Sesekali kita harus menjadi pembicara. Untuk pikiran yang lama tak diungkapkan. Untuk hati yang lama tak didengarkan. Untuk benak yang lama tak diutarakan. Meski kadang tak mudah memperlihatkan kita yang lemah dan rapuh. Meski kadang tak mudah membicarakan masalah yang ingin kita kubur dalam-dalam. Meski kadang tak mudah mengungkapkan isi hati yang berseberangan. Diri kita perlu didengarkan walaupun itu menyakitkan dan tampak melemahkan. Kita perlu berorasi untuk suara hati yang lama mati. Tak apa sesekali, agar lega melanjutkan langkah kaki.
Sesekali kita harus jadi pendengar. Untuk pinta yang lama dibungkam. Untuk kita dan mereka yang lama tak berkabar. Untuk suara yang lama tak diperhatikan. Meski kadang tak mudah menerima. Meski kadang tak mudah untuk mencerna. Meski kadang tak mudah mengerti dan peduli. Orang lain perlu didengarkan. Tak semua, yang membutuhkan saja. Mereka mungkin ingin ceritanya disimak. Mereka mungkin ingin kisahnya diperhatikan. Mereka hanya ingin didengar meski tanpa solusi. Kelihatannya mudah namun urusan telinga itu juga urusan hati. Kelihatannya susah namun urusan telinga itu juga urusan menyandarkan diri, melegakan hati.

KAMU SEDANG MEMBACA
Change is Coming Soon
Non-FictionPanduan overthinking untuk maba; dari overthinking ke overthinking berikutnya. #nonfiksi-selfimprovement