Near, far, wherever you are
I believe that the heart does go on
Once more, you open the door
And you're here in my heart
And my heart will go on and on
(Celine Dion - My Heart Will Go On)
***
Untuk kali pertamanya dalam hidup, Btari salah tingkah. Gara-gara maskernya jatuh di toilet, wanita itu kembali ke ruangan bosnya tanpa masker. Berniat tetap profesional dengan meminta jeda mengambil masker cadangan di tas yang dititipkan dalam ruangan kepala cabangnya, Btari malah berdiri kaku nyaris seperti robot ketika mendekati manajer barunya.
Bagaimana tidak, pria baru yang dia judesi semalam tahu-tahu saja menjelma sebagai manajer barunya di kantor. Dan Btari tidak percaya kebetulan di dunia ini. Semua pasti ada sebab dan akibatnya.
Sampai-sampai selama makan siang, satu-satunya yang Btari pikirkan adalah bagaimana Alaska bisa bertetangga dengannya. Hingga nama Sintia, HRD di kantornya, muncul di kepala. Wanita itu ingat Sintia sempat menanyakan masalah apartemen kosong di seberang unitnya beberapa hari lalu.
"Dasar bodoh!" omel Btari pada dirinya.
Bergegas dia mengenakan kembali maskernya begitu selesai makan. Bukannya kembali ke ruangan Fathir—ruang kerja sementara untuk Alaska juga, Btari mampir sejenak ke HRD di lantai dua. Wanita itu harus bertanya atau mungkin protes.
Dentingan lift terdengar disusul pintu warna silver itu terbuka. Lantai dua terlihat sedikit sepi, selain karena memang hanya sebagian yang bekerja di kantor. Dan juga beberapa orang masih memilih makan siang saat ini.
Lambat-lambat Btari memasuki kubikel-kubikel menuju tempat Sintia berada. Beruntungnya rekan kerjanya ini tengah makan siang di tempat sambil mengerjakan sesuatu di komputernya.
"Sin," panggil Btari.
Sintia mendongak. Keningnya berkerut. Segera saja Btari menurunkan maskernya untuk memberitahukan identitasnya. "Mbak Btari, ada apa?"
Btari segera menarik kursi mendekati Sintia. Begitu mendudukinya, wanita itu baru bertanya, "Kamu kemarin tanya-tanya masalah apartemen di seberang saya itu maksudnya apa?"
Kening Sintia mengernyit sesaat, sebelum akhirnya terkekeh. "Oh iya, Pak Dono, atas saya suruh buat cariin apartemen secepatnya dengan spesifikasi bagus dan juga dekat dari kantor. Terus saya ingat kalau kapan hari mbak Btari ngeluh karena udah sebulan terakhir sendirian di lantai apartemen soalnya yang punya unit depan pindah. Jadi, saya tanya-tanya ke Mbak Btari dulu buat mastiin masih kosong apa enggak, baru deh saya tanya pemilik gedung. Katanya yang punya unit itu butuh cepat dijual karena pandemi. Pas saya kasih tahu juga kalau Mbak Btari tinggal di apartemen seberang, Pak Dono langsung setuju ambil apartemen itu. Katanya yang tepatin manajer keuangan yang baru atasan Mbak Btari, kan?"
Benar-benar bukan kebetulan! Keluh Btari. Dan sekarang wanita itu menyesal pernah berkeluh kesah pada Sintia.
Sebenarnya Btari senang-senang saja di lantai unitnya ada tetangga baru. Namun, karena Alaska bosnya, membuat wanita itu merasa canggung.
"Halo, Mbak, benar kan kalau atasan barunya Mbak Btari yang tinggal di sana?"
"Iya," jawab Btari dengan datar. Untungnya masker dapat menyembunyikan kedua sudut bibir Btari yang menurun. "Kamu kenapa nggak bilang ke saya kalau manajer baru saya yang bakal jadi tetangga baru saya, Sintia?"
"Haruskah?" Pertanyaan balik Sintia sukses membuat Btari agak jengkel.
"Harus!" balas Btari dengan sedikit nada marah. Segera saja dia memeras otak untuk mencari alasan yang masuk akal selain malu dia sudah bersikap judes ke manajer barunya. "Kalau kamu kasih tahu dulu siapa yang tinggal di sana, Sintia, saya bisa prepare buat kasih kejutan atau sambutan buat Pak Alaska. Hitung-hitung sikap baik saya sebagai tetangga dan bawahan baru."
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Apartment Door
Romance"Btari memang sedang hamil beberapa bulan, tapi sayangnya suaminya lebih dulu meninggal karena covid bahkan sebelum Btari tahu dirinya hamil." Alaska terkejut. Tetangga judesnya yang mendadak jadi rekan kerjanya itu ternyata memiliki kisah memilukan...