Chapter 10 ; On Your Wedding Day

173 17 4
                                    

"Ah tiba-tiba Aku khawatir pada Yeosang, apakah Eunha bisa menjaganya dengan baik. Tidak bisakah kita kembali saja, Juy?"

"Kau jelas-jelas menunjukkan kalau kau tidak mau datang ke pernikahan 'mantanmu', Hwa-ya. Katakan saja, tidak usah malu-malu," jawab Juyeon.

Seonghwa menggembungkan pipinya – kesal. Ia tahu, perjalanannya kali ini adalah sebuah kesalahan. Ia tahu, alibinya yang lembek itu pasti akan tertebak dengan mudah oleh Juyeon. Tapi nasi sudah menjadi bubur, mereka sudah setengah perjalanan, pun jauh-jauh hari Seonghwa menyanggupi undangan pernikahan Hongjoong.

Juyeon yang tengah fokus menyetir menyadari kegelisahan hati sahabatnya itu, perlahan Ia meraih tangan Seonghwa dan mengenggamnya erat, "Seharusnya Aku tidak memaksa Hongjoong memberikan undangan padamu. Juga, harusnya Aku tidak memaksamu pergi ke pernikahan Hongjoong hari ini. Maaf, Hwa-ya. Tapi, dengar Aku tidak bermaksud membuatmu bersedih, Aku, Aku hanya— Ah, maafkan Aku, Hwa. Aku tidak boleh membuatmu merasa sedih sekarang,"

"Aku mengerti, Juy. Kau tidak perlu meminta maaf, tidak ada yang membuat kesalahan disini," ujar Seonghwa. Tangannya balik mengenggam tangan Juyeon, "Terima kasih, Juy,"

Juyeon menengok – terima kasih untuk apa?

Seonghwa tidak menjawabnya, Ia hanya terdiam dengan seulas senyum tipis di wajahnya. Dirematnya tangan Juyeon dengan kuat ketika mobil memasuki areal parkir hotel bintang 5 paling mewah di kota Busan. Seonghwa tidak dapat membendung air matanya ketika melihat potret prewedding Hongjoong dan Eunji – Oh, dia lebih dikenal dengan nama panggilannya, Mia. Foto itu ada di pintu masuk gedung dan nampak dengan jelas karena ukurannya yang besar.

Mobil sudah terparkir namun tidak ada satupun dari mereka yang keluar, Juyeon hanya bisa terdiam melihat sahabatnya yang menangis terisak sambil menutupi wajah. Melihat Seonghwa menangis seperti itu, Juyeon ikut merasa sedih, bersalah, sekaligus marah, namun Ia tidak dapat mengungkapkannya.

Dering telepon dari Minho pun Ia abaikan, satu-satunya yang Ia pedulikan sekarang adalah Seonghwa. Lengannya terjulur, merengkuh Seonghwa kedalam pelukannya. Tangisan Seonghwa makin menjadi hingga membasahi jas Juyeon, "Sudahlah, Hwa. Tidak apa-apa. Habiskan air matamu disini, luapkan semua emosimu padaku, sampai kamu bisa tenang dan mengendalikan diri," ucap Juyeon sambil mengelus kepala Seonghwa dipelukannya.

Suara tangisan Seonghwa perlahan teredam, berganti dengan suara gedoran jendela dari luar. Seorang Minho berdiri, berkacak pinggang dengan wajah marah dan bibir yang tak berhenti mengomel.

"KALIAN PIKIR PEMBERKATAN HONGJOONG BISA MENUNGGU KALIAN? OH TUHAN, CEPAT TURUN DAN JANGAN MEMELUK SEONGHWA SEINTIM ITU, JUY! HONGJOONG BISA MEMENGGALMU JADI DUA!"

~~~

Suasana ruang pemberkatan sudah cukup senyap ketika Seonghwa dan Juyeon mengikuti Minho ke dalam venue. Seonghwa merapatkan maskernya, memastikan tidak ada seorangpun yang menyadari kehadirannya, termasuk Hongjoong yang sekarang berdiri gagah di ujung altar.

Ia goyah, rasanya Seonghwa ingin cepat-cepat keluar dari ruangan ini, pulang ke pangkuan eommonim dan menangis sekencang-kencangnya. Namun, Juyeon sigap mengenggam tangannya dan berbisik menenangkannya, "Tidak apa-apa, hanya sebentar saja. Setelah ini kita pulang, oke?"

Juyeon menuntun Seonghwa untuk duduk di tempat yang sudah disediakan untuk mereka, tepat disamping altar. Hampir semua tamu yang meyadari kedatangan Seonghwa merekam diam-diam dengan ponsel mereka.

Hongjoong di atas altar juga menyadari kehadiran Seonghwa, seulas senyum tipis terlihat di wajah tampannya yang sayangnya tak terlihat oleh Seonghwa yang tengah menunduk dalam-dalam. Hongjoong bisa mengerti ketakutan sang 'mantan'.

To You My Light {JoongHwa} -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang