11°

34 8 7
                                    

"Dia, orang asing di negara ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dia, orang asing di negara ini."

•••







"Brianna!" Saat presensinya terlihat keluar bersamaan dengan kerumunan orang di pintu kedatangan, pemuda itu tersenyum sembari melambaikan tangan pada gadis yang sebelumnya pun sibuk mencari keberadaan dirinya. Menangkap tubuh kecil itu yang berlari dan masuk ke dalam dekapan, perasaan rindu langsung menguar. "How are you? It's been awhile since you decided to leave."

"I'm good. Why are you asking me? That's should be me, Jake. It is everything okay? How about my mom?"

"It's a long story, Bri." Jake mengambil alih koper Hemi sampai di mana mobilnya terparkir. "Satu tahun sejak kau ikut memutuskan berpisah dengan ibumu, tak ada lagi orang yang mendatanginya. Kuharap kau juga begitu."

"Keputusan yang diambil meski sepihak, nyatanya memang tepat. Tapi aku sama sekali masih tak bisa membiarkan ayah menghadapi semuanya sendiri. Ia pasti masih layaknya buronan di Aussie dan aku di sini harus segera membantu." Tak langsung menyalakan mesin mobil dan membiarkan matahari mulai terbit di angkasa, menghantarkan sinar hangat menerpa tubuh yang dingin. "Dan, aku sama sekali tak bisa tenang saat tahu ada seseorang datang mencari ibuku."

"Aku juga panik, menduga bila para investor itu menemukan keberadaan ibumu sampai ke sini. Tapi ternyata mereka hanya satu keluarga yang ingin menjenguk karena tak sengaja menyerempet ibumu dengan mobilnya. Maaf sudah membuatmu khawatir."

"Tetap saja aku khawatir, ibuku baik-baik saja, bukan?"

"Hanya mendapat luka lecet di tangan dan pelipis. Kau harus menemuinya karena dia sudah merindukanmu."

"Okay, take me there."

Sembari mulai menjalankan mobil keluar dari areal bandara, rasa penasaran yang pemuda itu tahan untuk tak terucap mendadak keluar begitu saja. "Kau masih bekerja di tempat kelab itu?"

"Nope," balas Hemi kelewat santai, "Sudah mau memasuki semester ganjil dan aku tak punya waktu untuk bekerja di sana meskipun bayarannya cukup besar."

"Bagus kalau begitu, aku takut kau diapa-apakan oleh para pria lapar yang minta ditemani olehmu. Sudah cukup Arlo menjebakmu dan kau...." Mengulum bibir saat sadar telah berbicara terlalu jauh dan hal yang diungkit pasti seakan menabur luka diatas garam, Jake bergumam merasa bersalah, "Maaf...."

"Ini terakhir kalinya, Jake. Aku peringatkan lagi."

"Yeah, I'm sorry."

Hemi tak menampik dan memilih mengalihkan topik. "Anyway, aku akan menjual mobil Jeep-ku."

Jake dalam diamnya terkejut kendati ia masih perlu fokus menyetir dan tak kehilangan kendali. "Kusarankan, jangan. Mobil itu satu-satunya harta berharga yang tersisa, Bri. Serta hadiah ulangtahun pemberian ayahmu."

Fallin' All InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang