"Hargai dia yang bersamamu selagi ada. Hargai dekap yang dia beri, sebelum dekap itu berubah menjadi acuh, tidak peduli."
Happy reading!!
__
Vio sedang bersantai di dalam kamarnya. Memutar drakor kesukaannya dengan setoples camilan di pangkuannya. Rencananya, dia ingin marathon karena besok hari Minggu.
Ting
Notifikasi pesan di ponselnya mengalihkan perhatiannya. Dia menekan jeda pada laptopnya dan dengan malas meraih ponselnya.
Arshaka
[Keluar! Aku di depan]
Vio mengernyitkan dahi, seingatnya dia tidak punya janji dengan Arshaka. Tanpa pikir panjang, dia keluar kamar untuk menemui Arshaka. Tatkala dia sampai di teras rumah, ternyata Xavier sudah terlebih dulu menemuinya.
"Arshaka," panggil Vio mengalihkan atensi keduanya.
"Nih orangnya udah dateng. Kalo gitu gue masuk. Baik-baik, awas aja kalian macem-macem." Xavier memasuki rumah meninggalkan mereka berdua.
"Arshaka."
"Vio." Mereka berucap secara bersamaan.
"Duluan aja." Arshaka mempersilahkan.
"Enggak, Arshaka duluan aja."
Arshaka mengambil napas dalam."Aku minta maaf soal tadi sore. Seharusnya aku nganter kamu, bukannya supir taksi."
"Enggak papa, aku paham. Ada lagi?"
"Enggak ada. Aku cuma mau bilang itu aja."
"Arshaka jauh-jauh ke sini cuma bilang itu?" Vio bertanya seolah tidak percaya. Meski jarak rumah mereka tidak terlalu jauh, tapi bukankah Arshaka bisa mengatakannya lewat telepon ada pesan?
"Takut kamu marah."
"Aku enggak marah." Mungkin, awalnya Vio sedikit kesal, tapi dia tidak marah sama sekali.
"Besok luang?"
Vio nampak berpikir sejenak. "Kayaknya, iya. Kenapa?"
"Pagi aku jemput."
"Mau kemana?" Vio bertanya dengan penasaran.
"Liat aja nanti," jawab Arshaka.
"Ck, Arshaka nyebelin." Vio mengerucutkan bibirnya.
"Ngapain tuh bibir. Mau cosplay bebek?" ejek Arshaka terkikik geli.
"Enak aja," protes Vio tidak terima dirinya dikatain bebek.
Setelahnya, terjadi keheningan beberapa saat. Sampai akhirnya, Arshaka bangkit dari duduknya.
"Aku pulang, ya. Udah malem." Pamit Arshaka mengingat hari yang semakin larut
"Bentar banget."
"Malem, Vio."
"Yaudah, hati-hati di jalan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Nabastala Senja
Teen FictionJangan terlalu terpaku menatap senja, hingga kau tenggelam dalam gelapnya malam. Mengapa tak coba kau menunggu sang fajar, menyambut dia yang datang. _NabastalaSenja WARNING!! Menolak plagiat dalam bentuk apapun!