2.5 : rock their monster

188 92 78
                                    

Press the vote and leave you comments, chop-chop!

Selamat datang, lara yang tertantang.

Pada ruang bawah tanah milik Rey Joe, terdapat empat aktivitas berbeda yang tengah berlangsung siang ini. Si pemimpin misi, Helios, baru saja bangun dari rehatnya, menjadikan ini sebagai istirahat terbaiknya dalam beberapa tahun terkahir. Helios membuka pintu besi menuju ruang tengah, menemukan Luna yang sedang bersiap meluncurkan anak panahnya pada papan target.

Shoot!

Luna berdecak kesal, sasarannya meleset ke angka 8. Helios dibuat tersenyum, memutuskan menghampiri perempuan itu sebelum ia kembali meluncurkan anak panahnya.

Dengan lembut Helios menyentuh pundak Luna agar ia tak terkejut. Helios meletakkan satu tangannya pada pergelangan tangan Luna untuk membidik papan target dengan posisi yang benar. Dan—"wah!"

Pekikan Luna membawa rasa bangga dalam diri Helios, padahal biasanya ia tak sesombong itu perkara sukses menancapkan anak panah di angka 10.

"Bagaimana kau bisa hebat dalam memanah, Dawn?" Tanya Luna masih berada dalam dekapan Helios. "Ulang!" Pintanya seraya mengisi anak panah pada busur.

Helios mengamati Luna yang terpacu untuk terus berlatih, mengamati wajahnya dengan detil yang tegas karena rambutnya digelung. Ia masih bisa mengingat dengan jelas bagaimana Elina memintanya untuk mengajarkan cara membedil musuh menggunakan revolver dengan baik. Memori itu tersetel seperti kaset piringan hitam, seiring kegiatan berlatih memanah Luna berlangsung.

Ah, sial. Helios segera menampar lamunannya dan meminta Luna fokus pada bidikan, memperbaiki posisinya, serta memberi tips untuk mengamati papan target dengan baik.

"Sejak kapan kau belajar memanah?" Tanya Helios di sela-sela latihan itu.

"Tadi."

"Kau jatuh cinta dengan busur?"

Luna sangat senang bahkan sempat menoleh melihat Helios. "Ya, seperti pertama kali melihat No—"

Meski faktanya jiwa Helios dibuat tergores, namun ia menghargai itu. Saat Helios jatuh cinta pada Elina, dirinya tak ingin mendapat gangguan dari orang lain atas perasaannya yang terbentuk. Maka dari itu, ia sungkan mengganggu rasa orang lain yang sedang terjalin.

Luna membuatnya paham, bahwa hubungannya dan Noah tak sesederhana anggapan orang. Ini adalah pukulan mundur baginya agar tak melangkah terlalu jauh untuk mengenal Luna. Because for him, she is the only one. But for her, he is one of the million.

Melihat Luna yang seolah tertangkap basah melakukan kejahatan, Helios tertawa tipis agar situasi tak canggung.

"Tak apa, aku tahu kau dan Noah saling suka."

"Tidak!" Bantah Luna lalu kembali berjuang membidik papan target agar Helios tak melihat dengan jelas wajahnya yang tersipu. "Noah hanya menganggapku sebagai teman."

"Semua hubungan spesial berawal dari pertemanan, Sinclair."

" ... "

"Noah merasakan hal yang sama sepertimu."

Shoot!

Ucapan Helios membuat Luna berhasil mendapat angka 10. Helios dibuat camar akibat Luna yang pada dasarnya bodoh dalam menyembunyikan sesuatu.

"He is 10 and he loves you."

Lambat laun Luna menurunkan busurnya menggantung di udara, berbalik menghadapi Helios sepenuhnya. "Kenapa kau bisa berkata seperti itu?"

"Noah tak pernah memandang orang lain seperti dia memandangmu ketika bertemu. Noah tak pernah sudi mencampakkan waktu dan dirinya untuk hal yang tak penting. Namun ia tak ragu menyusulmu dari Jogjakarta ke Budapest—menjadi fakta yang menurutku sangat jelas untuk dipahami."

"Katanya dia punya urusan waktu itu."

"Noah tak memiliki apa-apa di Budapest," kecuali dirimu.

Luna dibuat bimbang, menunduk dalam dilema. Lucu bagaimana gadis itu lebih bingung mengenai rasa sukanya dibanding rasa menghadapi misi mereka nantinya.

"Aku bisa memanah karena Noah yang mengajarkanku saat masih sekolah. Sekarang, aku sampaikan ajarannya padamu."

Helios menyebabkan Luna memandangnya lagi namun kini dengan tatapan berbinar, menyampaikan terimakasih meski tak mengucapkannya.

Kehadiran Rey yang baru saja keluar dari gudang senjata membuyarkan interaksi mereka. Segera Helios menatapnya dan bertanya, "ada apa?"

Rey menggeleng. "Hanya mempersiapkan peluru. Mana Newt?"

Lontaran Rey membuat Helios melangkah menuju ruangan sudut, menemukan Newt tengah mengutak-atik perangkatnya yang tampak rumit itu. Rey mendahului Helios masuk ke dalam ruangan Newt. "Sedang melacak sesuatu?"

Newt menggeleng, "memperbaiki situsku."

Dahi Helios dan Rey mengernyit, disusul Luna yang baru saja sampai di tempat ketiga rekan lelakinya. Newt lantas menunjukkan perangkatnya yang sedang mengakses database melalui jaringan digital tanpa kendala.

"Aku tahu kau Richard dari Dinasti Fox karena itu memang mudah bagiku. Bahkan aku bisa saja melihat pendidikanmu, nilai rapormu, kenapa kau meninggalkan dinastimu, namun kuhargai karena itu privasimu."

Luna dibuat terkesima. "Kau benar-benar peretas yang masih menetapkan batas."

"Dia bahkan mampu mengakses data-data yang sengaja dihilangkan, atau melacak situs anonim. Tetapi Newt tak mau peduli dengan urusan orang lain." Tambah Helios.

"Jika dia tidak menggangguku."

"Prinsip Braga, bukan?"

Newt mendengkus riang dan kembali melakukan kegemarannya. Tak akan ada orang yang percaya jika pria beranak satu itu adalah seorang peretas data, jaringan, bahkan radar.

"Apa kau tak takut akan resiko meretas, Newt?" Tanya Rey berhati-hati, tak berniat mengusik permainan pria itu. Beruntungnya Newt hanya tersenyum miring sebelum menjawab, "ketakutan terbesarku adalah keluarga yang sedang berada jauh dariku."

Rey meraih selembar foto keluarga yang Newt letakkan di samping perangkatnya. "Aku berani bertaruh jika mereka adalah segalanya bagimu."

"Dan tugasku adalah melindungi mereka."

"Maka lakukan semuanya dengan baik. Putramu akan sangat bangga menemukan fakta jika ayahnya adalah peretas dengan ambisi melenyapkan sindikat kriminal besar." Lengkap Helios.

"Kalian sangat berlebihan."

Percakapan para pria membuat Luna yakin bahwa pada dasarnya semua pria juga adalah manusia biasa memiliki ketakutannya masing-masing.

To be continue.

THE BLACK SUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang