Salah satu tuntutan saat menjadi mahasiswa adalah berbicara. Berani speak up katanya penting. Sepenting mendapat IPK sempurna kayaknya. Tapi tak semua yang menginjak gerbang kampus pasti memilikinya, kebanyakan adalah mereka yang iri serta insecure pada yang berani menampilkan diri, kelompok kecil mereka berani memaksa diri untuk tampil dan mereka yang langka, orang yang terbiasa tampil.
Kita hanya diam di pojokan, melihat gerak gerik kehebatan calon orang-orang besar. Manifesting diri sendiri suatu saat bisa unjuk gigi. Berusaha menguatkan hati untuk tidak merasa rendah, kemudian pelan-pelan menaiki anak tangga. Menjadi pendiam bukan salah kita, tapi menjadi diam dan tak mau berkembang bisa jadi salah kita. Memasuki dunia baru, meski itu memang menakutkan, kita tetap harus menemukan titik nyaman selain titik aman.
Sebenarnya tak semua disamaratakan pada kemampuan berbicara, tapi hal tersebut juga yang menjadi acuan juga beban. Acuan bagi mereka yang mau berkembang, beban bagi mereka yang terus berkubang pada ketakutan. Titik nyaman boleh jadi merupakan titik aman, tapi mencari aman berarti memilih duduk dan memandangi kesibukan, Kesempatan akan datang pada tiap orang, tapi kemenangan dan pelajaran dari kegagalan hadir untuk mereka yang mau menyambut kedatangannya.
Berendam dengan sesuatu yang membahagiakan memanglebih aman dan nyaman daripada berpetualang melayani tantangan satu per satu.Tapi pengalaman berharga yang bisa diceritakan dengan bahagia bukan hanyacerita dengan sudut pandang orang ketiga, kadang lebih mengasyikkan danmembahagiakan bercerita dengan sudut pandang orang pertama. Satu hal yangpasti, berdiri di panggung impian kita dimulai dengan saat di mana kita tidaktakut lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Change is Coming Soon
Non-FictionPanduan overthinking untuk maba; dari overthinking ke overthinking berikutnya. #nonfiksi-selfimprovement