Kastara & Kelana: Least and Last

104 10 0
                                    

Sebelumnya...

Part ini akan jadi narasi terpanjang dari pada semua part yang ada. Semoga enggak membosankan pun cukup untuk menutup cerita Kastara & Kelana.

Reach me out on twt or tellonym, uname and link on bio ya. Jangan lupa vomen jugaaa hehe.

Happy reading!
Sampai bertemu diupdate cerita lainnya dan terima kasih banyak 😊🙏❤️

Italy.

Negara dengan destinasi kuliner ternama pun romantis. Enggak sedikit orang menemukan awal cinta mereka di sana. Cinta bersanding dengan romantisme sebuah tempat adalah kolaborasi paling apik, bukan?

Kalau cerita soal menyelesaikan urusan hati di tempat romantis? Apakah ada?

"Sorry banget, kamu jadi harus berakhir sama aku begini."

"Nggak masalah, Tara. Toh tujuan aku sama, makan siang. Kecuali we have a different things to do dan terpaksa ikut salah satu. Baru kamu pusing."

"Rama, Mahesa kemana?"

"Shopaholic ketemu explorer udah pasti nggak bisa ditebak sekarang dimana. Yang pasti sih keliling Milan."

Tawa canggung Kastara terdengar sendu bagi Kelana.
Oh, cukup sudah.

"Kamu sadar nggak, kita butuh bicara serius?"

"Sambil makan pasta? Aku takut kesedak, La. After this lunch aja gimana? Cari tempat nyaman ke arah penginapan."

"Boleh. We can prepare ourselves juga sebelum getting shock, maybe?"

Dua cangkir chamomile tea, senantiasa jadi pihak ketiga antara Kastara Paradiktha dan Kelana Ardhiona Mahagani. Sudah setengah jam lalu obrolan dimulai, namun inti pembicaraan mereka belum juga tersentil.

"So... apa kabar, La?"

"Basa-basi tanya kabarnya kenapa baru sekarang, sih?"

"Kamu kan tahu sendiri, aku nggak pro ganti topik buat bahas hal serius. Wajar lah."

Tahu, Kastara.

Kelana Ardhiona Mahagani selalu tahu Kastara Paradiktha ini seperti apa.

"Aku baik. More than good. Kamu sendiri?"

Ada jeda cukup lama sebelum pertanyaan Kelana terjawab. Bukan tipu-tipu, menjawab hal sesederhana kabar sangat sulit bagi Kastara. Ada usaha lebih menyusun kosakata satu demi satu seperti balita yang baru belajar.

Lagi-lagi hal yang sama terjadi saat dihadapkan pada Kelana Ardhiona Mahagani.

"Kastara?"

"Ya? I'm good, La."

Kelana menghela nafas lelah sebelum lanjut bicara, "tujuan kita pindah tempat supaya bisa fix all of these messed up, Tara. Bukan malah denial...

This will be long tapi aku minta kamu listen carefully dan wisely. Pertama, aku mau bilang terima kasih. For all the memories, the love also the pain. Aku nggak mau menyalahkan siapa-siapa untuk kejadian yang lalu. Kita sama-sama belajar. Belajar jadi lebih baik, belajar menerima.

I know this is not easy for us, selama ini kamu dan aku selalu ada untuk satu sama lain. Our stories too good to be forgettable. I'm trying to live with, not living in ours.

Saat aku memutuskan untuk pindah ke luar kota beberapa tahun lalu. Artinya aku mencoba siap untuk hidup dengan situasi baru, circle yang baru, cerita yang baru. Can't stuck at the same place and the same feelings to you, to us.

Kalau Rama dan Mahesa kadang jutek ke kamu. Tolong dimaklumi, ya. They know too well, terutama Rama."

Wow, there is a lot.

Beri Kastara waktu sejenak untuk mencerna ulang. Ingat pesan Kelana, be wise. Kastara enggak mau berpikir Kelana berada di pihak yang jahat.

Jahat ketika ia mengambil keputusan sepihak untuk pergi dari kehidupan Kastara, tanpa mau dengar pria itu lebih dahulu. Jahat ketika Kelana, tanpa dosa masih mampu memporak-porandakan Kastara. Padahal Kelana sudah mampu berdiri tanpa Kastara.

"Aku butuh waktu, La. Obrolan kita seserius ini ternyata. Aku belum siap."

"You're not and never be ready kalau enggak sedikit dipaksa. Pelan-pelan Kastara, banyak hal yang mau kamu ucap pasti. Aku terlalu fokus sama diri sendiri sampai lupa kalau kamu juga butuh didengar, butuh bicara."

"I am, tapi di kepala ku sekarang masih berkutat perihal jahatnya kamu, La. I don't want that. Setelah serentetan cerita kamu tadi. Aku bingung, gimana cara ngelepas kamu dengan legowo."

"Masih sulit, ya?"

"Always be. Jujur, aku masih ada di tempat yang sama. Masih juga berpikir untuk memperbaiki sama-sama, bukan you with your own and mineㅡ"

"ㅡKastara. Enggak selamanya perbaiki relation harus kembali menulis kisah dengan orang yang sama. Berdamai sama apa yang ada, juga salah satu cara. Aku bukan lagi berusaha push you away. Toh selama ini aku suka rela menanggapi semua tingkah kamu, namun tetap ada batas."

"Kamu jadi nggak nyaman, ya?"

"Kastara Paradiktha that's not the point."

Nafas Kastara memburu seketika, "gue mau egois, La! Kenapa lo bisa seegois itu sedangkan gue enggak!"

Tenang dulu, Kastara. Bicara baik-baik, bisa jadi ini kesempatan terakhir lo. Atur nafas, tenang.

"Cuma itu alasan presensi ku dari awal di sekitar kamu, La. Itu satu-satunya harapan aku. Maaf, nada ku sempat tinggi tadi."

Kelana meraih jemari Kastara yang sarat akan rasa tak sampai, "cukup kata maaf dari kamu. Harusnya aku yang ucap maaf, maaf untuk sakit hati kamu, Kastara. Live your life as happy as before, ya. Please..."

"Can weㅡno I mean, can I through this?"

Anggukan penuh yakin Kelana beri, "Kastara Paradiktha yang ku kenal sangat amat sanggup untuk itu."

"Kelana Ardhiona Mahagani..."

"Iya?"

"Kelana... Ardhiona Mahagani..."

"Iya, Kastara Paradiktha."

Bersamaan dengan suara Kelana, segala pertahanan Kastara ikut luruh. Aliran lirih juga sendu ia biarkan tumpah tanpa perlawanan.

"Kelana Ardhiona Mahagani, can you... can I... get the last goodbye hug?"

Perlahan kian pasti pelukan erat nan hangat dirasakan Kastara, "this hug not to celebrating our last. Justru awal baru. I'm still your friend, after all.

Bahagia, Kastara Paradiktha."

ㅡEnd

Kastara & KelanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang