🐟 10 🦑

13.7K 1.4K 55
                                    

"Kak Atlan!"

Atlas berteriak sembari memisahkan Drian dengan Atlan. Napasnya tak teratur, Atlan sontak melepaskan cengkeramannya pada lengan Drian. Melihat itu Drian segera masuk ke kamar Arion, tak peduli lagi pada kedua putra Liandra itu.

"Ck! Adrian Lev—"

"Kak, udah!" sela Atlas.

"Apa yang terjadi padanya?" tanya Atlan to the point. Atlas mengerjap kaget, takut telinganya salah dengar.

"Kakak tanya keadaan Bang Dr— eh Levan?" Atlas tak percaya.

"Iya." Atlan menatapnya malas.

"Tanya Om Rion aja deh, gue gak bisa jelasin," balas Atlas.

Melihat kondisi Adrian saat ini, Atlas merasa lebih baik membiarkan Drian sendiri, kalau Atlas mencoba menenangkan sekarang malah membuat Drian tak nyaman.

"Biarin Levan tenang dulu, kita ngopi santai aja," ucap Atlas sembari merangkul pundak sang kakak. Pria itu menarik Atlan menuju dapur.

"Tidak ada kopi. Susu saja!" ujar Atlan tegas.

"Dikira bayi! Hish!"

🐟🐟🐟

Mansion Dafael kembali digegerkan dengan menghilangnya Adrian, Gerald berusaha menenangkan Arion yang kacau, sedangkan Atlas terus menelepon Drian, berharap Drian membawa ponselnya.

Sedangkan si pembuat keributan sedang berjalan-jalan menuju rumah lamanya, rumah yang ditinggalkan kedua orang tua Adrian.

Tak mungkinkan Arion menjual rumah lamanya itu?

Mana mungkin, harusnya sih gak mungkin.

Merasa lelah, remaja berjiwa om om itu duduk di pinggir jalan, yakali di tengah jalan yekan, sembari menatap lalu lintas yang tergolong sepi ini.

Lama melamun, Drian mendapati dua motor berhenti tepat di depannya, menghalangi pandangannya dari lalu lalang kendaraan.

"Woy! Ngapain lu cosplay kek bocah hilang begitu?" Pertanyaan dari salah satu pengendara itu membuat Drian mendongakkan kepalanya.

"Huh?" Drian mengerjapkan mata 2 kali, kemudian mendengkus ketika menyadari siapa dua pengendara itu.

"Mendadak bisu lu?" sarkas pengendara tadi.

"Hak gue untuk bersuara atau enggak." Drian berdiri dari duduknya, ia menatap nyalang pada mereka.

Mereka, Reksa dan Noval. Dua pemuda yang sejak kemarin mengusik ketenangan Drian.

"Ck." Noval berdecak tak suka atas balasan Drian.

Drian abai, memilih kembali melanjutkan perjalanannya, tetapi Reksa lebih dulu menahan pergelangan tangan Drian.

"Apasih, anying?!" bentak Drian sembari menyentak tangan Reksa.

"Mau ke mana?" tanya Reksa dengan suara tenang.

"Bukan urusan lu!" jawab Drian ngegas. Pakek urat 🗿

"Urusan Abang." Reksa berkata dengan nada datar.

"Sejak kapan lu Abang gue, hah?! Kenal aja kagak, anj!" Drian mendorong bahu Reksa, tapi Reksa sama sekali tidak terdorong.

Drian terdiam, huh ... Apaan?! Tenaga Adrian Levan seolah tak ada apa-apanya di depan Reksa.

Jiwa om om nya sedikit tersakiti.

"Ikut Abang!" perintah Reksa, pemuda itu menarik tangan Drian.

"Reksa Naratama!" Drian menatap Reksa dengan tajam, rahangnya mengeras.

My Best Friend is My DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang