Kastara Paradiktha

317 47 5
                                    

Sudah hampir dua bulan Kastara mengerjakan proyek garapan Mas Gian. Dan dalam kurun itu pula ia bisa intens melihatnya. Iya cuma intens lihat aja, ngobrol sih boro-boro.

Kesempatan untuk menyapa apalagi minta maaf atas pernyataan bodoh waktu itu aja enggak ada. Kalau pun ada obrolan antara keduanya, sudah pasti seputar proyek dan segala urusan pekerjaan mereka.

"Gue udah kasih update design ke lo dan Mas Gian ya, Ta. Menurut gue sih sesuai sama koreksi lo tempo hari," Kastara terperanjat dengan kehadiran dua orang nggak terduga yang duduk satu meja makan dengannya.

Sebuah informasi penting, Kastara sedang menghabiskan makan siang seorang diri. Tanpa Candrakanta atau Mas Gian. Mereka ada dinas antar kota, antar provinsi. Sedangkan Kastara harus tetap tinggal di Jakarta, jaga kandang kata Mas Gian.

"Thank you, Sam. Semoga nggak ada revisi berarti dari Mas Gian. Sori dia banyak maunya, bikin lo sama Kelana ribet," pria itu sedikit bergeser memberi ruang lebih banyak untuk Samudra dan... Kelana.

Kelana.

Kelana.

Ternyata pergi menjauh selama tiga tahun rasanya sia-sia. Nama itu masih sanggup menarik seluruh atensi Kastara Paradiktha. Ditambah kerinduannya saat ini yang membuat Kastara sesak. Lelah sampai ia menjadi gegebah dan ceroboh.

"Memang kerjaan gue begitu, kan. Nggak cuma sekali, dua kali gue dapat client yang lebih ribet. Santai sama gue yang penting timeline lo lancar.

Sorry gue main duduk aja. Lo nggak masalah kan kalo gue sama Kelana gabung?"

"Silahkan. Meja juga bukan meja gue kok, umum," kenapa terdengar ketus sih, Tara. Benar bego lo kayak hujatan Candra.

"Good. Oiya La, gue tinggal sebentar, ya."

"Mau kemana?" tanya Kelana.

Posesif banget. Dulu sama gue cuek aja perasaan. Ini mau ditinggal sebentar aja panik.

Aduh Kastara! Kan dulu sama lo isinya cekcok doang, ck!

"Ke toilet, La. Yakali lo mau ikut. Titip ya, Ta."

Kastara hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia sedang berfikir keras bagaimana cara memanfaatkan keadaan untuk bisa bicara dengan Kelana. Memaksa kinerja otaknya agar sedikit lebih pintar kali ini.

"Gue boleh ngomong sebentar, La?"

"Kapan-kapan aja. Nggak enak sama Samudra."

"At least let me say sorry untuk ucapan gue waktu kita ketemu bulan lalu.

Maafin gue, Lana."

Kastara & KelanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang