2. Mbak Cabe

60 4 0
                                    

"Kita tak pernah tau perihal masa depan. Tapi, kita mampu mengupayakan agar masa depan tidak terlalu mengecewakan.'

Happy reading!!!

______

"Yah, udah penuh," keluh Giselle tatkala melihat kantin sudah terisi ratusan murid yang tengah kelaparan. Jangan tanyakan bagaimana sesak dan bisingnya, mungkin bisa disamakan dengan pasar.

"Biar gak lama pesanannya kita samain aja. Gue sama Giselle yang pesen, Vio sama Winda cari meja," usul Anya yang mendapat persetujuan yang lainnya. Tanpa berpikir panjang mereka memencar, seperti yang dibicarakan tadi.

"Vio! Winda, sini!" panggil seseorang yang ternyata Liam. Lelaki itu berdiri di atas bangku dengan melambaikan tangan. Tentu saja hal tersebut menjadi pusat perhatian seluruh kantin. Sedangkan Arshaka dan Gerry berusaha menahan malu melihat kelakuan random temannya itu.

"Liam Lo ngapain si? Malu-maluin aja," protes Winda ketika mereka sampai di meja Arshaka dan yang lain. Mereka langsung mendudukkan dirinya dengan Vio di samping Arshaka dan Winda di sebelah Liam.

"Tau nih, disuruh manggil kalian malah cosplay monyet," ejek Gerry menekankan kata terakhir.

"Sialan Lo. Maksud gue kan supaya mereka cepet notice panggilan gue," jelas Liam.

"Ada apa nih ribut-ribut?" tanya Anya yang baru datang dengan pesanan mereka.

"Pacar Lo tuh, malu-maluin," jawab Gerry menunjuk Liam dengan dagunya.

"Sorry, gue gak mau mati muda gara-gara stress ngadepin sikap tuh bocah," tolak hanya halus, tapi nylekit.

"Dih, siapa juga yang mau sama lo," balas Liam.

Semuanya hanya diam menyaksikan perdebatan kecil yang terjadi, sudah biasa baginya jika kucing dan tikus bertemu pasti akan selalu bertengkar. Mereka lebih memilih menyantap makanan untuk memberi makan cacing-cacing di perut mereka.

"Hai, Arshaka," sapa Cellin dengan suara manja. Tak sendiri, dia didampingi antek-anteknya yang selalu setia menemaninya kemanapun dia pergi. Mereka teman seangkatan Vio dan yang lainnya. Cellin sedari awal masuk sekolah sudah mulai menyukai Arshaka dan terus berusaha mengejarnya, meski selalu mendapat penolakan.

"Hai cantik," jawab Liam tersenyum manis yang mendapat tatapan sinis Cellin.

"Arshaka, kok kamu diem aja sih? Oh iya, tadi aku gak bawa mobil tau, pulang sekolah aku nebeng ya?" tanya Cellin dengan suara yang dibuat selembut mungkin. Namun, Arshaka tetap bungkam. Kesal karena tak direspon, dia pun berusaha menggenggam tangan Arshaka yang langsung ditepisnya. Cellin tak kehabisan akal, dia menatap Vio yang sedang melahap makanannya seolah tak perduli apa yang terjadi di depannya.

"Vio, bisa minggir bentar nggak? Gue mau duduk soalnya," ucap Cellin manis. Vio menatap Arshaka sekilas sebelum menganggukkan kepalanya dan bangkit dari duduknya.

"Aku ke kelas dulu, ya," pamit Vio. Namun, baru saja hendak melangkahkan kakinya, seseorang mencekal tangannya.

"Ayo," ucap Arshaka membawa Vio keluar dari kantin.

"Eh, Arshaka! Mau kemana? Kok gue ditinggal si." Kesal Cellin menghentek-hentakan kakinya.

"Ekhm, makanya mbak jangan caper. Jadi, ditinggal pergi kan," ejek Anya bangkit dari duduknya menyusul sahabatnya.

"Apa perlu gue bantu cariin muka biar Lo gak carmuk lagi? Kasian banget sih." Giliran Giselle yang berucap dan pergi dari sana.

"Gue baru tau, ternyata ada yang lebih gatel dari ulet bulu," ucap Winda mengikuti para sahabatnya.

Nabastala Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang