Chapter 7 ; Tak Ingin Hilang

165 25 1
                                    

"Aku mengabari keluargaku mengenai Yeosang, Hwa-ya," Seonghwa membelelalakkan matanya kaget. Hampir saja cangkir teh di tangannya terjatuh. Ia menatap tajam pada Hongjoong – meminta penjelasan pada kekasihnya itu. "Kita tidak selalu harus menyembunyikan apa yang terjadi pada kehidupan kita kan, sayang? Keluargaku juga berhak mengetahuinya," papar Hongjoong.

"Tapi kau ingat kan, bagaimana kerasnya mereka meminta kita berpisah. Memaksamu belajar ke luar lah, perjodohan dari kakek buyutmu lah. Kau tidak ingat ibumu pernah mengusirku dari rumah ini. Bagaimana kalau mereka tahu kita memiliki Yeosang? Bisa-bisa anak kita dibuang!!!"

Hongjoong mengambil cangkir teh di tangan Seonghwa dan menaruhnya di meja. Ia memegang tangan Seonghwa dan menatapnya penuh harap, "Oke. Aku tahu dan paham dengan segala kekhawatiranmu itu. I promise You. Tidak akan ada lagi yang terjadi setelah ini, hidup kita akan lebih sempurna setelah ini. Bagaimana kalau kita trip bertiga ke Jeju setelah Yeosang berusia dua bulan? Kau setuju bukan?" Seonghwa mengangguk dengan senyum yang perlahan mulai mengembang. Ia mencium bibir Hongjoong sebelum berlari kecil menuju kamar Yeosang untuk memberinya susu.

Jujur, melihat wajah Seonghwa yang ketakutan, Hongjoong menjadi ragu. Orangtuanya tidak pernah bisa menerima Seonghwa. Mereka selalu mempermasalahkan asal-usul Seonghwa dan kasus yang terjadi padanya 10 tahun lewat. Ayah Hongjoong terang-terangan mengatakan bahwa Seonghwa adalah seorang pelacur, dipertemuan pertama. Kata-kata yang membuat Seonghwa menjaga jarak dengan Hongjoong kala itu, membuat Hongjoong susah payah membujuk Seonghwa untuk kembali bicara padanya.

Ia tidak mau membuat Seonghwa kembali menjauh darinya, tetapi mereka tidak dapat bersembunyi untuk selamanya. Mereka harus keluar dari zona keraguan yang menghantui. Mereka harus bisa meyakinkan kedua orangtua Hongjoong untuk merestui hubungan mereka. Meskipun tahu, hal itu cukup mustahil.

"Hongjoong! Kenapa ibu dan ayahmu ada di depan rumah?" mendengar pekikan Seonghwa, Hongjoong langsung berdiri dan berlari ke kamar Yeosang. Disana, Seonghwa berdiri cemas disamping jendela – mengintip ke arah luar. Tangannya yang memegang botol susu bergetar hebat, membuat Yeosang kesal dan menangis karena dot yang terus meleset dari mulut kecilnya.

Suara bel semakin membuat Seonghwa gelisah dan memutuskan untuk menaruh Yeosang di meja ganti sambil memberinya susu, "Tenanglah, Hwa. Susui Yeosang dulu, Aku akan berbicara pada mereka," ujar Hongjoong. Pria berusia 27 tahun itu terbirit membuka pintu utama rumah.

Dua orang berumur langsung masuk ke dalam rumah begitu Hongjoong membuka pintunya. Tanpa dipersilakan, mereka mencari dan masuk ke kamar Yeosang. Suasana menjadi dingin dan mencekam, Seonghwa sampai tidak bisa menelan ludahnya ketika Ibu Hongjoong mendekat ke arahnya dan mengamatinya yang sedang menyusui Yeosang.

"Aku menghargai keputusan kalian mengangkat anak dan memberi kami cucu. Tapi kenapa harus anak buangan sepertinya? Uang Hongjoong banyak, kenapa tidak melalui jalan surogasi saja? Apa kamu merasa kasihan karena dia bernasib sama denganmu?" pelan-pelan telapak Seonghwa menutupi kuping mungil bayinya. Hatinya sangat sakit mendengar ujaran wanita itu. "Kami kesini bukan ingin menjenguk bayi ini. Kami ingin berbicara mengenai perjodohan Hongj—"

"Bukankah Aku sudah menolaknya bertahun-tahun yang lalu, Ibu? Kenapa masih mengungkitnya?" Dengus Hongjoong yang baru masuk.

Wanita itu memegang bahu Hongjoong, "Dengarkan Ibu, Hongjoong-ah. Apa kau tidak kasihan pada Ayahmu yang sudah tua itu? Dia menunggu cucu darimu. Kau harus menikah dengan perempuan, Joong. Lelaki tidak bisa hamil, kau tahu kan?"

"Lantas jika Aku berpacaran dengan Seonghwa, Kami tidak bisa memiliki keturunan, begitu?" Jawab Hongjoong. Ia mendekati Seonghwa dan mengenggam tangan kekasihnya, "Aku tetap pada pendirianku, Ibu, Ayah. Aku akan menikahi Seonghwa dalam waktu dekat,"

To You My Light {JoongHwa} -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang