1.8 : no fear

257 134 66
                                    

Selamat datang, bagian kedelapan! Sudah 2 bulan lebih Helios menemani hari Jumat kita, jadi jangan lupa bagikan vote dan komentar sebelum atau setelah membaca. Terimakasih atas apresiasinya!

Safe House, Lokasi Dirahasiakan

"Kau ingin bermain bersama mama?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau ingin bermain bersama mama?"

"Lihat, Bunga Aster yang papa tanam untukmu telah tumbuh."

"Anak papa adalah lelaki yang lucu."

Pria itu terus bercakap seraya mendekap bayi mungil yang dibalut piyama hangat. Mulutnya seolah sedang berdialog dengan sang buah hati, menyalurkan keindahan lain selain matahari terbenam yang disaksikannya di teras rumah dan di tengah musim semi.

Kediaman itu tak ramai. Suasana hanya terisi oleh suara burung nuri yang tak lelah bercuit, atau dengkuran kecil nan lembut seekor kucing yang sedang terlelap di sudut sana. Meski begitu si pria tetap menggemarinya, merasakan banyak cinta yang mengerubungi waktunya.

Tok tok!

Ia menoleh, menemukan seorang wanita muda yang baru saja mengetuk dinding, lantas tersenyum manis padanya.

"Sudah selesai?"

Wanita itu mengangguk.

Ia berdiri, masih menggendong si kecil guna masuk ke dalam rumah bersama wanita tadi. Namun tujuan keluarga kecil itu mendadak terhenti, begitu menyadari kehadiran beberapa orang menghampiri rumahnya. Mata si pria menyipit, dalam sekejap menemukan rekan dan saudaranya berada di antara mereka.

"Ma, bawa Neves masuk ke ruang bawah."

Wanita itu menurut, bergegas masuk ke dalam rumah meski berat hati membiarkan si pria sendirian.

"Bagaimana bisa kalian menorobos area ini tanpa seizinku?"

Noah segera menghampiri Newt Braga—si pria kepala rumah tangga—untuk menenangkannya. "Kita tak membawa masalah."

"Kalian tak akan datang jika itu bukan masalah besar."

"Tenanglah, Newt."

Ia kembali menengok, menemukan Helios yang juga menghampirinya. Kehadiran mereka yang secara tiba-tiba tanpa kabar membuat Newt menjadi di ambang khawatir.

"Tenang saja, tuan. Rumah ini akan tetap menjadi safe house untuk keluargamu." Bujuk Helios berusaha meyakinkannya. Usai itu Helios menoleh pada rekan lain, meminta permohonan kecil kepada si pemilik rumah. "Apa mereka boleh bertamu?"

Newt mempertimbangkannya, namun sudah tak mungkin ia mengusir gerombolan agen federal ini dalam sekejap. Meski tangguh, ia juga tak setega itu. Lantas Newt melangkah menuju pintu rumahnya dan sedikit meninggikan suara dengan lembut. "Ma, mereka kawanku. Tak apa, keluarlah."

Newt mempersilahkan semuanya masuk, terkecuali Helios dan Noah yang lagaknya ingin berhenti di teras untuk sementara waktu. Begitu semua orang menjauh dari ketiganya, Helios membuka percakapan seraya memperhatikan istri dan anak Newt melalui jendela.

"Istri dan putramu sangat manis."

"Mereka adalah segalanya bagiku, dan kedatangan kalian yang seperti memacu ketakutan mereka." Ungkap Newt. "Jangan sampai orang luar tahu rumahku atau bahkan keluarga—"

"Bro, sesungguhnya kau yang takut. Bukan mereka."

Kalimat Helios membuat Newt membisu menatapi istrinya yang tengah melakukan bahasa tubuh. Neves si lelaki kecil kini sudah berpindah pada genggaman Luna, sedangkan yang lainnya berusaha memahami maksud dari ibu Neves.

"Dia—"

Noah segera menyelak ucapan Helios, menggantikan Newt dalam menanggapinya. "Ya, sekarang dia tak bisa bicara. Insiden di Aeas waktu itu melukai pita suaranya, begitu parah."

Lama-kelamaan tatapan Helios menuju pada Newt sepenuhnya, menemukan sorot mata yang penuh tekad untuk melindungi keluarga kecilnya. Rumah ini jauh dari keramaian, anak Newt belum bisa melakukan satu atau dua patah kata, dan istrinya berusaha mengobrol dalam kesunyiannya seorang diri. Helios tak tahu sedalam apa ketulusan pria Braga ini terhadap keluarganya yang terlalu sunyi.

"Cinta memang mampu mengubah siapa saja."

Kali ini Helios kembali berhasil mengundang manik mata Braga bersaudara. Newt yang tadinya hanya mematung kini kembali menimpali. "Jelaskan tujuan kalian secara singkat, aku berhak menolak jika itu buruk."

"Ten Moons mulai memasuki Hekathon, mengejar masalah baru."

Respon Newt menjadi gelisah, jemarinya mulai mengusap anak rambutnya cukup frustasi. Bertahun-tahun meninggalkan medan Interpol terasa menabung dosa baginya.

"Mantan inspektur hebat sepertimu pasti tahu apa itu Ten Moons, Newt."

Newt menatap Noah, tak acuh pada pertanyaan Helios. "Kenapa kau memberitahu orang ini tentang rumahku?"

"Maaf." Balas Noah singkat.

"Aku tak akan lupa jika Interpol merekrutmu karena kau adalah polisi dengan keahlian peretas yang sangat lihai. Dan untuk itu kami membutuhkan bantuanmu." Papar Helios tanpa basa-basi. "Newt, ini tentang sindikat yang membahayakan banyak orang."

"Kau yakin mereka bukan kelompok sirkus?"

"Oh ayolah, brengsek. Aku sedang tidak bercanda tentang ini. Bahkan mereka berani bermain kode nuklir. Dunia akan benar-benar hancur jika badut-badut itu berhasil meraih tujuan mereka."

"Lalu?"

"Kami butuh keahlianmu dalam meretas."

"Kenapa bukan Noah saja?"

"Kau gila? Kau dengan mudah meretas laman resmi pemerintahan Aeas. Sedangkan aku bahkan tak tahu meretas akun sosial kedai milik ibu. Jangan berbohong."

Newt menjadi bimbang, memperhatikan figur kedua manusia yang kini menjadi prioritas dalam hidupnya. Sesaat setelah tenggelam dalam renungannya, Newt berdiksi dalam risau. "Aku khawatir tak ada yang bisa menjaga keduanya sama seperti aku dapat menjaga dan memahaminya."

Helios dan Noah ikut memandangi keluarga Newt yang tampaknya dapat dengan mudah berbaur dengan kelompok federal ini.

"Istriku sudah tidak mampu berbicara dengan normal, sedangkan putraku masih sangat kecil. Aku khawatir jika dunia bahkan tak tahu karena tak dapat mendengar mereka saat ketakutan tanpaku."

Keluarga, ini tentang keluarga. Setegas apapun Helios dalam menjalani keteguhannya, ia tak cukup gagah menarik seorang kawan semacam Newt dari keluarganya. Meski itu hanya sementara.

"Aku akan menjaga mereka, mereka akan aman." Timpal Noah pelan membujuk Newt lagi. "Tapi kau juga perlu ingat jika ipar dan keponakanku tak selemah yang kau kira."

Newt menunduk, menimang-nimang alasan kedatangan orang-orang ini. Butuh beberapa sekon mendenting, akhirnya Newt mendongak.

"Kapan kita akan pergi?"

Rasa takut tidak sepenuhnya mempengaruhimu, tapi juga menyadarkanmu jika sebenarnya kau sedang terancam.

To be continue.

THE BLACK SUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang