Chapter 8 ; Penerimaan

154 23 3
                                    

"Wah, kita sudah bersama lebih dari sepuluh tahun. Tapi Aku tidak pernah tahu kau punya hunian di Busan,"

Mereka berdua sudah sampai di hunian tersembunyi milik Hongjoong di Busan. Rumah modern yang minimalis itu amat indah. Kecil namun pemandangan rumah itu langsung menghadap pantai. Seonghwa tidak pernah tahu kekasihnya memiliki rumah lain selain rumah mereka di Seoul. "Kapan kau membeli rumah ini?" tanya Seonghwa.

"Entahlah, sekitar 3 atau 4 tahun yang lalu. Sebenarnya, rumah ini untukmu. Sebagai investasi mungkin? Niatnya kuberikan setelah kita menikah. Tapi... Heheh, surprise! Kau suka kan?" tanya Hongjoong. Seonghwa tersenyum manis, perlahan menganggukkan kepalanya. Mereka saling berpelukan.

Matahari tenggelam sepertiganya di ufuk barat, air ombak belomba-lomba menyapa pasir pantai. Kedua sejoli tersebut masih saling merangkul tangan, menatap sisa matahari yang mulai tenggelam. Indahnya tak terkira. Sejenak, semua beban terasa menghilang. Hanya ada senja dan mereka.

"Hwa, seandainya- Ini seandainya ya. Kalau Aku menerima perjodohan itu, bagaimana--" . "Joong, kalau kau ingin menerima perjodohan itu, terima saja. Aku turut bimbang tapi sepertinya Aku ingin kamu menerima perjodohan itu," ucap Seonghwa enteng - namun tatapannya kosong. Hongjoong hendak protes, kenapa Seonghwa teguh menyuruhnya menerima perjodohan itu? Tidak mungkin kekasihnya itu bersekongkol dengan orang tuanya.

Iya kan?

"Kupikir-pikir, itu jalan terakhir kita bisa keluar dari masalah ini, Joong. Itu beresiko tapi semuanya akan selesai bukan?" rintih Seonghwa. Hongjoong menghembuskan napas frustasi, "Iya selesai. Tapi bukan hanya masalahnya yang selesai, hubungan kita juga. Jangan bodoh Seonghwa-ya!" seru Hongjoong.

Seonghwa membisikkan kata maaf tepat ketika bel rumah rahasia itu berbunyi, "Ibumu datang 3 hari lalu. Menemuiku saat kau tidak di rumah, A-aku... Menyetujui perjodohan itu untukmu,"

"KAU GILA?!?!" Teriak Hongjoong. Tangannya terayun menampar pipi Seonghwa hingga jatuh terduduk. Seonghwa tersedu dengan seribu kata maaf keluar dari bibirnya, "Kau tahu kan, sebanyak apa cintaku hingga selalu ada disampingmu di masa-masa terpurukmu, sebanyak apa usahaku mempertahankan hubungan kita? Kau dengan mudahnya menyerah tentang kita? Sadarlah bodoh! Kau ini kenapa? Apa yang kau bisa lakukan tanpaku, Hwa?"

Hati Seonghwa tercubit mendengar kalimat Hongjoong, wajahnya memerah marah. Kenapa lelaki itu selalu merendahkannya dengan kalimat 'bisa apa kamu tanpa diriku?'.

Selemah itukah Seonghwa dihadapan Hongjoong?

Seonghwa menahan amarahnya dan berlari menuju pintu utama - disusul Hongjoong yang berlari mengejarnya. Dibukanya pintu sehingga nampaklah wajah-wajah masam keluarga Kim dan seorang wanita yang Seonghwa duga sebagai calon tunangan Hongjoong,

"Sudah selesai main kucing-kucingannya?" seloroh tuan Kim. Hongjoong yang berada dibelakang Seonghwa melengos tidak peduli, memilih menarik lengan Seonghwa dan memeluknya dengan erat. Sayang, Seonghwa langsung menepis tangan Hongjoong setelah menyadari tatapan tidak suka dari calon tunangan Hongjoong.

"Kali ini kamu tidak bisa main-main lagi, anakku. Kami sudah membuat kesepakatan dengan keluarga Han- juga kekasihmu itu. Kamu tidak bisa lari lagi," lanjut tuan Kim. Hongjoong menghembuskan napas, "Memangnya apa kesepakatan kalian kalau Aku tetap menolak perjodohan in-"

Calon tunangan Hongjoong - Han Eunji, tersenyum licik, "Aku bisa membuat kau jauh dari Park Seonghwa-ssi dan anaknya... selamanya," Hongjoong dapat merasakan napas Seonghwa yang tercekat mendengar ujaran Eunji. Tangannya pun diremas dengan kuat oleh Seonghwa.

Perjodohan ini sangat tidak masuk akal. Mengancam nyawa orang lain demi mendapatkan kesenangan pribadi.

"Kalau Aku menyetujuinya... Apa yang akan Seonghwa dan Yeosang dapatkan?"

To You My Light {JoongHwa} -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang