#20 : Hold You Always

2.9K 581 27
                                    

You (you), you are (you are) my universe

And I (I) just want (just want) to put you first

(Coldplay ft BTS - My Universe)

***

Sedikit rusuh dan tergesa, Alaska terus mengetuk-ketuk permukaan panel lift. Dia juga mulai emosi saat seseorang menghentikan lift tidak di tempat yang dia tuju. Namun, pria itu berusaha menahan diri. Dia tidak mungkin meledak di saat-saat genting ini. Kepalanya harus tetap dingin demi Btari yang entah bagaimana keadaannya dalam unit apartemen wanita itu.

"Pak, buruan!" pinta Alaska begitu pintu lift terbuka.

Dia sudah berlari menuju pintu, tapi sekuriti yang membawa kartu master pembuka pintu masih tampak berjalan ragu-ragu mendekat. Sekali lagi Alaska berkata dengan sedikit keras, "Pak, ayolah! Ini demi hidup dan mati seorang wanita di dalam sana!"

"Penghuni unit itu kena covid lagi, Mas?"

Pertanyaan sekuriti sukses mendidihkan darah Alaska. Nada suaranya bahkan naik satu oktaf. "Saya nggak tahu, tapi kalau iya kenapa, Pak? Bapak tega biarin wanita hamil sendirian di sana kena Covid tanpa perawatan."

Sekuriti tampak terkejut. Matanya sampai melebar. Pria itu buru-buru menggeleng. Agak sedikit bergetar, dia menjawab, "Bukan, Pak, bukan. Saya tanya itu untuk memastikan saja karena jika iya, pihak apartemen akan berusaha membantu, Pak. Mungkin untuk hal paling awal kami bisa memanggilkan PCR atau swab home service."

Ketika mendengarkan penjelasan sang sekuriti, kemarahan Alaska sedikit mereda. Kepala pria itu mengangguk. Dia berkata dengan nada senormal mungkin, "Maaf, Pak. Saya .. hanya khawatir kalau Bapak tidak menolong tetangga saya yang sakit hanya karena dia terkena covid. Gestur bapak seperti enggan."

Sekuriti menggaruk kepala belakangnya. "Iya, kalau boleh jujur saya takut, Pak. Bagaimanapun kan saya punya anak dan istri yang harus saya lindungi. Cuma tenang saja, ini risiko pekerjaan saya, jadi saya akan berusaha menolong sebisanya."

Begitu selesai mengobrol, sekuriti langsung menempelkan kartu master ke pintu Btari. Di apartemen ini satu-satunya akses untuk membuka pintu hanyalah kartu akses. Tidak ada passcode apalagi kunci manual yang bisa digandakan di mana saja. Itulah mengapa jika tidak bisa dibukakan dari dalam, maka hanya pemilik kartu master yang bisa membukakan pintu.

Ketika pintu unit Btari terbuka keheningan langsung menyergap. Tidak ada tanda-tanda seseorang bangun di pagi hari karena seluruh penjuru ruangan masih dipadamkan. Tirai yang menghadap langsung balkon pun juga masih tertutup.

"Saya masuk duluan, Pak. Nanti masalah pemanggilan home service untuk tes saya kabarin lebih lanjut. Setidaknya saya harus pastikan keadaan wanita di dalam sana."

Sekuriti mengangguk, sebelum akhirnya beranjak. Tidak lupa juga pria itu memasang ganjal di pintu agar tidak lagi tertutup rapat.

Alaska terus bergerak menuju pintu kamar Btari. Dia mengetuk pintu di sana sambil berteriak, "Mbak Btari."

Berkali-kali Alaska memanggil, tapi Btari tidak merespons. Perasaannya mulai tidak tenang. Otaknya mulai memikirkan apa yang harus dia lakukan.

Pada akhirnya, Alaska kembali bersuara. Kali ini, dia meminta izin, "Mbak Btari, saya izin masuk ya. Maaf."

Sedikit tergesa Alaska membuka pintu kamar Btari. Untungnya wanita itu tidak mengunci pintu.

Hanya saja ketika pintu terbuka dan menemukan Btari di sana, seketika hati Alaska mencelus. Pria itu terkejut bukan main menemukan wanita yang disukainya terbaring tak berdaya di ranjang. Ada keringat yang terus menetes dari pelipisnya padahal pendingin ruangan menyala. Belum lagi mulut Btari mulai meracau tidak jelas.

Behind the Apartment DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang