🦑 01 🐟

33.5K 2.4K 270
                                    

"Rion, bangun! Gue ngajar pagi, Yon! Lu jangan bikin telat napa?!" Adrian berkacak pinggang di depan kasur sahabatnya, Arion Mahanta Dafael.

"Ugh ... Bentar."

Seperti kebiasaan, Drian akan pergi ke apartemen Rion, untuk membangunkan kebo berwujud manusia itu. Hal ini dilakukan Drian sejak mereka lulus dari SMP.

Meski terdapat perbedaan kasta saat itu, dimana Drian hanya seorang yang hidupnya pas pasan, dan Rion adalah anak orang kaya. Rion merupakan anak bungsu keluarga Dafael, meski begitu Rion sudah berstatus 'om om'. Keponakannya banyak.

"YON!"

"Berisik! Emak gue lu?!" ketus Rion.

"Yaudah, njir! Besok gue gak kesini lagi! Biarin lu kesiangan ke kantor!" balas Drian tak kalah ketus.

Jangan mengira Drian yang mengajak berteman Rion. Nyatanya sejak kelas 5 SD, Rion selalu mengejar Drian bak terobsesi, Drian yang awalnya ngeri sama Rion berakhir nerima Rion (yang ternyata cuma mau temenan, untung sekali) sebagai sahabatnya saat mereka memasuki jenjang SMP.

Rion meraih tangan kanan Drian, menarik kencang Drian hingga Sahabatnya itu jatuh ke kasur, Rion segera mendekap Drian erat bak guling.

"Rion! Lu bau jigong! Jangan peluk peluk, jingan! Kemeja gue kusut nanti!" kesal Drian.

"Jangan gitu! Lu mau banget gue dicambuk Abang gue ya, bangsat?" Makin ketus si Rion.

"Bangun makanya, njir! Gue ada jam ngajar pagi ini!"

"Pagi doang 'kan?"

"Iya."

"Yaudah, entar ke kantor gue ya? Temenin gue, sekertaris di kantor gatel banget, jijik gue jadinya." Drian sekarang paham apa yang membuat sahabatnya ini malas berkerja.

"Ya 'kan elu ceo-nya."

"Bokap gue lebih berkuasa, Dri. Sekertaris itu dipilih bokap. Jadi gue gak punya hak buat mecat dia, kecuali bokap gue mokad."

"Hush! Entar jadi yteam kek gue, Yon!"

"Waduh, mendadak gelap ya, Dri," ujar Rion. Keduanya lantas tertawa kecil.

Drian mendorong kasar Rion yang masih betah memeluknya.

"Gue itung ampe tiga, kalau lu kagak mandi mandi, gue tendang 'rudal' lu!"

"Satu!"

"Dua!"

"Tiga!"

"DASAR DURIAN!!" umpat Rion.

Dihitungan ketiga, Rion berlari terbirit-birit ke kamar mandi. Meninggalkan Drian yang cekikikan di kasur empuknya.

🦑🦑🦑

"Sekian untuk pertemuan kali ini!"

Drian tersenyum saat para mahasiswa/i menjawab. Drian merupakan dosen sebuah universitas swasta milik Papi dari Arion Mahanta. Dosen matematika itu melangkah keluar dari ruang kelasnya. Sesuai janjinya dengan Rion pagi ini, Drian harus menemani Rion berkerja. Meski nantinya Drian hanya akan gabut.

Sampai di kantor Rion, lebih tepatnya ruangan Rion, Drian disuguhi pemandangan yang sungguh wow, dimana Rion hampir memukul seorang wanita yang hendak duduk di pangkuannnya (Rion).

"Yon," panggil Drian ragu.

"Drian!" Wajah kusut Rion langsung berseri. Pria itu langsung berlari ke arah Drian dan memeluknya.

"Siapa?" tanya Drian Sembari menatap perempuan itu.

"Tadi yang gue omongin," jawab Rion dengan menggembungkan sebelah pipi. Drian lantas teringat dengan ucapan Rion tentang sekertaris kantornya.

My Best Friend is My DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang