Ch. 38: Ini Belum Selesai

27 6 0
                                    

Wordcount: 1.186 words

Zenia yang harusnya berjaga di tempat persembunyian tiba-tiba muncul dan menyelamatkan kami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zenia yang harusnya berjaga di tempat persembunyian tiba-tiba muncul dan menyelamatkan kami. Anak itu menembakkan petir ke arah si pengguna portal, lalu bergegas menengahi kami dan cowok tersebut. Telingaku masih berdenging, tetapi aku bisa mendengar suaranya dengan jelas karena dia berkomunikasi menggunakan telepati. Zenia punya dua echros.

Begitu efek kejutnya reda, aku buru-buru memungut pisau lipat yang terjatuh, kemudian membantu Tia berdiri. Lututnya lecet karena dia memakai celana pendek rumahan, tidak sempat berganti saat hendak berangkat. Untunglah dia masih bisa berjalan, jadi aku beralih mengecek Pak Ito. Kak Will sedang berusaha memapahnya. Beliau hanya terkejut, begitu kata Kak Will.

"Wah, ada Zenia. Kupikir kamu pergi ke mana," ujar si cowok pengguna portal. Kelihatannya dia hanya dua atau tiga tahun lebih muda dariku. Ah, lupakan itu. Dia sama sekali tidak terluka karena serangan Zenia. Mungkin dia sempat berpindah tempat menggunakan portalnya.

Atensi cowok itu sepenuhnya tertuju pada Zenia. Memasang wajah tersakiti yang dibuat-dibuat, dia lantas berkata, "Kasar banget. Bukannya kita temenan?"

Percikan arus listrik di sekitar tubuh Zenia makin liar. Sepertinya dia sedang melakukan telepati dengan si pengguna portal itu.

"Kak Feli, ayo," panggil Tia. Kali ini dia yang menggenggam tanganku, bukan sebaliknya. Kak Will dan Pak Ito sudah jalan lebih dulu.

Aku menoleh sebentar ke arah Zenia, lalu kembali pada Tia dan mengangguk. Baru maju tiga langkah, tiba-tiba aku merasakan firasat buruk yang membuatku segera menarik Tia mundur.

Sebuah portal muncul tepat di hadapan kami. Tak sampai satu detik kemudian, serangan petir Zenia menyasarnya. Portal itu pun terdistorsi dan lenyap. Tidak begitu mengejutkan. Aku lebih kaget karena aku bisa mendapat firasat buruk seperti barusan dan spontan menghindarinya.

Si pengguna portal berdecak, "Jangan ganggu aku, dong. Misi kita kan sama, membawa kode SS ke markas---oh. Aku lupa."

Aku tidak ingin tinggal lebih lama, jadi aku segera menyusul Kak Will dan Pak Ito sebelum mereka pergi terlalu jauh dan tersesat di hutan. Sebelum ledakan kedua terjadi, aku sempat mendengar cowok itu berkata, "Kamu kan sudah berkhianat."

Sebetulnya aku ingin sekali menoleh ke belakang untuk memastikan kondisi Zenia. Namun, anak itu mengirim telepati lagi. "Nia lebih unggul kalau lawan dia. Kak Feli harus cepet balik terus bicara sama Theo."

Sayang sekali aku tidak bisa membalas telepatinya, padahal aku ingin tahu kenapa aku harus bicara dengan Theo. Dari kalimatnya dan dengan adanya dia di sini, aku yakin adikku dan Marlo yang tinggal di rumah baik-baik saja. Tak mungkin Zenia meninggalkan dua orang yang tidak bisa bertarung memakai echros dalam situasi berbahaya.

"Belok kiri," ujarku memberi arahan.

Kilatan-kilatan petir yang hanya sekilas di belakang sana menandakan bahwa Zenia masih bertahan melawan si pengguna portal. Dia diuntungkan karena petirnya bisa merusak portal buatan cowok itu, jadi aku tidak perlu khawatir.

Eccentric Teens: New Reality [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang