Places We Won't Walk

310 53 4
                                    

“Seharusnya lo pulang segera. Yang lo butuh sekarang istirahat. Bukan kopi,” bersamaan dengan tersedianya segelas latte di hadapan Kastara.

“Bunda, masih suka tanyain lo.”

Kelana terkekeh geli, “Bunda yang mana? Jangan bohong."

Berbicara langsung dengan Kelana ternyata masih memberikan efek yang sama. Merusak kinerja tubuh Kastara. Ia seakan menjadi dungu, lambat berpikir dan enggak bisa bertutur kata dengan benar.

Kebohongan remeh itu misalnya. Apa Kastara lupa siapa Kelana sebelumnya?
Atau memang ia sengaja menjerumuskan diri pada kebodohan. Sudah mendadak dungu, ingin bodoh juga ternyata.

“Bisa nggak berenti baca pikiran gue, sekali aja." Bodoh, Kastara. Bodoh.

“Lo yang terlalu terbuka dan kelihatan, Ta. Lo nggak pintar sembunyi. Bukan karena gue yang bisa baca pikiran," kelakar Kelana ketus.

“Berarti, tanpa perlu gue jelasin. Lo tahu apa maksud gue nunggu di sini, dan bukan memilih pulang?”

Kelana enggak langsung memberi jawaban. Sejujurnya ia benci ketika Kastara mulai membahas hal ini. Ia benci terlibat pembicaraan serius diluar pekerjaan. Ia benci mengingat masanya dengan Kastara.

"Nggak tau. Untuk reuni, mungkin?"

Pria itu mendengus. Bisa-bisanya Kelana menjawab reuni. Reuni kebersamaan mereka dahulu maksudnya. Gila.

"Nggak ada jawaban bohong yang sedikit masuk akal, La?" ujarnya tak kalah ketus.

Kelana menghempaskan dirinya ke sandaran kursi. Memperhatikan gerak-gerik pria menyebalkan ini dengan seksama, "Gue heran, kenapa cuma percakapan nada tinggi yang selalu kita dapat. Dari dulu sampai sekarang pun masih sama. Kita enggak bisa mengerti satu sama lain, Kastara."

Pria itu mematung, lidahnya kelu untuk sekedar menyangga perkataan Kelana dengan kata belum. Sambil berpikir, apakah belum adalah jawaban yang tepat. Apakah beberapa tahun silam yang dulu mereka lalui hanya membuahkan kata belum.

"Percuma kalau lo hanya menitik berat untuk mengerti tanpa diikuti usaha memahami, La. Tapi gue juga nggak tau. Apa bisa dua orang bisa saling paham tanpa mengerti terlebih dulu...

Aku cuma berusaha untuk jemput seseorang yang sudah lama nunggu, La."

Kastara & KelanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang