Ch. 2: Usai Tragedi

68 21 303
                                    

N E W   C H A P T E R

Wordcount: 1.364 words

Aku masih hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku masih hidup. Orang tuaku tidak.

Hari itu, aku diberi tahu oleh perawat yang datang mengantarkan makan siang. Tentu seperti orang pada umumnya, aku memasuki fase denial. Aku tidak percaya orang tuaku tewas dalam kecelakaan itu.

Namun, sekeras apa pun aku menolak kenyataan, aku tidak bisa lari darinya. Sampai sekarang aku masih dihantui oleh kenyataan bahwa Ayah dan Ibu tewas dalam kecelakaan sementara adikku hilang tanpa jejak.

Aku membenci kenyataan. Aku benci diriku sendiri. Kenapa hanya aku yang selamat? Kenapa aku tidak dibiarkan ikut bersama mereka? Semesta punya rencana apa lagi untukku?

Warna dalam kehidupanku hilang direnggut maut. Dunia tidak kelihatan menarik. Makanan rumah sakit terasa lebih hambar dari yang seharusnya. Aku tidak selera makan. Dan, aku tidak lagi memiliki hasrat untuk hidup.

Sial, kenapa hanya aku yang beruntung?

Ini menyedihkan. Air mataku sudah terkuras habis.

Sekarang aku masih duduk di atas ranjang rumah sakit. Bosan terkurung dalam ruangan, enggan keluar untuk menghirup udara segar. Masih bertanya-tanya kenapa kerabatku satu-satunya di kota ini tak kunjung timbul. Apa aku juga akan ditelantarkan?

Kusibak selimut yang tadinya menutupi separuh badan. Kini tampak kakiku yang masih dibalut perban. Tanganku juga. Aku tidak sempat melihat separah apa luka yang kuterima karena jatuh di atas aspal, lantas berguling ke permukaan tanah berkerikil. Pasti akan meninggalkan bekas.

"Argh ...." Aku mulai menggigiti jempol saking muak dan frustrasinya. Berdiam diri di sini membuatku merasa seperti kakak yang tidak becus. Adikku hilang tanpa jejak dan aku malah bersantai ria di sini.

"Kecelakaan itu aneh ... banget."

Hari itu, aku merengek meminta penjelasan mengenai kecelakaan tersebut. Seorang perawat berhasil mendapatkan informasinya dari seseorang, mungkin petugas yang terlibat waktu itu.

Mobil keluargaku ditabrak oleh mobil kosong yang melaju dari arah berlawanan. Jangankan penumpang, pengemudi saja tidak ada. Mungkin si pelaku kabur membawa Theo bersamanya.

Aku termenung sejenak, sadar jempolku berdarah. Itu tanda untuk berhenti menggigitinya. "Gak masuk akal."

Satu pertanyaan terjebak dalam kepala, membuatku pusing karena tak kunjung menemukan jawaban.

Apa motif si pelaku?

Menabrakkan mobilnya, membuat keluargaku celaka, lalu menculik Theo. Dipikirkan bagaimana pun, kalau memang tujuannya adalah menculik adikku, kenapa harus melakukan tindakan gila itu? Kurasa masih ada kesempatan lain yang lebih aman dan tidak menewaskan orang tuaku.

Eccentric Teens: New Reality [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang