan bergejolak dalam dada. Seakan masih berada dalam sebuah mimpi, Hemi berusaha membedakan apa yang ia dengar barusan adalah sebuah kenyataan. Kendati tak ingin percaya sepenuhnya dan menaruh harapan lebih besar, ia tetap harus mempersiapkan diri pada sebuah kekecewaan yang sewaktu-waktu datang lagi.

Terakhir kali mendengar kabar sang ayah satu tahun lalu, seakan mengulang kejadian yang sama. Jake mengantarnya pergi ke bandara guna menyambut kedatangan sosok yang dirindukan. Terhitung lima jam lamanya ia berdiri didepan pintu kedatangan, tak pedulikan bahwa kedua tungkainya pegal dan letih ia tetap di sana menunggu kemunculan sang ayah. Berharap setiap orang yang keluar dari pintu kedatangan adalah pria yang selalu ia kagumi kendati nyaris dini hari, Jake menyuruhnya untuk menyerah pada sebuah harapan.

Sebuah panggilan tak terduga membuatnya kembali berbalik badan bersama harapan yang ia pikir akan terwujud. Namun seribu sayang, senyuman itu harus pudar tergantikan oleh keterkejutan luar biasa. Seorang pria bersama wanita langsung mendesak menagih sebuah pertanggungjawaban bak seorang rentenir menagih hutang. Tangis histeris dari wanita tersebut membuat Hemi kelakaban atas situasi yang terjadi. Tak tahu harus berbuat apa ketika tiba-tiba dua orang asing mendatanginya.

Fallin' All InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang