Drian tak mengerti, warna hitam yang mengelilinginya seolah menyembunyikan wujud asli Levan. Entah berapa kali Drian mengerjapkan matanya untuk sekedar mendapatkan cahaya, yang ia dapat hanyalah kegelapan panjang dengan suara Levan yang terus menggema, terasa seperti berada di sebuah ruangan kecil.
Drian berusaha meraba sekitar, tak ada apapun yang bisa ia pegang, itu seperti ruang hampa yang memintanya untuk tetap diam mendengar suara Levan.
"Ahahahaha! Tidakkah ini menyenangkan, Om? Di sini menyenangkan, tidak seperti di dunia jahat itu! Humph!" celetuk Levan.
Drian kembali mendengar suara Levan, Drian mengenalinya karena terdengar sama seperti suara yang ia pakai selama di tubuh Levan.
"Hei! Setidaknya tampakkan dirimu di hadapanku!" teriak Drian. Suaranya kembali ke suara lama, terdengar menggema seperti suara Levan.
"Om Dri, kalau Levan muncul itu namanya gak asik dong! Lagipula ini yang Levan harapkan!" balas Levan, tawa anak itu terdengar setelah kalimatnya berakhir.
"Kembalilah ke tubuhmu, Adrian Levan!" ucap Drian. Ia lebih tenang kali ini. Jujur saja, menggunakan tubuh orang lain untuk hidup membuat Drian was was setiap saat, ia juga takut suatu hari nanti Levan tak bisa kembali.
"Eh? Bukannya ini yang Om Dri harapkan? Om Dri gak mau hidup terus ya? Jangan dong, nanti kayak Levan lho~ jadi hantu gentayangan, hihihi~" Suara Levan terdengar berpindah tiap detiknya, seolah Levan terbang mengelilingi Drian.
"Berhenti tertawa! Kamu harus tetap hidup, karena kamu belum ditakdirkan untuk mati! Berbeda denganku, ragaku sudah mati, dengan begitu seharusnya aku tak hidup lagi!" Drian berucap sembari mengikuti arah tawa Levan.
"Harusnya Om Dri bersyukur, dengan Levan yang gak mau hidup lagi, Om Dri akan terus di tubuh itu, selamanya~~" Suara riang Levan memenuhi ruang sempit itu.
"Aku tak mengharapkan seperti itu. Setelah aku hidup dengan identitasmu, aku selalu merasa bersalah karena mengambil hak hidup orang lain," ujar Drian, ia memilih duduk, di luar dugaan ruangan gelap itu benar-benar memiliki lantai.
"Itu bukan orang lain. Kita sama-sama Adrian, jadi itu bukan orang lain, humph!" bantah Levan. Drian dapat membayangkan bagaimana wajah Levan saat bocah itu menggembungkan pipinya.
"Levan ... Apa kamu tidak ingin melihat dunia penuh warna lagi? Lihat, di sini begitu gelap, kamu tak punya teman di sini, di dunia nyata nanti ada Arion, kamu punya ayah dan saudara sepupu ..." bujuk Drian. Ia tak ingin rasa bersalah ini selalu menghantuinya, lebih baik meminta Levan kembali ke tubuh itu sekarang.
"Mau Om Dri katakan sebanyak apapun, Levan tetap tidak mau pergi dari sini!" seru Levan kesal.
"Levan!" tegur Drian geram. Ia tak mengerti kenapa Levan sekeras kepala ini.
"Kenapa? Levan suka di sini! Tidak ada lagi pandangan menjijikkan lagi! Tidak ada cemooh mereka lagi! Di sini Levan bebas melakukan apapun! Lagipula tinggal di sini tidak seburuk bayangan Om Dri!" balas Levan.
"Kalau begitu, biarkan aku menemanimu, di sini." Drian membuat keputusan, ia bersedekap dada sembari duduk bersila.
"Aaa—!! Tidak!! Om Dri tidak boleh di sini! Om Dri harus tetap hidup!" Suara Levan menggema lebih lama dibanding sebelumnya.
"Kenapa? Kamu boleh, kenapa aku tidak boleh?" tanya Drian heran.
"Karena Om Arion menunggu Om Dri ... Om Dri juga tidak boleh membuat mereka menunggu lebih lama lagi! Atau sesuatu yang buruk akan terjadi!" jelas Levan.
"Sesuatu yang buruk?" Drian tak mengerti.
"Kalau Om Dri di sini, itu artinya ragaku dalam posisi tanpa jiwa. Jika Om Dri terlalu lama di sini, ragaku tidak bisa digunakan lagi, dengan kata lain, kita berdua mati." Levan tampak santai menjelaskan, tawanya kembali terdengar, menggema lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Best Friend is My Daddy
AcakGimana jadinya sahabat lu mendadak jadi bokap lu? Adrian namanya, pria berusia 27 tahun yang mendapati nasib malangnya setelah pulang kerja. Ia mati karna menyelamatkan seorang wanita yang hendak bunuh diri. Adrian meninggalkan sahabat seperjuangann...