🐟 04 🦑

19.6K 2.2K 85
                                    

Adrian terdiam, sungguh ia benar benar diam kali ini. Melihat bagaimana batu nisan yang berada di samping Mansion milik Gerald. Belum lagi batu nisan itu dipagari dengan sangat rapi.

Bukan perkara kuburan yang ada di samping Mansion Gerald, tetapi nama yang tertulis di batu nisan tersebut

Adrian, dengan tanggal lahir yang sama dengan tubuhnya yang asli dan tanggal wafat yang sama saat ia jatuh dari gedung perusahaan Arion.

"Dia sahabat Daddy. Beberapa bulan kemarin, akibat kelalaian Daddy, dia meninggal," ucap Arion.

Pria itu mengantarkan Drian menuju kemari setelah Drian meminta Arion menunjukkan kuburan 'Mommy'nya itu.

"Lu gay?" tanya Drian. Ia mencoba posthink dengan berpikir Arion hanya bercanda tentang 'Mommy' tadi.

"Tidak. Banyak anak kecil yang Daddy dan sahabat Daddy temui di sebuah panti memanggilnya dengan sebutan 'Mommy'. Wajahnya manis, karena itu banyak orang yang mengiranya transgender. Tentu saja dia marah ketika itu terjadi."

"Dia adalah separuh hidup Daddy."

Drian tersenyum samar ketika melihat mata Arion berkaca kaca. Tapi ya dari kemarin ketemu sampai hari ini pun kata kata Arion ambigu semua anjir!!

"Lu emang aneh, Yon," ucap Adrian sembari tersenyum manis.

"Setidaknya jika kamu belum ingin memanggil Saya 'Daddy', panggil Saya dengan sebutan 'Om'. Itu terdengar lebih sopan, daripada memanggil nama Saya," ucap Arion membalas.

"Yon ..."

Bahu Adrian bergetar menahan tawa membuat Arion salah paham, mengira bahwa Adrian tengah menangis.

"Ada yang sakit?" tanya Arion khawatir. Ia segera menggendong Adrian ke dalam mansion.

"Arion, ada yang salah dengan Drian?" tanya Gerald begitu melihat Arion membawa Adrian dengan tergesa.

"Bwahaha ..."

Arion berhenti begitu mendengar tawa Adrian, begitu juga Gerald yang menatap heran padanya.

"Om Arion ... Pfft."

Senyum Arion langsung terlihat begitu mendengar suara tawa Adrian, ah tawa itu, bisakah Arion pertahankan?

🐟🐟🐟

Gerald menatap malas Arion, putra bungsunya itu tak henti hentinya mondar mandir bak setrika, entah apa yang sebenarnya dicari. Gerald malas menegur karena menatap cucu barunya lebih menarik dibanding Arion.

"Ish! Jangan mondar mandir terus, Om! Meresahkan!" seru Adrian yang akhrinya buka suara. Btw, Drian memutuskan untuk memanggil Arion dengan sebutan 'Om'. Ya karena Drian mulai menerima kenyataan bahwa ia menjadi anak kecil, remaja.

"Nyari apa sih, Dek?" tanya Gerald. Ia akhirnya bertanya setelah melihat Adrian tampak terganggu oleh gerakan putranya itu.

"Handphone Rion ilang, Pi," jawab Arion sembari mengangkat bantal sofa, siapa tau ponselnya nyungsep ke situ.

"Ya terus yang gue pegang ini apaan, Om? Baterai?" ketus Drian sembari mengangkat ponsel di genggamannya.

"Kenapa gak bilang dari tadi sih, Nak," kesal Arion. Sembari menghampiri Drian. Pria itu akhirnya duduk di sebelah Adrian setelahnya menarik Adrian ke pangkuannya. Adrian pun tak menolak, kembali menonton video tiktik di ponsel Arion.

"Kamu nonton apa?" tanya Arion sembari mengelus rambut Adrian yang mulai memanjang.

"Ini," jawab Adrian. Arion pun mengernyit ketika melihat video yang ditonton Adrian.

My Best Friend is My DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang