Chapter 17 ; The Work of Erasing You

124 15 3
                                    

"Kamu sampai sesembab ini, pasti sulit bukan?" Juyeon mengelus punggung Seonghwa simpatik begitu sang kekasih menghambur ke pelukannya sepulang dari pertemuannya dengan Hongjoong siang itu.

Hongjoong memaksa Seonghwa dan Yeosang agar mau untuk diantar pulang. Jadilah Juyeon mengalah dan membiarkan Hongjoong mengantar Seonghwa dan Yeosang pulang sementara ia menunggu di rumah dengan perasaan cemas menghantui.

Ya, Juyeon berbohong mengenai pekerjaan mendadak di studio tadi siang. Sebenarnya, seharian Juyeon berada di rumah, berguling di kasur dengan rasa cemas yang membuncah ruah di dalam dirinya. Ia ingin Seonghwa memiliki waktu untuk membalas semua perasaan rindunya bersama Hongjoong, sekaligus mengenalkan Yeosang kepada sang ayah. 

Tapi segala kesempatan yang Juyeon berikan membuat rasa sakit yang tidak terbendung di dalam hatinya.

"Kau tahu, jantungku hampir copot sewaktu Yeosang bertanya 'kenapa ayah meninggalkan mama' pada Ho--"

"Tapi Yeosang membantu menyalurkan isi hatimu bukan?" Potong Juyeon. Seonghwa mengangguk kecil. Yeosang cukup membantu hari ini. Namun, Seonghwa sama sekali tidak menyangka bila Yeosang akan bertanya hal yang diluar nalarnya.

Juyeon mencium pucuk kepala Seonghwa ketika sang kekasih memijit pelipisnya, pening.

"Sekarang istirahat ya. Aku tahu hari ini pasti melelahkan. Mau secangkir kopi?"

~~~

Ting tong...

Jam baru menunjukkan pukul setengah tujuh ketika bel apartemen berbunyi, bahkan Seonghwa baru saja selesai membantu Yeosang memakai seragamnya. Seonghwa menggerutu, siapa pula yang bertamu sepagi ini?

"Hwa, biar aku saja," Juyeon yang tengah memanggang roti sarapan Yeosang memutuskan untuk membukakan pintu.

Seonghwa tak tahu siapa yang bertamu hingga Yeosang memekik girang ketika melihat sesosok laki-laki yang berdiri di depan kamarnya, "Ayah!". Seonghwa berbalik dan melihat Hongjoong yang bersandar di pintu kamar Yeosang tersenyum lebar menampilkan jejeran giginya yang rapi, "Oh, Hongjoong? Ada apa bertamu sepagi ini?" tanya Seonghwa.

"Em... Ada yang ingin aku bicarakan denganmu dan Juyeon. Maafkan aku yang bertamu terlalu pagi seperti ini,"

Seonghwa cepat-cepat menyelesaikan menyisir rambut Yeosang lalu menyuruh sang anak untuk keluar dan menyantap sarapan yang telah dibuat Juyeon. Seonghwa menarik Hongjoong masuk dan berbisik di telinganya, "Apa yang kau inginkan? Kau gila? Harusnya kau menelepon dulu sebelum ke sini," sembur Seonghwa.

"Hey!" Keduanya menjengit kaget ketika suara Juyeon menginterupsi mereka, "Ikutlah sarapan dengan kita, Joong. Baru bicarakan apa mau mu bertamu sepagi ini,"

Keduanya mengangguk dan bergegas menyusul Juyeon yang telah lebih dulu mencapai dapur. Yeosang sudah menghabiskan sarapannya, bahkan sudah berdiri menyandang tas sekolahnya. Yeosang bersiap lebih cepat dari biasanya karena mulai hari ini Yeosang akan ikut bus sekolah untuk sementara.

"Mama, antar Yeo ke bawah ya?" Pinta Yeosang sembari menarik-narik piyama Seonghwa. Tentunya Seonghwa tidak menolak permintaan sang anak. "Kalian berdua bicara terlebih dahulu. Aku akan mengantar Yeosang ke bawah,"

Sementara Seonghwa mengantar Yeosang, Juyeon dan Hongjoong sama-sama diam -- bingung memulai pembicaraan. Tapi, sedetik kemudian Juyeon menarik kerah baju yang dikenakan oleh Hongjoong dan menatapnya nyalang, "Apa maumu datang kesini, Kim? Bukankah aku sudah bilang kalau kemarin adalah kesempatan terakhirmu bertemu dengan Seonghwa?" seru Juyeon. 

Hongjoong terbatuk kecil. Ia menepuk bahu Juyeon berkali-kali -- meminta agar Juyeon melepaskan dirinya. Juyeon mendengus kesal lalu melepaskan cengkeramannya pada kerah baju Hongjoong, "Baiklah. Satu menit. Jelaskan keinginanmu!" tegas Juyeon. 

To You My Light {JoongHwa} -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang